Dengan matanya
Seorang bocah memanah dua ekor burung pipit
yang menari di atas tiang listrik
Dari balik jendela
Dedaun tampak iri, meski embun telah mendekapnya sepanjang malam
Hanya cerita yang bisa meredam rasa sakit
Ketika kita kehabisan kata-kata
Dan matahari menyeruak
Dari balik jendela
Di dalam sujud yang sama
Airmata koyak oleh dosa
Di dalam sujud yang berulang
Kesalahan membayang, seperti banjir bandang
Dingin atau panas
Hanya menjadi demam
Menggigilkan kejujuran seorang bocah
Hujan dan matahari
Berarti kekhawatiran
Hanya di dalam buku
Kami melarikan diri
Dari luka-luka dan kekalahan
Dari balik jendela
Angin tiada berhembus
Yang menyusup hanyalah kepak burung pipit
Begitu indah. Begitu mempesona
Mereka terbang tanpa airmata
Sebab Tuhan telah bersabda
Dalam bahasa paling sejuk
Melalui ranting-ranting yang menjadi sangkar
Lewat sayap-sayap mungil yang membelah udara
nyimak dulu puisinya
LikeLike
Silakan, Mas.
LikeLike
amazing puisinya.. bagus banget… saya suka… keren..
LikeLike
Terima kasih sudah mampir.
LikeLike
apa kabar bumi, mas? moga sudah kembali sehat dan pulang ke rumah ya
LikeLike
Alhamdulillah sudah boleh pulang Rabu kemarin, Mbak. Terima kasih, semoga Kaka Rasyad juga cepat pulih ya. Jangan kambuh lagi.
LikeLike