Kendati sudah menjadi isu global yang sering disinggung dan diperbincangkan, nyatanya tidak semua orang percaya bahwa global warming benar-benar terjadi. Alih-alih memandangnya sebagai masalah dan berdampak pada bumi jika tidak ditangani dengan serius, ada sejumlah orang yang merasa bahwa global warming hanyalah akal-akalan ilmuwan yang haus akan pendanaan dengan cara menakut-nakuti khalayak sebagai sesuatu yang berbahaya dan mendesak. Global warming dianggap sebagai konspirasi yang diembuskan untuk meraup keuntungan bagi pihak tertentu saja—demikian yang pernah ditulis dalam sebuah buku mengenai teori konspirasi.
Bagi saya pribadi yang bukan saintis dan bukan pula otoritas pengambil kebijakan strategis berskala global, saya cenderung menanggapinya sebagai hal yang penting sebab tanda-tanda atau pengaruhnya sudah lama terasa. Cuaca panas yang awet, perubahan iklim yang ekstrem, curah hujan yang mengalami anomali, serta banyaknya bencana alam seperti badai dan banjir di beberapa negara bukanlah peristiwa yang bisa disepelekan. Sudah saatnya masing-masing orang turut serta mengambil langkah, walaupun sederhana, untuk menyelamatkan bumi yang kita cintai.
Berikut beberapa aksi kecil yang selama ini saya dan keluarga lakukan demi mendukung tujuan tersebut.
1. Kurangi penggunaan plastik
Sudah beberapa tahun bahkan sejak masih tinggal di Bogor, kami sengaja mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Saat berbelanja ke pasar tradisional, kami biasa membawa tas sendiri atau plastik kresek bekas dari transaksi sebelumnya yang keburu mendapat plastik. Begitu juga ketika merapat ke minimarket di mana pun, bisa dipastikan kami membekali diri dengan tote bag atau langsung dimasukkan dalam tas ransel jika belanjanya mendadak.
Tote bag kebetulan tersedia cukup banyak di rumah, mulai dari hasil ikut event blogging, seminar, bonus beli buku atau pemberian teman. Tas-tas ini nyatanya memang awet dan lumayan meringkas penggunaan plastik agar tidak berlebihan. Memang pilihan seperti ini rupanya tidak lazim di tempat kami tinggal, baik di kota besar maupun di kota kecil. Pernah saya saling mengotot dengan seorang ibu penjual kue basah karena saya menolak plastiknya. Ibu itu menganggap tidak pantas jika saya pulang tanpa plastik sementara saya hanya membeli dua buah donat yang sudah dikemas plastik bening dan bisa dengan mudah saya masukkan ke dalam tas ransel si sulung yang baru pulang dari sekolah.
Tak hanya di pasar tradisional loh, di minimarket pun para pelayan tak jarang merasa aneh dan sedikit masygul dengan penolakan atas tawaran plastik sebab sudah membawa tote bag atau container sendiri. Keanehan boleh terjadi, namun diet plastik harus terus berlanjut. Maka sewaktu pemerintah menerapkan plastik berbayar, kami sudah terbiasa.
2. Kurangi kertas
Langkah lain yang mudah adalah mengurangi penggunaan kertas. Yang paling mudah adalah memilih tidak ambil pakai struk saat mengambil uang di ATM. Saya sangat sangat sering menjumpai kertas struk berserakan di bilik ATM yang hanya menjadi sampah meskipun bersih. Ada yang mencampakkannya di tong sampah, namun sering pula tercecer di lantai atau atas mesin dan bahkan tertinggal di mulut ATM. Sungguh miris, padahal kita bisa pilih nonkertas karena saldo akhir sudah tertera di layar atau bisa dicek melalui Internet banking.
Dalam beberapa kasus, seperti transfer, kadang kita butuh bukti transfer untuk memperlancar transaksi. Jika struk sudah tak dipakai, saya biasa manfaatkannya struk itu untuk mencatat sesuatu seperti daftar belanja, menyusun draft tulisan, atau hl-hal penting lain untuk ditempel di papan sebagai pengganti post-it-note. Selain gratis, ini bisa menghemat sumber daya bumi. Adapun kertas bukti pengiriman dari ekspedisi, saya biasa memberikannya kepada duo Xi sebagai media gambar karena hobi mereka menggambar aneka kendaraan bermesin besar seperti truk dan bus.
Beberapa di antaranya bisa dilihat berikut ini. Ketimbang dibuang, kertas bukti pengiriman bisa bermanfaat untuk mewadahi kreativitas atau mempertajam bakat anak. Hal yang sama berlaku untuk kartu nama yang sudah tak dipakai. Halaman baliknya bisa ditulisi atau digambari. Asyik kan?
3. Menanam pohon
Pindah ke rumah sendiri sebulan yang lalu, tentu saja kami kegirangan. Meskipun mungil, suasananya lumayan asri karena menghadap tambak dan sawah. Lebih menyenangkan lagi, tepat di pinggir tambak terdapat tanah terbuka yang bisa kami tanami. Beberapa pohon yang tumbuh di sana antara lain alpukat, jeruk, kers, srikaya, dan salak. Sedangkan belimbing dan rambutan ternyata tak bertahan.
Sementara di pot di depan saung ada daun pandan, kemboja, jeruk, dan aneka bunga. Ruangan terbuka berupa tambak dan kehadiran aneka tumbuhan turut menyumbang oksigen sehingga udara terasa semriwing dan tak perlu memasang alat pendingin ruangan yang berbahaya bagi ozon. Jika cuaca terlalu panas, kami bisa membuka pintu atau menyalakan kipas angin dengan tetap memperhatikan kebutuhan.
4. Bersepeda
Bersepeda memang mengasyikkan. Selain menyehatkan, tak banyak menyedot biaya. Tak perlu uang untuk membeli bahan bakar, paling sepiring nasi atau kue. Yang paling krusial, bersepeda bisa mengutangi emisi karbon yang berbahaya bagi Bumi seandainya kita menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil. Bukan berarti tak boleh berkendara, namun memprioritaskan jarak. Bila tempat yang dituju masih oke ditempuh dengan sepeda, maka kendaraan bermotor bisa istirahat dulu. Minimal mengurangi jika tak menghilangkan.
Pergi ke pasar, minimarket, atau masjid masih mungkin dilakukan dengan bantuan sepeda. Mengayuh toh bikin sehat kan dan juga bikin dompet aman, hehe. Anak-anak terbukti lebih menyukai bersepeda karena sensasinya berbeda dibanding kendaraan bermotor. Butuh keseimbangan dan ketelatenan. Apalagi menyusuri sungai dan bedungan, wow, seru banget!
5. Hemat listrik
Karena tarif dasar listrik terus melambung, bukan saatnya lagi boros menggunakan listrik. Membatasi pemilikan alat elektronik adalah solusi ampuh dan terbukti menekan biaya listrik bulanan. Televisi kami hanya bisa menyajikan satu saluran, jadi Cuma ada satu atau dua acara yang biasa kami tonton. Itu pun tidak getol alias bisa dilewati kapan saja.
Konsumsi terbesar boleh jadi berasal dari pompa air karena air PDAM belum mamsuk ke rumah kami. Pompa kami nyalakan dua kali sehari, pagi dan sore untuk menghemat listrik. Selain itu, paling cuma lampu, laptop, dan pengisian daya ponsel yang tak terlalu besar. Kami bisa akali dengan menggunakan lampu yang penting-penting saja dan mematikan lampu yang tidak dipakai. Kipas angin juga perlu perhatian khusus karena cuaca belakangan sering panas.
6. Hemat air
Walaupun air berlimpah dari sumur yang kampi punya, bukan berarti kami bisa membuang-buang begitu saja. Saya pernah membaca bahwa siklus air dari pemakaian hingga bisa dipakai lagi butuh waktu yang cukup lama. Ketersediaannya pun bukan tak terbatas. Oleh karena itu, bijak menggunakan air bukan lagi pilihan, tetapi langkah wajib yang harus kita adopsi. Kami memasang kran air dengan shower agar mandi bisa lebih hemat. Bagaimana dengan kesegaran? Tetap segarlah asalkan dihayati.
Selain itu, air bekas mencuci pakaian biasa saya gunakan untuk mencuci motor dan sepeda. Membuang air rasanya berdosa jika tak dimanfaatkan secara optimal. Apalagi sebagai muslim, penggunaan air secara berlebihan sudah menjadi perhatian Nabi, bahkan kita dilarang berwudu dengan boros kendati sedang berada di atas sungai. Intinya, hal apa pun yang berlebih-lebihan termasuk air bakal ada perhitungannya.
7. Kurangi makan daging
Karena usia yang terus merangkak, konsumsi daging sudah saya kurangi. Sebaliknya saya perbanyak sayur dan buah. Ayam dan daging tak terlalu favorit lagi, paling sesekali saja. Selain relatif lebih sehat untuk kondisi saya, pengurangan konsumsi daging berarti mengurangi beban energi yang dipakai saat produksi di peternakan. Konon energi yang dipakai di sana cukup besar sehingga kita perlu bijak kapan harus mengonsumsi daging.
8. Tidak menyiakan makanan
Saya paling marah jika anak-anak tidak menghabiskan makanan di rumah. Selain menghamburkan sumber daya alam yang terbatas, itu juga sikap tidak bersyukur atas nikmat Tuhan. Di belahan dunia lain banyak orang tak makan akibat paceklik atau peperangan. Alam tidak lagi bersahabat di sana. Maka kita yang masih diberi kesempatan mengisi perut secara wajar hendaknya memanfaatkan peluang itu dengan penuh tanggung jawab. Ingat, semua ada hisabnya. Berempatilah. Kalau masak berlebih, sebaiknya bagikan.
9. Beli buku bekas
Saya pernah membaca bahwa menggunakan buku bekas bisa menjadi langkah konkret mengurangi pemanasan global. Logikanya gampang: membeli buku bekas berarti menunda ditebangnya pohon untuk memperoleh kertas sebagai bahan baku produk cetakan. Dengan demikian, alam tidak keburu kepanasan akibat tak seimbangnya jumlah pohon yang ada akibat penebangan dan reboisasi yang gagal.
Dunia penerbitan sudah menggunakan kertas bookpaper yang konon mengandung keasaman yang rendah sehingga lebih ramah lingkungan. Di luar negeri kertas-kertas yang di pakai penerbit asing bahkan diawasi dan dipastikan tidak menggangu ekosistem alami.
Belakangan saya suka sekali berburu buku bekas melalui media online. Selain lebih irit, langkah sederhana ini bisa menghemat konsumsi kertas dalam dunia penerbitan. Dalam kadar tertentu, membaca buku bekas malah menciptakan kenikmatan tersendiri karena tak banyak yang membaca buku serupa. Buku baru memang seru, namun buku lama tak kalah luar biasa isinya.
10. Batasi pembelian pakaian
Saya paling malas membeli baju baru. Selain repot nanti harus memilih saat akan dipakai, banyaknya baju berarti banyak pula sumber daya alam yang dipakai untuk membuatnya. Saya pernah membaca di sebuah situs bahwa tidak menumpuk pakaian berarti turut mengurangi global warming.
Tak harus beli baju bekas sih, cuma ya paling tidak memanfaatkan yang ada dahulu ketimbang menimbun dan malah sering tak dipakai. Lebih baik hibahkan jika tak lagi disenangi. Kurangi kepemilikan pakaian untuk mengurangi beban di akhirat nanti.
Bagaimana dengan BBC Mania, adakah solusi lain sebagai cara merespons pemanasan global?
aku di rumah milah2 sampah dan yg bisa diatbung ke bank sampah, yg organik jd pupuk. Tetangga bingun lihat tong sampah di depan rumahku jarang terisi sampah
LikeLike
Dulu sempat telaten, sekarang terburu malas hehe
LikeLike
Saya baru bisa mengurangi plastik dan kertas aja Mas. Kalau daging emang sangat jarang. Kalau makanan memang kadang msh terbuang. Hm, PR besar saya mengolah sampah rumah tangga. Biar nggak mumet sama aksi kucing tetangga.
LikeLiked by 1 person
Sama, Mbak. PR terbesar itu mengurangi sampah makanan. Butuh komitmen ekstra.
LikeLiked by 1 person
Kebanyakan malah sampah makanan ya…. Emang butuh komitmen ekstra ka…..
LikeLiked by 1 person
Betul, Kak. Menghamburkan makanan juga sangat perlu dikecam dan disayangkan.
LikeLike