Burung dan Airmata

Dengan matanya
Seorang bocah memanah dua ekor burung pipit
    yang menari di atas tiang listrik
Dari balik jendela
Dedaun tampak iri, meski embun telah mendekapnya sepanjang malam
Hanya cerita yang bisa meredam rasa sakit
Ketika kita kehabisan kata-kata
Dan matahari menyeruak
Dari balik jendela

Di dalam sujud yang sama
Airmata koyak oleh dosa
Di dalam sujud yang berulang
Kesalahan membayang, seperti banjir bandang

Dingin atau panas
Hanya menjadi demam
Menggigilkan kejujuran seorang bocah
Hujan dan matahari
Berarti kekhawatiran
Hanya di dalam buku
Kami melarikan diri
Dari luka-luka dan kekalahan

Dari balik jendela
Angin tiada berhembus
Yang menyusup hanyalah kepak burung pipit
Begitu indah. Begitu mempesona
Mereka terbang tanpa airmata
Sebab Tuhan telah bersabda
Dalam bahasa paling sejuk
Melalui ranting-ranting yang menjadi sangkar
Lewat sayap-sayap mungil yang membelah udara

7 Comments

Tinggalkan jejak