KALAU REZEKI tak akan ke mana. Begitu orang sering bilang. Saat kita sudah merelakan sesuatu, tiba-tiba Tuhan mengembalikan hal itu untuk kita alami atau miliki—entah benda atau kesempatan—maka kegembiraan pun membuncah. Memang nikmat saat yang kita santap ternyata sesuai yang kita harap. Sungguh asyik ketika hal yang sangat menarik akhirnya menghampiri kita setelah lama dilirik-lirik. Seperti piknik yang baru saja kami lalui dengan unik.
Piknik dongeng! Ya, #piknikdongeng adalah tagar yang diusung Komunitas Dongeng Kota Hujan (KDKH) bekerja sama dengan AyoDongengIndonesia dalam hajatan tahunan yakni Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016. Seperti tahun sebelumnya, dalam acara ini bukan hanya pendongeng Indonesia yang bercerita, melainkan diramaikan juga oleh para pendongeng mancanegara. Bedanya, tahun lalu hanya Jeeva Raghunath dari India yang hadir, sedangkan tahun ini ada tiga pendongeng asing yang berpartisipasi, yaitu Craig Jenkins (Inggris), Wajuppa Tossa (Thailand), dan Sheilla Wee (Singapura).
Puppetaria dan Pendongeng Asing
Bukan itu saja. Sebelum pendongeng asing unjuk kemampuan, ada penampilan sangat seru kakak-kakak dari Puppetaria, yakni komunitas dongeng yang menggunakan boneka sebagai media sesuai namanya. Saat kami datang, kira-kira pukul 08.30 saat acara sudah berlangsung. Area terbuka Kebun Raya Bogor (KRB) sudah dipenuhi penonton, baik anak-anak maupun orangtua. Kak Ulil sebagai MC berhasil membawa anak-anak bergembira, sebagaimana dongeng dari Puppetaria yang membuat anak-anak bersemangat.

Acara bergerak cepat dan efektif, tanpa jeda yang membosankan anak-anak. Salut untuk panitia yang terus beredar mengendalikan suasana. Anak-anak bersorak saat semua pendongeng dihadirkan di hadapan mereka untuk menerima suvenir dan bingkisan dari panitia. Selain empat pendongeng asing, tentu saja ada Kak Aio yang sudah kondang itu. Menurut Kak Aio, kakak-kakak pendongeng dari mancanegara itu tidak dibayar loh, makanya dia angkat barbel topi buat para ortu yang sudah meluangkan waktu demi meramaikan festival ini. #benerinkerah

Serampung penampilan Puppetaria yang memikat, saatnya Wajuppa dari Negeri Gajah Putih tampil. Meski sudah sepuh, namun energinya masih digdaya. Karena beliau mendongeng dalam bahasa Inggris, maka seorang juru bahasa turut mendampinginya selama bercerita. Meskipun dituturkan dalam dua bahasa secara berurutan, nyatanya anak-anak tetap terhibur karena penerjemah mampu menampilkan versi Indonesia secara hidup. Wajuppa menceritakan seekor kelinci yang suka menari dan terselamatkan dari banjir di sungai karena hobinya bergerak tersebut. Anak-anak terpesona mendengarkan cerita.
Rayap dan Berburu di Hutan
Apalagi saat tiba giliran Sheilla Wee dari Singapura. Maklumlah, Sheilla sangat interaktif dan energik. Meski berdomisili di Singapura, wajahnya bule banget. Dia muncul mendongengkan asal usul mengapa pohon Jati tidak mempan diserang rayap. Saya akui ini cerita sederhana sekali, namun ternyata menarik disimak karena dikisahkan dengan sangat ekspresif. Lagi-lagi peran juru bahasa sangat penting. Anak-anak terlibat aktif dan bergembira. Lumayan juga nih dongeng Sheilla bisa jadi bahan mendongeng buat saya, hehe.

Sheilla turun, muncullah Craig Jenkins dari Inggris ke atas panggung. Lelaki lucu yang akrab disapa Uncle Craig ini langsung membetot perhatian anak-anak. Eh, semua penonton juga tersihir kok karena gayanya yang kocak dan suaranya yang merdu. Uncle Craig meminta anak-anak untuk ikut bermain dalam dongengnya, dan tidak hanya melongo atau mengantuk saat menikmati cerita. Dan benar, kisah lelaki lapar yang akhirnya berburu makanan di hutan cukup menyihir anak-anak. Mereka khusyuk menyimak alur cerita, diselingi gerakan meniru sesuai instruksi Uncle Craig.


Pendongeng yang menutup festival dongeng Sabtu kemarin adalah Jeeva Raghunath yang cukup familiar bagi pengunjung karena tahun lalu hadir sebagai satu-satunya pendongeng mancanegara di acara yang sama. Meskipun sudah berumur, jangan salah, nenek ini masih bertenaga. Cakap menirukan berbagai suara–termasuk suara binatang. Kali ini Jeeva mengajak anak-anak memasuki toko alat musik yang dimiliki Craig Jenkins. Jeeva sengaja menggunakan nama para pendongeng asing pagi itu sebagai karakter dalam ceritanya. Masih ditemani juru bahasa, Jeeva berhasil menyedot perhatian anak-anak lewat berbagai bunyian alat musik yang ia dongengkan.
Serunya Main Bersama Kak Aio
Sayang, saya tak sempat memotretnya ketika bercerita. Tapi ada rekaman videonya loh, tapi cukup kami simpan di komputer dan ponsel untuk anak-anak. Selain rekaman Jeeva, ada pula rekaman dongeng Craig dan Sheilla. Mungkin kapan-kapan bisa diunggah kalau tidak lupa. Yang jelas, pagi itu semua pengunjung bergembira. Anak-anak dan orangtua, semua yang hadir, larut dalam acara. Apalagi ketika Kak Aio muncul sebagai gongnya di akhir acara.
Bila tahun lalu Kak Aio ikut mendongeng, kali ini berbeda. Dia mengajak semua pendongeng dan semua pengunjung untuk berdiri lalu mengikuti gerakan-gerakan tertentu sesuai lagu yang diputar. Ya, cerita dalam lagu. Aksi sederhana ini menjadi sangat seru lantaran gerakan demi gerakan membuat kami seperti berolahraga. Lebih seru lagi saat tempo lagu dipercepat sehingga membutuhkan konsentrasi penuh. Tapi seru banget loh, semua terhibur. Berikut ini lagu yang kami mainkan bersama. Penasaran?
Nah, tak lengkap dong bila di akhir acara tidak berfoto bersama. Foto di bawah ini belum semua loh, ada pengunjung lain yang tidak masuk dalam frame. Intinya, ramai banget, seru dan mengesankan. Sesuai dengan label yang diusung, yakni piknik dongeng. Dengan menyimak dan terlibat dalam dongeng, semua anak telah berpiknik ke alam yang berbeda–alam imajinasi yang menghidupkan masa kecil mereka. Menyalakan sumbu kegembiraan mereka.
Kritik saya kali ini hanya pada set panggung yang tidak dimanfaatkan secara maksimal selama acara berlangsung. Maklum, anak-anak cenderung ingin merangsek ke depan, dan sebagian berdiri, sehingga penonton di belakang kadang terhalang untuk melihat. Selain itu, panitia sudah bekerja keras untuk menyiapkan acara. Terima kasih, KDKH! 🙂

Piknik Plus
Menjelang pukul 12 siang acara tuntas sudah. Sejumlah penonton membubarkan diri meninggalkan tempat. Sebagian lain meminta kesempatan berfoto bersama pendongeng tamu. Tak terkecuali kami. Saya merapat kepada Sheilla dan Craig untuk mengucapkan terima kasih. Apresiasi positif semacam itu penting banget loh buat orang yang berjasa sama kita–apalagi yang sudah jauh-jauh terbang dari negara tetangga, bahkan Eropa. Rampung berfoto, kami mencari tempat untuk menyantap bekal makan siang.
Yang kami sebut makan siang adalah bingkisan roti cokelat dan singkong kukus yang lezat banget. Tentu saja ditemani air mineral. Tak jauh dari tempat acara terdapat banyak bangku baru yang nyaman dan bisa menghadap danau. Dari situ jelas terlihat bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Rumi dan Bumi asyik berlari-lari ke sana kemari sambil sesekali memecahkan bola sabun yang ditiupkan seorang anak sebelum bola-bola transparan itu jatuh ke dalam danau.


Pagi itu hati saya gembira tak terkira. Sudah lama tak mengonsumsi kopi Cap Teko yang selama ini paling cocok di lidah. Pagi itu saya berhasil membelinya di Suryakencana. Saya penyuka kopi, tapi bukan yang neko-neko. Kopi hitam plus gula saja. Di Bogor sendiri ada beberapa merek kopi lokal yang diproduksi serta dikemas di kota ini. Selain Liong Bulan yang bergambar naga itu, saya paling suka kopi Cap Teko. Pernah mencoba kopi merek kapal api, namun Cap Teko tetap paling harum dan nagih. Kegembiraan tambah membuncah ketika pagi itu panitia menyediakan suvenir berupa mug lucu sesuai tema acara. Saya beli satu buah sebagai wadah kopi nanti di rumah. Alhamdulillah, sedaaaap tak terkira…. #agaklebai

Sambil menunggu Rumi Bumi bermain, kami menelisik sudut-sudut yang baru jadi di tepi danau. Spot ini rasanya memang cocok banget buat berfoto ria di mana tersedia area khusus menjorok ke danau mirip geladak kapal. Beberapa anak muda atau pasutri tampak mengabadikan gambar di sudut ini. Kami pun sempat mengabadikan gambar di pojok ini.
(Tak Jadi) Keliling KBR
Matahari yang sedari tadi tak terlihat kini semakin kabur. Mendung makin menggayut dan memadat di langit. Maksud hati ingin berkeliling KBR, tapi takut kehujanan. Lupa bawa payung. Sebenarnya ini bukan alasan kuat, namun karena kami pengin segera pulang sebelum terjebak kemacetan akhir pekan bila pulang agak terlambat. Selain itu, kami sudah sering sekali ke Kebun Raya Bogor ini, jadi cukuplah buat alasan untuk segera pulang, hehe.

Bagi sobat yang ingin mengeksplorasi KBR dan menembus rimbun pohon-pohon rindang, jangan khawatir. Selain tentu saja bisa berjalan kaki, ada beberapa pilihan moda transportasi yang bisa dipilih. Yang bepergian bersama anak-anak, bisa dipertimbangkan naik kereta keliling. Kereta di sini maksudnya mobil yang didesain khusus untuk membawa penumpang tanpa sekat dinding sehingga bisa lepas memandang sekeliling. Dengan 15.000 rupiah per orang, kita akan dibawa berkeliling KBR.

Nah, yang ingin lebih sehat, bisa pilih sepeda kayuh yang disewakan 15.000 untuk ukuran sedang dan 20.000 untuk ukuran lebih besar. Sepeda ini lumayan primadona loh, jadi usahakan pagi-pagi sudah di sini sehingga tak ketinggalan menyewa sepeda. Dilengkapi helm juga sehingga aman untuk kepala. Bebas mengayuh ke mana saja sesuai yang Anda mau. Mau coba?
Itulah sekelumit cerita dan oleh-oleh dari Festival Dongeng Kota Hujan 2016. Menarik banget kan? Pengalaman ini sangat berkesan untuk anak-anak, apalagi bagi Rumi yang kini semakin berani menghadapi orang. Tanpa dikomando, dia punya nyali untuk mengacungkan tangan dan melakukan tantangan di depan meskipun belum mendapatkan kesempatan. Ini piknik yang mendidik–edukatif karena menyisakan kegembiraan sambil belajar. Sampai jumpa di perhelatan yang sama tahun depan.
Nah, bagi teman-teman yang di luar Jakarta dan Bogor, jangan khawatir. Tahun ini festival dongeng akan berkunjung ke kota-kota lain, antara lain Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Poso dan lain-lain. Silakan tanya ke akun AyoDongeng Indonesia langsung ya. Selamat bersenang-senang!
Acaranya seru dan rame, sayangnya di Boyolali belum ada
Semoga ke depannya, bakalan ada…
LikeLiked by 2 people
Iya, semoga ada ya mbak. Atau ke jogja aja hehehe.
LikeLike
Mendongeng itu media pembelajaran yg menarik dan selalu ditunggu oleh anak-anak
LikeLiked by 1 person
Setuju banget, Mbak.
LikeLike
Ini mah bkn anak2 aja yg ceria, Ibu2nya jg….
Di Jepara ada yg dongeng tp org lokal
LikeLiked by 1 person
Iya, Ji. Semua senang. Mendongeng asyik kok ga harus org asing. Yg penting tulus
LikeLike