#AyoHijrah ke Bank Muamalat Indonesia, Solusi Bijak Agar Hidup Lebih Berkah

Saya tak kuasa menahan air mata. Di depan seorang sahabat yang datang berkunjung, saya tak peduli ketika lelehan air mata perlahan-lahan turun, terasa panas hingga akhirnya saya seka sendiri. Saya kehabisan kata-kata untuk meluapkan kecemasan; saya tergugu sambil terus dihantui alat EKG yang tak henti berbunyi setiap detik, mengiringi detak jantung si bungsu yang bergerak naik turun.

Pagi itu cuaca Bogor seperti biasa: tidak terik, tapi juga tidak mendung. Angin sepoi tak sanggup menepis kegalauan saya dan istri karena hati masih kalut menunggu si bungsu, Bumi, yang telah tergeletak lemah selama 2 hari di ruang HCU (High Care Unit) karena kadar HB-nya turun drastis tanpa tahu penyebabnya. Begitu tiba di rumah sakit, ia nyaris tak sadarkan diri. Napasnya tersengal-sengal meski sudah dibantu masker oksigen. Entah alat apa saja yang terpasang di tubuh anak 4 tahun itu.

Transfusi darah sudah dilakukan, tapi belum juga tampak tanda-tanda perbaikan. Berkali-kali perawat mencoba mengambil sampel darahnya untuk diuji di laboratorium, agar kami tahu apa penyakitnya, tetapi darah selalu membeku begitu jarum injeksi menusuk kulit tipisnya. Walhasil, jeritan dan tangisan pecah entah berapa kali karena pengambilan sampel selalu gagal bahkan hingga hari kedua. Kami berurai air mata, dalam sedih dan lantunan doa.

Sungguh tak terduga Bumi yang periang akan tergolek tak berdaya seperti itu. Bukan hanya cemas oleh kondisinya yang tak kunjung membaik, saya terutama dirundung kepedihan memikirkan biaya yang harus kami bayar. Tahun 2016 kami tak punya asuransi kesehatan apa pun. Sementara biaya perawatan di ruang HCU begitu tinggi karena banyak sekali alat dan obat yang tak pernah kami antisipasi—terutama asupan oksigen yang ternyata angkanya fantastis. Barulah tersadar betapa bernilainya nikmat bernapas setiap hari saat kami masih sehat walafiat.

Untunglah tetangga yang turut mengantar ke rumah sakit—di tengah hujan besar malam sebelumnya—berkenan meminjamkan dana yang cukup besar sebagai deposit di rumah sakit sambil menunggu saya mencairkan deposito di Bank Muamalat begitu saya sempat. Alhamdulillah, uang dalam deposito inilah yang kami andalkan saat itu. Kalau tak salah ingat, kami sudah menggunakan deposito di Bank Muamalat selama 1,5 tahun dengan termin setiap triwulan.

Sehat ‘Berkat’ Muamalat

Pernah saya singgung pada tulisan terpisah bahwa tahun sebelumnya kami sempat berencana membeli mobil bekas secara tunai dari uang yang kami depositokan itu. Nyatanya Allah berkehendak lain. Mobil urung kami beli, sebab tak lama berselang Bumi harus dirawat karena penyakit yang tak kami ketahui penyebabnya dan sangat memakan biaya. Betapa gembiranya hati kami begitu Bumi boleh pulang meski harus dirawat jalan. Rasa syukur tak terkira pun membuncah sebab deposito di Bank Muamalat menjadi sarana ‘menyelamatkan’ nyawa anak kami meskipun waktu itu belum jatuh tempo pencairan.

Ceria lagi, alhamdulillaah ….

Kami telah 2 tahun meninggalkan Bogor dan kini tinggal di kampung halaman agar dekat dengan ibu yang sudah sepuh. Banyak yang berubah setelah kami pindah. Bumi tak lagi sakit-sakitan setelah dikhitan. Ia tumbuh semakin besar, sehat penuh semangat setelah ikut berlatih Taekwondo dan rajin menghadiri kelas tahfidzul Quran. Ia makin kegirangan ketika punya tabungan atas nama sendiri di Bank Muamalat seperti ayahnya.

Untung karena Menabung

Hal itulah yang tak berubah: keluarga kami tetap setia menjadi nasabah Bank Muamalat. Sejak tahun 2011 di Bogor saya sudah punya rekening tabungan Muamalat ditambah rekening Tabungan Haji Arafah (untuk saya dan istri) mulai tahun 2015, sedangkan Rumi si sulung menabung di rekening Tabunganku yang bebas uang administrasi bulanan. Di Lamongan, Bumi kami bukakan juga rekening Tabunganku seperti kakaknya. Rekening semacam ini sangat cocok untuk anak-anak karena setidaknya bermanfaat untuk mengajarkan mereka beberapa hal berikut.

1 – Sabar

Kalau boleh dirangkum dalam satu kata yang padat, sabar adalah value yang sangat primer dalam seluruh aspek kehidupan di dunia. Sebagai contoh, orang mencari nafkah harus bersabar, mau punya momongan kudu bersabar, lulus kuliah dengan hasil memuaskan juga harus bersabar, dan sebagainya. Perilaku korupsi juga akibat ketidaksabaran dalam meniti proses. Oleh sebab itulah sabar menjadi ujian sepanjang hayat manusia.

Kegiatan menabung adalah cara mudah untuk mengenalkan anak agar bersabar. Dengan menabung anak belajar menahan diri untuk tidak terburu memiliki sesuatu. Menabung mengajarkan anak pentingnya proses dan perjuangan sebelum memperoleh sesuatu yang diinginkan—apalagi yang besar. Karena berasal dari keluarga biasa, sejak kecil kami dilatih untuk mau menanti dalam kesabaran sebelum membeli sesuatu, yang bisa diatasi dengan menabung.  

2 – Hemat

Hemat pangkal kaya adalah pepatah yang penuh makna. Jangan fokus pada kata ‘kaya’, tapi rasakan sendiri manfaat hidup hemat. Hidup hemat bukan berarti pelit, tetapi paham apa yang harus dipenuhi sesuai skala prioritas dan kemampuan finansial. Dengan menabung, anak jadi mengerti mana kebutuhan yang mendesak dan mana yang bukan. Untuk bisa membesarkan saldo tabungan, anak harus berhemat entah dengan menyisihkan uang jajan atau uang pemberian orang. Selain ditabung, uang mereka bisa dialokasikan sebagian untuk bersedekah. Asyik kan?

3 – Tekun

Agar uang dalam tabungan terakumulasi dengan cepat, anak harus tekun dalam menyetorkan uang ke dalam rekeningnya. Dengan menabung, anak belajar berlaku konsisten atau istikamah. Tanpa setoran teratur, mustahil saldo akan membesar. Dibutuhkan ketekunan dan keajekan agar saldo mereka terus meningkat sehingga bisa dipetik untuk kebutuhan yang bermanfaat.

4 – Percaya diri

Salah satu manfaat menabung yang dirasakan langsung oleh Rumi dan Bumi adalah ketika mengikuti ujian kenaikan tingkat (UKT) Taekwondo beberapa bulan lalu. Kakaknya yang semula jadi korban bullying dan ogah-ogahan berlatih bahkan berhasil naik 2 tingkat dan kemudian meraih medali emas pada Kejurprov Jawa Timur Maret lalu. Nah, uang ujian itu mereka ambil dari hasil menabung sedikit demi sedikit. Dari uang saku dan pemberian orang, mereka masukkan dalam celengan kaleng bekas seperti berikut.

Tak henti-hentinya mereka menyebut kepuasan ikut ujian dengan mendanai biayanya sendiri. Jelas betul kepercayaan diri mereka tumbuh, terutama bagi Rumi yang awalnya traumatis karena perundungan. Kami memang bukan keluarga kaya, jadi menabung harus jadi budaya. Sisa kembalian berupa koin 100-1000 selalu terjun ke dalam celengan mereka untuk kemudian disetor ke dalam rekening Tabunganku di Bank Muamalat begitu sudah agak banyak. Petugas teller selalu ramah dan antuasias melayani mereka saat menyetor uang.

5 – Empati  

Bagaimana mungkin menabung bisa melatih anak belajar berempati? Tentu bisa. Kami sekeluarga suka mengudap camilan, tak terkecuali anak-anak. Keinginan untuk ngemil berlebihan harus ditahan sehingga uangnya bisa ditabung. Alih-alih terus makan camilan, kami tak lelah mengingatkan betapa sulitnya penderitaan anak-anak di negara lain yang dilanda konflik berkepanjangan. Uang jajan itu kemudian disimpan dalam rekening dan sebagian didonasikan seperti ketika sebuah panti asuhan di Bogor dilanda kebakaran sampai mereka mengungsi.

#AyoHijrah Agar Lebih Berkah

Kenikmatan menjadi nasabah Bank Muamalat–termasuk anak-anak yang akhirnya jadi debitur cilik–tak terjadi begitu saja. Suatu sore datanglah pesan singkat atau SMS yang memberitahukan bahwa kami memiliki tunggakan berkaitan dengan cicilan KPR dan diminta segera membayarnya. Saya dan istri tentu saja terkejut melihat nilai yang harus kami bayarkan. Seingat kami baru dua kali kami telat membayar cicilan tapi selalu membayar setiap bulan. Bagaimana mungkin nilai denda bisa nyaris sebesar nominal cicilan sebulan?

Sejak saat itu kami kapok dan bertekad untuk hijrah ke bank yang murni syariah. Apalagi kalau bukan Bank Muamalat. “Dulu yang merintis kan Pak Habibi, Yah!” ujar istri mengenang sewaktu ia masih tinggal di Jakarta. “Masak sih orang pintar bikin bank abal-abal. Tentunya kan bank yang bagus dan enggak main-main!” ucapannya itu makin memperkuat kami jadi nasabah Bank Muamalat Indonesia, sejak 2011 hingga kini. Sejauh pengalaman kami bersama Muamalat, bank ini bisa diandalkan. Yang paling penting, kami tenang dalam setiap transaksi karena didukung oleh bank yang berpegang pada prinsip-prinsip syariah tanpa membebani nasabah.

Kampanye #AyoHijrah yang grand launchingnya dirilis pada 8 Oktober 2018 merupakan program positif dari PT Bank Muamalat Indonesia Tbk guna mengajak masyarakat untuk berhijrah, terutama mengenai layanan perbankan yang sesuai syariah. Lewat kampanye ini, sebagai bank pertama murni syariah di Indonesia, Bank Muamalat hendak menjadi agen penggerak semangat umat agar senantiasa meningkatkan diri menuju aplikasi ajaran Islam yang lebih baik, sempurna dan menyeluruh (kaffah), bukan semata-mata institusi perbankan yang cuma menyediakan layanan perbankan syariah.

Bagi kami sekeluarga, kampanye #AyoHijrah mewakili spirit untuk berbenah dalam pengertian seluas-luasnya. Bukan hanya hijrah menuju pengelolaan keuangan yang lebih syar’i melalui Bank Muamalat, tetapi juga tekad dan kemauan untuk memperbaiki kualitas penerapan ajaran Islam yang lain. Kampanye ini seolah-olah terus membisikkan di telinga kami, “Hai, jangan lupa hijrah. Jangan lupa hidup lebih Islami!” Sebagai pilihan jalan hidup (way of life), Islam didengungkan kembali lewat gerakan #AyoHijrah sehingga beragam aktivitas sehari-hari harus diupayakan untuk selaras dengan sendi-sendi agama Islam demi kehidupan yang lebih baik dan berkah.

Tren minat kepada pengelolaan uang secara syariah terus meningkat di berbagai negara, bahkan di Inggris—juga di negara jiran. Nonmuslim juga dikabarkan turut beralih ke keuangan syariah. Sungguh sayang jika Bank Muamalat sebagai pionir bank syariah di Indonesia tidak kita manfaatkan potensinya. Berdasarkan pengalaman pahit saya terkena denda tinggi akibat terlambat mencicil, saya pribadi berharap agar #AyoHijrah mampu menjadi energi positif yang tidak hanya mendongkrak ekonomi nasional tetapi juga mendorong diterapkannya prinsip-prinsip Islam secara menyeluruh sehingga Indonesia yang mayoritas muslim bisa aman dan sejahtera.

Kenapa Harus Bank Muamalat

Hijrah bukan lagi sebuah pertanyaan iya atau tidak, tetapi tentang waktu: sekarang atau nanti. Tentu saja lebih cepat lebih baik sebab tak ada jaminan hidup lebih lama lagi. Didirikan sejak tahun 1992, Muamalat adalah solusi cerdas karena telah berkiprah hampir tiga dekade yang berarti mampu mempertahankan konsistensi dalam pengelolaan keuangan syariah di tengah persaingan yang ketat. Perjalanan selama 27 tahun menandakan kepercayaan nasabah pada bank yang banyak menyabet penghargaan ini.

Alasan kedua, Bank Muamalat tidak menginduk kepada bank lain. Itu artinya kemurnian syariah terjaga. Bank-bank lain berlabel syariah terus muncul, namun masih dipayungi oleh bank induk yang bukan syariah. Oleh sebab itu, sebagai perintis satu-satunya bank syariah murni, Muamalat adalah jawaban untuk urusan pengelolaan uang atau investasi kita.

Ketiga, ini yang saya suka. Ketika beberapa kali menggunakan layanan deposito di Bank Muamalat, kami tidak mendapatkan bunga seperti bank konvensional yang pernah kami pakai 4 tahun sebelumnya. Sistem bagi hasil sungguh sangat adil dan menenangkan hati. Karena didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah, maka investasi uang kita diarahkan hanya untuk hal-hal yang jelas kehalalannya—bukan mengejar keuntungan semata. Apalagi kita bisa membeli sukuk di Bank Muamalat yang sekaligus membantu pembangunan negara.

Berharap bisa menunaikan rukun Islam ke-5

Alasan berikutnya adalah beragamnya varian produk dan layanan yang ditawarkan Bank Muamalat. Saya pribadi sangat puas memiliki tabungan di sana, baik tabungan reguler maupun tabungan haji hingga deposito yang dijamin pula oleh LPS. Dengan dukungan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM serta Kantor Cabang hingga ke luar negeri, Bank Muamalat layak kita andalkan sebagai tempat menabung atau berinvestasi. 

Rencana dan Harapan

Di tempat baru, di kota kecil yang sepi, saya menekuni pekerjaan sebagai seorang freelancer baik editor maupun bloger. Memang tidak menjanjikan penghasilan yang tetap sebagaimana masih menjadi karyawan dulu. Namun tekad saya masih tetap ingin kembali membuka deposito di Bank Muamalat karena deposito syariah dalam mata uang Rupiah dan US Dollar terbilang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal.

Bukan hanya menguntungkan melalui bagi hasil atau mudharabah yang optimal, yang paling utama adalah keluarga kami jadi tenang karena dana investasi yang kami titipkan insyaallah dikelola secara syariah dan dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi umat. Waktu yang fleksibel, mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan hingga 12 bulan menawarkan kemudahan tersendiri. Ketika Bumi dirawat lantaran sakit keras dan saya butuh dana dalam waktu cepat, Muamalat bisa segera mencairkan deposito saya. Dan inilah inti sebenarnya, jadi jaminan agar suatu hari ketika kita butuh mendadak, uang siap di Bank Muamalat.

Sebagai penutup, izinkan saya menuliskan pantun doa untuk Bank Muamalat yang berulang tahun ke-27.

14 Comments

    1. Waktu itu pas ada dana agak besar, jadi sengaja didepositokan aja Fit karena kan berjangka, enggak bisa diambil kapan saja kayak tabungan biasa. Memang banyak manfaatnya, terutama pas perlu mendadak. Bagi hasilnya juga lebih kompetitif dibanding tabungan kok.

      Like

    1. Iya, Mas. Hati lebih tenang karena uang kita dikelola secara syar’i. Enggak takut denda yang besar dan menyesakkan dada. Berat kalau terkenan riba, Mas. Hati waswas dan khawatir harta enggak berkah.

      Like

  1. Hati saya meringis membaca artikel ini, Mas Rudi. Semoga ke depan, Bumi sehat selalu dan tidak perlu mendapat perawatan mencengangkan seperti yang sudah dituturkan Mas Rudi. Mengenai deposito atau produk simpanan lainnya, sepertinya memang menjadi kebutuhan setiap orang ya, Mas. Sebab kita tidak pernah tahu, kapan terjadinya kondisi yang memerlukan biaya tak sedikit.

    Saya turut mendoakan supaya mimpi Mas Rudi ke Tanah Suci bisa diijabah Allah melalui artikel ini. Terima kasih dan salam hangat.

    Like

    1. Aaamin, terima kasih buat doa Mas Nodi. Betul, Mas. Sangat memilukan saat itu. Betul-betul kalut, beuntunglah masih ada sisa deposito yang bisa kami manfaatkan. Semoga saya beneran bisa berangkat ke Tanah Suci ya, entah bagaimana cara Allah akan mewuwjudkannya.

      Like

  2. Saya jadi tertarik untuk buka deposito juga, Mas..

    Omong-omong, tabungannya Mas Rudi banyak juga yaa.. Ada tabungan haji juga. Itu mengisinya dibagi-bagi juga kah?

    Kalau tabungan anak-anak, itu murni dari uang saku yang mereka sisihkan ya? Saya jadi ingin buka rekening untuk anak-anak juga, supaya mereka juga bisa mendapatkan manfaat dari menabung ini. 🙂

    Like

    1. Hehe, banyak jenisnya tapi isinya enggak banyak, Mbak. Iya isinya dibagi dikit-dikit sesuai pos kalau ada pendapatan yang lumayan besar. Seperti foto yang saya tampilkan di atas, ada kaleng untuk jadi tandon sementara sampai cukup pantas untuk disetorkan ke masing-masing rekening.

      Adapun tabungan anak-anak, sumbernya beragam, Mbak. Ya sisa uang saku, pemberian orang, atau hadiah lain. Iya, Mbak Bukakan saja rekening untuk mereka. Dengan memiliki rekening yang tercetak namanya sendiri, mereka akan bangga dan semangat untuk menabung. Biar tahu bahwa butuh kerja keras untuk dapat sesuatu. Muamalat aja 😀

      Like

Tinggalkan jejak