Lima Resolusi di Tahun Ayam Api

image

Tahun baru disongsong dengan suka cita dan penuh harapan. Matahari Januari membersitkan optimisme dan semangat perubahan. Serangkaian prestasi dan pencapaian setahun silam pun dicatat, lalu daftar resolusi disusun dengan hati-hati.

Saya pribadi tidak punya ritual khusus menuliskan resolusi setiap awal tahun. Setidaknya bukan di blog. Namun mencatat resolusi sebenarnya punya manfaat besar, yakni sebagai panduan langkah dan kerangka kerja setahun ke depan. Entah berbentuk formal atau coretan sederhana, sebuah resolusi membantu menyiapkan amunisi dan energi untuk meraih cita-cita.

Mbak Hidayah, momblogger produktif dari Kota Lumpia, mengajak sobat narablog untuk membocorkan apa saja yang ingin mereka capai di tahun baru. Inilah #Resolusiku2017, lima buah jangan ditambah: semoga bisa diwujudkan dalam waktu relatif cepat. ☺

1. Mendekati Ibu

Entah sudah berapa kali ibu meminta saya pindah ke Jawa. Jawa Timur, maksudnya, tepatnya di Lamongan yang masyhur sebagai Kota Lele. Setiap kali pulang kampung atau mudik Lebaran, beliau tak bosan membujuk agar kami mau menetap di kota kelahiran saya.

Dengan berbagai dalih, salah satunya pekerjaan dan usaha, saya selalu menolak dengan halus. Saya tahu, setiap kali terjadi penolakan, setiap kali itu pula ibu kecewa dan sedih tentu saja. Miris hati ini, namun diri masih enggan meninggalkan Kota Hujan.

image

Masih banyak yang ingin diraih, masih terbentang lautan kesuksesan di kota sejuk ini. Begitulah alasan yang kami beri, terlebih kota kecil kami rasanya tidak menawarkan berbagai kemudahan seperti Jabotabek yang selama ini kami tempati. Namun status seorang teman di Facebook berikut ini semakin meneguhkan langkah kami untuk hijrah.

Jujur saja, sebagai manusia biasa, ketakutan tentu ada. Di tempat baru dengan peluang yang kelihatannya minim, jiwa ini sesekali ciut. Namun demi takzim pada orangtua yang tinggal ibu saja, ketakutan itu perlu kami labrak demi memantapkan cita-cita. Walau tak akan ada kopdar atau event blogging seperti di kota-kota besar, namun hidup berdekatan dengan orangtua–apalagi sesuai harapannya–barangkali akan membuncahkan berbagai kemudahan dan keberkahan hidup.

Itulah harapan kami sebelum kami menyesal tak bisa menyenangkan hati orangtua, salah satunya dengan hidup mendekatinya. Jika menunggu nanti dan nanti untuk pindah, mungkin pada saat yang menurut saya tepat itu, semuanya justru sudah terlambat saat kesempatan untuk menghormat sudah hilang. Insyaallah dalam beberapa bulan ke depan kami sudah akan pindah setelah berbagai urusan di Bogor tuntas. Doakan ya, manteman…. ^-^

2. Bikin Rumah Baca

Rencana kepindahan belum-belum sudah menerbitkan harapan lain yang selama ini tertunda. Di rumah ada ratusan buku dengan berbagai genre. Niat kami untuk mendirikan semacam rumah baca atau perpustakaan mini tergerak oleh keinginan berbagi tanpa harus menunggu berlimpah materi.

img410
Sebagian buku
image

Keinginan itu semakin kuat setelah membaca tulisan Mbak Anne yang juga ingin pindah ke tempat baru dan berkontribusi pada masyarakat sekitar. Apalagi ketika menangkap gambar berikut ini di media sosial, kami pun semakin mantap untuk bisa berbagi sesuai yang kami mampu.

Kami sadar kami ini bukan siapa-siapa, bukan keturunan darah biru atau pejabat. Pun bukan lahir dari trah orang kaya yang punya gengsi dalam lingkungan sosial. Namun ibarat pohon, sependek apa pun, kami ingin memberi arti, menyumbangkan sesuatu yang bermakna walau mungkin tak seberapa di mata orang lain.

3. Menghidupkan Bright English Institute

Sejak tahun 2007 hingga awal 2011 kami mendirikan Bright English Institute (BEI), yakni tempat belajar bahasa Inggris yang kami kelola secara mandiri. Anak-anak tukang ojek, buruh pabrik atau buruh tani di sekitar kompleks menjadi target siswa. Saya dan istri sempat dibantu seorang kawan untuk mengajar hingga 30 anak secara terjadwal sesuai level sekolah.

smile-n-absorb
Memori belajar bersama

Karena gratis, rupanya terjadilah seleksi alam. Hanya yang benar-benar serius yang bertahan dan kebanyakan adalah murid cewek. Mengajarkan anak putri berbahasa memang jauh lebih mudah. Salah satunya bahkan bisa membantu ibunya yang kedatangan tamu dari Singapura. Sang ibu menempati rumah orang kaya yang berjualan aneka tanaman.

Testimoni ibu tersebut–walau boleh jadi tidak 100% valid–melecut semangat kami. Bahwa yang kami kerjakan ternyata punya manfaat. Apalagi ketika nilai pelajaran anak-anak itu meningkat di sekolah. Kebersamaan selama sekitar empat tahun harus berakhir ketika kami pindah ke kota. Bright English Institute belum bisa diadakan lagi di tempat tinggal kami yang baru. Selain karena kesibukan, target siswa juga belum ada yang sesuai.

Semoga di kota kelahiran saya nanti, BEI bisa hidup lagi guna memberi manfaat bagi anak-anak di daerah. Mungkin akan berganti nama, mungkin pula akan kami ubah dengan skema subsidi karena sistem gratis malah tidak efektif lantaran peserta jadi menggampangkan proses belajar tanpa ikatan.

4. Mempertajam Kemampuan Desain

Pindah ke kota kecil tentu tidak mudah. Bogor yang dekat ke mana-mana, terutama ke Jakarta, laksana surga bagi peraup rupiah. Di tempat baru saya memproyeksikan akan lebih banyak mendayakan kegiatan online, baik blog monetizing maupun mengoptimalkan lomba blog.

Nah, sudah saatnya saya melakukan upgrade ilmu blogging terutama desain yang akan sangat banyak dipakai dalam melengkapi tulisan. Infografis sekarang menjadi primadona juri di berbagai kontes. Adobe Photoshop, Premier, After Effect, hingga Corel Draw, mau tak mau harus saya sentuh lebih dalam. Semoga tidak malas, hehehe….

stamp-1

5. Gaya Tulisan Baru

Tahun lalu saya membayangkan bisa mengeksplorasi gaya menulis yang berbeda. Butuh variasi gaya agar tulisan tidak monoton di blog ini. Lalu ketemulah dengan buku buku karya Pidi Baiq yang enggak jelas banget.

Ketidakjelasan itu justru memikat hati. Gaya bertuturnya unik walau agak aneh. Ada kaidah bahasa yang dilanggar namun narasi seperti itu malah ingin saya tiru. Dan sudah muncul dalam beberapa tulisan saya di blog ini. Antara lain berjudul Kembali ke Bogor, Tahun Baru, Bu Chad Tak Lagi Meneror Kami, dan Hari Kamis Kemarin.

Jangan ketawa ya, ini salah satu bentuk eksplorasi berbahasa. Nanti cari-cari juga gaya yang lain, haha. Harapannya, menulis di blog semakin bersemangat karena selingan gaya. Atau malah bikin blog khusus ber-niche gaya ala Pidi. Halahhh… 😀

Ya itulah lima resolusi utama yang besar harapan saya bisa wujudkan di tahun ini. Bagaimana dengan sobat BC (belalang cerewet)? Apa resolusi kalian, kalau ada? Bagi di komentar ya….

14 Comments

  1. Wah seru sekali, ikhlas kembali ke tempat kelahiran untuk menemani Ibu. Ortu saya sdh ga ada semua. Semoga sukses yaa resolusinya…

    Like

  2. Resolusi pertama dan kedua makjleb banget. Ibu sudah sejak awal aku nikah ngajak ke Jambi, tapi belum juga aku amini. Kalo ingat selama ini selalu berjauhan sama orang tua, ingin rasanya langsung terbang ke sana dan tinggal di sebelah beliau. Tapi… Soal rumah baca, dulu ada temanku asal Sumenep yang punya cita-cita serupa, aku siap suplai buku. Tapi rupanya kesulitan tempat plus kudu “jaga gengsi” karena sarjana menganggur bagi orang desa itu aib. Jadilah dia sekarang merantau ke Malaysia. Emane.

    Like

    1. Ya sesuaikan dengan kondisi, Mas. Mungkin saatnya nanti bisa mendekati beliau. Iya mas, memang kesannya begitu kalau sarjana enggak bekerja, seolah berdosa haha. Semoga ada jalan Mas sesuai yang kita yakini dan nikmati.

      Like

  3. Luar biasa.. Yang saya publish hanya resolusi duniawi. Sudah keliatan Perbedaan kelasnya :(.

    Punya kebermanfaatan nyata itu paling utama. Semoga tercapai semua resolusinya

    Like

    1. Tidak apa resolusi duniawi juga perlu kok Mas. Resolusi yang kelihatan ukhrawi boleh jadi nilainya malah duniawi, atau sebaliknya, tergantung niatnya. Punya saya juga campuran, aamin. Terima kasih Mas.

      Like

  4. Moga berkah kepindahannya nanti. Aku udah 6 tahun pindah dekat orang tua, dan alhamdulillah ada aja rezeki yang datang dan kayaknya lebih berkah. Nggak seperti jaman tinggal berjauhan, bapak ibu yang ke rumah kami, duhhh kasihan mereka. Padahal kami satu kota. Ternyata betul, kalo niatnya ingin merawat orang tua itu, Allah akan membukakan pintu rezeki kita.

    Semoga semua resolusinya terwujud, aamiin. Makasih udah ikutan GA aku 🙂

    Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s