Titik yang Terus Bergerak

DALAM KAIDAH BERBAHASA, titik berarti tanda agar kita berhenti. Jeda untuk mengambil napas sebelum masuk ke kalimat baru. Namun titik yang satu ini tidak mengenal kata berhenti.

Dialah Titik Widarti, seorang wanita sederhana dari Sidoarjo yang dengan segala keterbatasannya mampu menjalankan usaha produksi sulaman dengan mempekerjakan orang-orang difabel. Dengan caranya sendiri dia mampu memberi kesempatan kerja kepada orang-orang yang penghasilannya berkisar $1 per hari.

Jangankan ke Jakarta, pergi ke Surabaya pun dia belum pernah. Maka pergi ke Markas PBB di New York adalah pengalaman baru baginya. Di depan forum PBB yang dihadiri lebih dari 1.000 orang penting, Titik berbicara dengan lugas menceritakan pengalamannya menjalankan usaha dengan mendayagunakan orang-orang difabel.

Dalam forum tersebut dia berbicara dalam bahasa Jawa lalu diterjemahkan dalam bahasa Inggris kalimat per kalimat selama 30 menit. Belum sampai 10 menit Titik menceritakan pengalamannya dalam meningkatkan pendapatan orang-orang difabel yang miskin, ternyata banyak hadirin yang meneteskan air mata karena terharu.

Orang kampung dari Sidoarjo yang menjalankan usaha dari garasi sewa ternyata mampu menggetarkan hati orang-orang besar, seperti Ratu Beatrix dari Belanda dan Ratu Sofia dari Spanyol, serta banyak duta besar dan Sekjen PBB Kofi Annan.

Mereka tersentuh karena mendapati bahwa di belahan dunia lain yaitu di Indonesia ternyata ada semangat orang-orang miskin untuk bangkit dari kemiskinan mereka, Orang-orang miskin itu tidak menyerah tapi butuh uluran tangan. Mereka tidak ingin diberi belas kasihan, hanya meminta agar diberi kesempatan bekerja dan akses pasar. Dengan adanya akses pasar maka produk mereka bisa dibeli konsumen sehingga mereka punya penghasilan. Sesederhana itu.

Hadirin terlihat mengatupkan mulutnya, matanya basah menahan haru. Mereka kagum betapa orang miskin seperti Titik masih punya harapan (hope) dan mau berupaya (effort). Lebih terenyuh lagi karena selama menjalankan usahanya ternyata Titik belum pernah mendapat suntikan modal dari bank karena memang dia tak punya agunan. Jangankan agunan, tempat usahanya saja hanya berupa garasi tetangga yang ia sewa sebagai tempat usaha dan menginap para pekerja difabel.

“Yang kami butuhkan adalah kesempatan, bukan belas kasihan!” tegas Titik. Bayangkan bila tak ada orang-orang seperti Titik, tentu sulit mencarikan pekerjaan yang cocok untuk orang-orang difabel. Titik menemukan bahwa ternyata pekerjaan menyulam cocok bagi mereka dan bisa laku di pasar. Produk mereka antara lain tas bersulam, baju, kerudung, sarung, dan taplak meja.

Tiga tahun setelah acara di PBB tahun 2005 itu, Titik mendapat kucuran dana dari BRI sebesar 500 juta dan produk usaha Titik mampu menembus pasar ekspor termasuk pesanan Ratu Beatrix Belanda dan Ratu Sofia Spanyol. Pesanan juga mengalir dari negara-negara Amerika Latin.
image

[Disarikan dari buku Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha karya Dr. B.S. Kusmuljono]

8 Comments

  1. Luar biasa. Saya mungkin belum bisa seperti tokoh diatas. Liat yg ngemis dijalan dengan kekurangan anggota tubuh saja masih ada rasa tidak percaya dalam hati. Memberi tapi takut tipuan, ga memberi hati yang tertutup noda hitam (kikir).
    Semoga saya bisa menjadi inspirator juga seperti ibu titik dengan membesarkan blog dan penghasilan agar nanti yg nganggur ga mesti jadi beban masyarakat. #random

    Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s