Menanti Hasil Ujian

Sewaktu kita duduk di bangku sekolah, setiap hari kita belajar. Belajar banyak hal entah kita butuh atau tidak. Menyerap beragam ilmu dari bermacam guru. Mendedah inspirasi dari tahun-tahun penuh memori.

Hingga tiba suatu waktu ketika kita harus mengerjakan soal-soal ujian. Saat kertas tes tersaji di atas meja, saat puluhan pertanyaan tertulis dalam aksara dan angka, kita tak punya pilihan lain kecuali menuntaskan semuanya sesuai kemampuan atau meninggalkan ruangan namun kita terlempar dari arena pertandingan.

image

Ujian, tes, evaluasi, atau apa pun namanya, wajib hadir dalam satuan pendidikan. Bentuknya tidak harus tertulis, rangkaiannya bisa berwujud dalam tindak verbal atau tataran praktis. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana kita memahami materi yang telah kita pelajari. Muaranya adalah pemahaman, bukan hafalan sehingga suatu hari kita mampu bersikap taktis saat dihadapkan pada persoalan yang kadang genting bahkan pelik.

Begitu pun hidup, di mana pun posisi kita sekarang, kita tengah mengikuti ujian akbar. Pelajaran diberikan kapan saja, ujian dilaksanakan sewaktu-waktu. Tidak hanya butuh ilmu yang mumpuni, tetapi juga kesiapan dan kesigapan. Dalam beberapa kasus, keberanian justru sangat dominan.

Kaya atau miskin, itu ujian. Cantik atau buruk, itu tes dari Tuhan. Sehat atau sakit, itu ujian. Lapang-sempit, lancar mampet, lega sesak, bahagia derita–semua adalah sarana ujian. Maka tidak benar bila hanya kesulitan dan kemiskinan saja yang disebut ujian.

Kita manusia, saat dilimpahi aneka kemudahan dan banyak nikmat, spontan berpikir, “wah, Tuhan baik banget. Aku dimuliain gini.” Nsmun saat rezeki datang terbatas, atau kesulitan mendera, kita menggerutu, “Duh, Tuhan lagi menghinakan aku nih!” Seolah kita tak pantas mengalami hal-hal buruk. Kita lantas lupa pada hal-hal baik. Kita abai bahwa kaya miskin adalah ujian seperti disinggung dalam Surah Al-Fajr.

Padahal bila mau bersabar saat masalah menerpa, dosa-dosa bisa gugur, seperti dedaun yang terhempas ke Bumi dari batang pohon. Bila mau ikhlas, ada dosa yang terhapus dari rapor amal. Rapor yang memuat keberhasilan atau kegagalan kita dalam hidup. Rapor yang kita nantikan, yang perlu kita pikirkan dengan apa mengisinya.

Advertisement

7 Comments

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s