Penipuan Pembelian Masker di Tengah Wabah Corona

Di tengah wabah global yang mencekam, ada saja orang yang tega memanfaatkan situasi dengan mengeruk keuntungan ekonomi buat kantong pribadi. Alih-alih meringankan beban sesama, sejumlah orang malah tak segan menipu seolah uang yang diraup akan bisa dinikmati.

Dua pekan silam saya terkejut ketika sebuah nomor asing menelepon melalui aplikasi WhatsApp (WA). Saya memang sengaja tak menjawab nomor asing, maka saya biarkan panggilan itu tak terjawab. Penelepon akhirnya mengirim pesan berisi permintaan tegas agar teman saya mengembalikan uangnya. Saya tentu saja bingung sebab tak kenal penelepon, pun dengan pembawa uang yang disinyalir sebagai teman saya tersebut.

Sumber foto: abc.net.au

Penipuan masker Coronan

Rupanya lelaki asal Jogja ini telah memesan masker dan mengirimkan uang 300 ribuan (30% dari harga jual) sebagai uang muka dengan janji akan dikirimi masker sesuai pesanan. Pembayaran bisa dilunasi begitu masker diterima. Ternyata masker tak pernah dikirim dan nomor pemesan malah diblokir.

Saya bilang itu jelas penipuan dan bertanya kepada pemesan kenapa tidak bertransaksi COD jadi pembayaran diberikan sekaligus penyerahan barang. Penjual beralasan tak bisa COD entah karena apa dan mengirimkan screenshot KTP asal Jember untuk meyakinkan. Karena sangat butuh masker, pembeli pun percaya dan rela membayar dulu.

Saya pun mencoba bantuan seorang teman di Jember untuk mengecek kalau-kalau dia mengenal wanita dalam KTP tersebut. Walau sangat mungkin KTP yang dikirim oleh penipu diambil begitu saja di Internet sebagaimana ia mencomot foto paket saya dari blog.

Bukan paket berisi masker

Itulah sebabnya pembeli yang tertipu bisa mendapat nomor saya. Demi mendukung keandalan layanannya, penipu mengirimkan screenshot percakapan yang menunjukkan paket dari pembeli yang sukses menerima barang pesanan. Paket yang ditampilkan adalah paket atas nama saya yang sebetulnya berisi sebuah novel tebal sebagai hadiah lomba dari Sederet dotcom. Foto itu diambil dari blog ini yang saya unggah tahun 2011 silam.

Untunglah nomor saya masih aktif dan bisa dikontak beberapa korban penipuan. Saya tegaskan itu jelas penipuan sebab masker kini sedang sangat langka. Lagi pula, hampir tak mungkin penjual mau mengirimkan barang sementara pembayaran baru masuk 30%. Sungguh too good to be true kalau penjual mau mengirimkan barang dengan posisi utang 70%.

Beberapa hari kemudian pembeli lain asal Jogja dan satu TKI dari Korea mengungkapkan hal yang sama, dengan nominal lebih besar. Di Korea masker juga langka sehingga pesan lewat bantuan temannya di Jogja dirasa jadi solusi. Tak tahu kalau akhirnya malah tertipu. Padahal uang satu juta rupiah itu merupakan hasil patungan bersama teman-teman lainnya di Korea.

Kasus ini mengajarkan bahwa ada saja orang yang tega menipu di tengah kecamuk bencana global. Kedua, kalau ada yang menawarkan masker murah tapi menolak transaksi COD, sebaiknya ditolak atau dibatalkan. Ketiga, foto yang kita unggah di media sosial atau Internet mesti dibubuhi watermark sebagai pencegahan agar tak disalahgunakan sebagai bahan penipuan.

Semoga wabah Corona segera berlalu dan dunia tenang kembali, termasuk perang yang berkecamuk di beberapa tempat di belahan dunia lain.

5 Comments

Tinggalkan jejak