SIAPA YANG TAK kenal kata reuni? Bagi kita yang pernah mengenyam dunia sekolah, reuni biasanya lazim diobrolkan saat telah bertahun-tahun meninggalkan bangku sekolah. Tak hanya sekolah, tetapi juga jenjang kuliah.
Namun secara umum, reuni sebenarnya tidak hanya seputar jebolan sekolah atau perkuliahan. Kawan-kawan seperjuangan, teman satu pesantren atau bahkan teman bermain bisa berkumpul dalam wahana asyik bernama reuni. Tapi tunggu! Apakah reuni memang demikian asyik sehingga kita mesti menghadirinya?
Bukan sekadar alasan
Menjelang Ramadan ini, entah mengapa saya dimasukkan dalam grup teman sekolah yakni SMP dan SMA–pada saat relatif bersamaan! Barangkali lantaran beberapa teman SMP juga menjadi teman SMA sehingga ketika salah satu dari mereka mengetahui nomor ponsel saya, nomor tersebut mendadak tercatat di ponsel kawan-kawan lainnya.
Kedua grup tengah mengobrolkan program reuni pascalebaran nanti. Bukan saya tak mau hadir atau ogah menjalin silaturahmi kembali, namun jelas saya punya alasan untuk menimbang-nimbang sebelum meluncur ke lokasi reuni. Nah, ternyata ada setidaknya 10 alasan kenapa orang tidak (bisa) menghadiri acara kangen-kangenan tersebut. Cekibrot yuk!
1. Soal pasangan
Bagi sebagian orang, soal pasangan boleh jadi biasa saja. Namun bagi yang belum punya istri atau suami–minimal gandengan, soal itu dirasa cukup strategis. Enggak jarang kan kita dengar teman kita jengah lantaran terlalu sering ditanya soal rencana nikah. Kapan nikah, kapan nikah? Bete kan?
Saya merasa prihatin dan menyayangkan beberapa teman yang mengunggah foto mesra bersama suami/istri di grup WhatsApp padahal itu tidak terlalu relevan dengan obrolan. Kadang malah lepas konteks. Duh! Hal-hal seperti ini yang kadang membuat teman kita enggan datang ke reuni. Bukankah hakikat reuni adalah menyatukan kenangan?
2. Belum punya anak
Lanjutan poin pertama, punya pasangan dalam pernikahan belum tentu menyelesaikan masalah. Lazimnya pasangan yang menikah, tentu mereka menghendaki momongan. Tapi hal itu tidak bisa dipaksakan toh? Sebab Allah juga yang kasih. Sejumlah orang punya anak dengan cepat, sementara sebagian yang lain harus menunggu lama.
Tak jarang juga teman-teman di grup WA menampilkan fofo-foto pose anak dan seterusnya padahal lagi-lagi gambar tersebut tidak terlalu urgen. Tindakan semacam itu malah berpotensi memancing rasa iri dan mungkin rasa enggan untuk tidak menghadiri reuni karena adanya bayangan akan pertanyaan ini dan itu seputar anak.
3. Merasa belum berhasil
Dua minggu lalu saya menjenguk istri seorang teman SMP yang baru saja melahirkan anak kedua. Tentu saja kami langsung mengobrol soal reuni. Dan dia berencana absen dalam hajatan tersebut. Dia beralasan dirinya belum sukses seperti teman-teman yang profilnya sering ditampilkan dalam grup WA. Nah kan?
Dulu saya berjumpa dia secara tak sengaja di wilayah Jabodetabek tak lama setelah saya menikah. Dia mengelola warung makan lele yang lumayan sukses. Lalu warung tersebut dijalankan adiknya sementara dia pindah ke kota lain. Sayangnya, usahanya tak berlanjut lantaran terbentur keinginan sang mertua yang meminta putrinya pulang kampung. Wajarlah sebab istrinya anak tunggal, maka teman saya pun manut.
Kita boleh tak sepakat soal standar kesuksesan, namun konstruksi sosial yang selama ini terbentuk adalah bahwa kesuksesan berarti pasangan, anak, rumah, dan mobil. Itulah yang menciutkan sekelompok orang termasuk teman saya ini. Walau kami sekarang tinggal sekota, kemungkinan dia tak akan ikut serta.
4. Lokasi jauh
Jarak memang ‘sesuatu’ banget sebab berkat jarak orang jadi saling kangen tetapi sekaligus mungkin akan saling melupakan. Tapi bukan LDR yang mau saya bahas. Jarak dari tempat kita menuju lokasi reuni juga turut menentukan loh! Kalau tempatnya terlalu jauh, kita mungkin akan berpikir seribu kali hanya sekadar untuk reuni.
Selain tak bisa meninggalkan keluarga, misalnya, biaya juga jadi faktor penting–bahkan utama. Atau kesibukan lain yang tak memungkinkan pergi jauh. Meskipun semuanya tidak berdasarkan pertimbangan ini, namun jarak yang mudah dijangkau akan relatif mungkin disambangi.
5. Tak ada duit
Ini soal klasik tapi selalu aktual dan faktual. Siapa sih yang tak butuh duit? Dari anak kecil sampai manula secara variatif masih butuh uang. Maka jangan salahkan teman kita bila mereka tak datang ke reuni sebab boleh jadi mereka sedang bokek.
Apa sebegitu bokeknya sampai enggak mampu menghadiri reuni? Eits, jangan sok tahu! Ada beberapa orang yang memang berjuang untuk memenuhi kebutuhan primernya. 100-200 ribu mungkin kita anggap enteng buat iuran reuni, namun tak sedikit teman kita yang masih menghargai nilai itu. Eh, saya pribadi juga masih ngerasa besar kok buat nominal itu.
Jadi kita mesti bersyukur bila masih diberi kesanggupan bisa bayar dan punya ongkos buat datang ke acara reuni. Untuk reuni SMP bakda lebaran nanti, kami saling menyubsidi. Yang berlebihan dipersilakan membayari teman lain yang sedang kekurangan.
6. Sibuk kerja
Namanya pekerjaan, tentulah harus jadi salah satu prioritas dalam hidup kita. Pekerjaan atau usaha kita menjadi salah satu sumber pendapatan untuk membiayai hidup. Walau pengin banget datang ke reuni, apa daya bila sedang sibuk kerja?
Mungkin kita sedang berdinas di luar kota, atau barangkali tengah padat tugas, atau sibuk mengerjakan proyek pribadi, mau tak mau kita mesti absen dulu. Kalau bisa izin cuti sih enak, tapi kalau tak? Bahaya kan kalau kena sanksi demi reuni. Toh masih bisa reuni lewat WA atau telepon.
7. Acara keluarga
Keluarga memeluk kita di saat suka dan duka. Maka acara keluarga jelas wajib kita dahulukan. Biasanya selepas lebaran kita disibukkan oleh acara silaturahmi dengan keluarga dan tetangga. Malah ada beberapa keluarga besar yang punya hajatan wajib bernama arisan keluarga.
Sedih banget bila jadwal acara keluarga harus bentrok dengan tanggal reuni. Sejumlah kawan sudah menyatakan tak akan hadir dalam reuni SMP lantaran jadwalnya berbarengan dengan arisan keluarga besarnya. Tak apalah, lagi-lagi reuni bisa kan dilanjut lewat pesan atau telepon?
8. Yang datang enggak asyik
Saya pribadi mikir-mikir saat akan datang ke reuni. Apakah teman-teman baik atau sahabat karib saya juga akan datang ke sana? Kalau banyak peserta yang tak saya kenal, kadang berpikir dua kali. Biasanya reuni yang diadakan satu angkatan sekolah akan dihadiri banyak kelas dengan ratusan siswa.
Berbeda dengan reuni angkatan kuliah atau satu kelas sekolah saja. Hadirnya sohib kita yang lama tak bersua membuat kita makin bersemangat untuk meramaikan reuni. Tak jarang mereka yang datang adalah orang-orang yang tidak kita kenal tetapi banyak membual di grup dengan candaan murahan dan pamer-pamer belaka.
9. Lagi sakit
Kalau lagi sakit, mana mungkin bisa disalahkan? Uzur syar’i ini bro, harus dimaklumi. Sebesar apa pun keinginan untuk menghadiri reuni, apalah daya kalau kita sedang tak enak badan dan tak berdaya. Biasanya memang begitu ya, selepas Ramadan kita jadi seolah dendam sama makanan sehingga makanan kita santap semua.
Walhasil, sakit deh tuh perut! Atau lantaran kecapekan akibat kerja selama Ramadan, atau bisa pula memang sedang butuh istirahat. Kalau pas tak sakit pun, kita mungkin harus menunggu istri yang akan melahirkan, misalnya, atau orangtua yang sakit.
10. Dilarang datang
Adakah yang melarang seseorang datang ke reuni? Dalam beberapa kasus, ada, dan itu sah-sah saja. Karena yang melarang biasanya pasangan, suami misalnya. Memang reuni dilandasi semangat silaturahmi atau menjalin persahabatan kembali. Namun suami yang melarang istri datang ke reuni tentu punya pertimbangan sendiri dan itu menjadi ranah urusan keluarga.
Alasan tak boleh datang misalnya khawatir akan CLBK, lokasi terlalu jauh, tak bisa meninggalkan anak balita, suami sedang dinas luar, atau sebab ada acara keluarga di pihak istri. Tapi ada juga pasutri yang hadir bersama dalam reuni masing-masing. Semuanya terserah pasangan yang bersangkutan.
JADI ITULAH SEPULUH alasan yang membuat seseorang absen dalam acara reuni. Jadi jangan terburu mendakwa teman kita yang tak hadir sebagai orang yang ingin memutus persahabatan–seperti yang pernah saya baca di grup WA.
Sudah malam nih, tangan keriting habis ketak-ketik. Apakah BBC Mania punya alasan lain di luar yang sepuluh itu? Kasih tahu dong di kolom komentar. Selamat berakhir pekan ….
Asline aku ga ada masalah sama reuni, selama bukan reuni SMP kayaknya aku bisa datang. Habis lebaran ini juga aku ada reuni. Malahan ak dijadikan panitia sama mereka. Sedangkan jarak aku jauh, yang bikin ga suk itu gimana haa. Pokoknya gituah.. Iki komen malah nggerundel
LikeLike
Bingun aku balesnya, haha. Coba nanti diusulkan panitia dapat gaji haha….
LikeLike
Aku tim nomor 4, SMA-ku di Sumatra sana. Kalo ikut reuni tiketnya mayan. Hahaha. Ya, gak sampe sejuta sih kalo pake Singa Terbang, tapi kan tetek bengeknya yg banyak. Belum kudu ke Jakarta dulu, ini-itu. Dulu sempat takut ikut reuni karena alasan nomor 3, tapi aku sepakat “kesuksesan itu gak ada standarnya.” Kita boleh tak sepakat soal standar kesuksesan. Jadi, kalau misal ada undangan reuni insya Allah hadir. Sayangnya, teman-teman agaknya gak ingat saya pas reuni tahun kemarin 😀
LikeLike
Iya, Mas. Bisa jadi malah ongkos transportasi lebih besar ketimbang iuran reuni ya? Bagus Mas kalau berpikiran bahwa sukses itu luas cakupannya. Kalau teman-teman banyak yang ga ingat lagi, berarti tahun reuni berikutnya masuk kelompok 8 dong, hehe ….
LikeLike
Hahahaha, bisa jadi, bisa jadi.
LikeLike
Aku cendrung ga datang krn orang2nya ga asyik :D. Apalagi sjk pilpres kemarin mas bukan pilgub loh yaa, yaaaa ampuuun kok ya tiap reuni yg dibahas itu..ga bisa move on banget.. Ya aku emoh lama2 dtg lagi..
Tiap reuni biasanya aku slalu ajak suami.. Tp sjk males dtg k reuni temen2ku, aku lbh suka k reuni temen suami malah.. Temen2nya lbh asyik, lbh lucu, dan yg dibicarain ya topik aman.. Yg nostalgia dulu :p. Enakan gt kan…
LikeLike
Itulah, Mbak. Kalau yang datang orangnya asyik, kan obrolan jadi menarik. Kalau gagal moveon dari pilpres atuh kebangetan. Saya dan istri yang beda pilihan kandidat aja legowo hehe. Untung ada reuni teman suami ya.
LikeLike
Kalau aku pribadi banyak alasan ndak bisa datang ke reuni. Selain jarak jauh, soal pasangan, dan kadang sudah merasa excluded gitu, , hehehe tp kalau mood baik kadang ya berangkat aja, walaupun harus siap menerima banyak pertanyaan yg ndak mengenakkan hati 😀 Take it easy ajaa 😀
LikeLike
Betul, sesuaikan saja dengan kondisi yang paling nyaman dengan kita.
LikeLike
aku kalau datang reuni karena ada temen deket yg jg dtg plus jaraknya deket jg selebihnya klo bkn krn itu aku ga mau dtg hahaha malessss bawaannya yg ada bikin bad mood. to emang bener kang merasa blm berhasil dibdg temen2 itu bikin minder yg lain pd omongin kesuksesan ntar ada yg baper kan sedih 😢
LikeLike
Iya, Bunda. Sesuaikan dengan kondisi kita ya. tapi pasti ada teman atau sahabat kita yang enggak lihat kesuksesan fisik belaka.
LikeLike
Beruntung saya dapat suami dekat, dan masih tinggal di kota kelahiran. Jadi setiap ada reuni rutin SMP maupun SMA seringnya bisa hadir. Alhamdulillah suami kasih ijin dan mau dititipin anak 🙂
LikeLike
Syukurlah, Mbak kalau jaraknya dekat apalagi suami membolehkan.
LikeLike
kalau aku cendrung ga datang karena teman-teman dekatku ga datang. karena seringkali memang saat reuni orang-orang akan ngobrol dengan teman-teman dekatnya saja lho (pengalaman)
LikeLike
reuni saya selalu kejauhan di aceh, sayanya tinggal di medan, tapi undangan tetap aja nyampe kesana mas… memang kita perlu husnuzan terus sama orang lain ya
LikeLike
Betul, namanya orang banyak urusannya, beda-beda.
LikeLike
Nomor 1 dan 3 nih kayaknya saya 😀 Eh tapi saya terbilang sering kok datang ke acara Reuni 😀
LikeLike
Enak ya Mas datang ke reuni, apalagi makannya banyak hehe
LikeLike
Saya mau minta pendapat dari mba2 tolong jawab dan minta pendapat nya…
Begini mba suami saya ngotot benar mau ikut reunian sama teman2 kuliah nya ke luar kota tapi saya tidak izinkan karna menurut saya ini nggak terlalu penting dan maksain kehendak sendiri untuk harus ikut reunian itu sedangkan kondisi keuangan kami nggak bagus dan kondisi saya sekarang sedang sakit dan baru melahirkan. Jujur ne mba suami saya terlalu egois. Saya bilang ke dy kalau reuni nya ke jauh apa lagi sampai 2/3 hari pergi nya saya tidak izinkan kalau untuk urasan kantor biarpun jauh sampai keluar negri saya izinkan tapi kalau hanya untuk reunian dan habiskan duit saya tidak izinkan dari pada uang nya untuk pergi reunian dan buat baju yang harga nya ratusan buat supaya kompak kata nya untuk acara nanti mending duit nya buat beli obat saya, Saya ngomong gitu mba soal nya saya minta duit buat beli obat suami saya bilang nggk punya duit tpi sekali kawan2 dia ngajak reunian dia ada duit nya mba apa saya nggak kesal mba. Terus dia jawab memang nya jangan ngatur2 hidup saya ya ini saya reunian ketemu kawan lama dan mereka sudah sukses semua jangan hambat2 saya. Rugi kalau saya tidak ikut ini ketemu kawan lama bukan nya mau main2 dan hura2 begitu mba jawab dia.
Dia lalu bentak2 dan marah2 ke saya mba.
Menurut mba apa kah reunian ini penting dari pada keluarga..??? Tolong jawab mba….
LikeLike
Sebaiknya tentukan prioritas, Mbak. Jika kondisi keuangan sedang tak bagus, prioritas untuk memenuhi kebutuhan primer tentu harus diutamakan. Jangan sampai mengorbankan kepentingan yang lebih utama. Jika memang benar untuk membangun relasi bisnis ya bagus, namun kan tidak harus lewat reuni, mungkin bisa lewat medsos atau telepon. Atau janjian ketemuan di waktu lain saat kesempatan lebih luang. Mbak juga bisa ikut mungkin saat sudah sehat. Semoga segera pulih dan diberi jalan keluar yang saalaing menguntungkan ya. Tetap semangat!
LikeLike
Alasan lainnya karena emang males dan udah lupa sama orang2 nya hahahaha takut canggung
LikeLike
Nah itu juga benar, haha… Emang lagi bete juga ada sih jadi malas datang.
LikeLike