Setiap kali bicara soal sepeda atau aktivitas gowes, saya langsung teringat kutipan ilmuwan hebat Albert Einstein yang sudah sangat populer. Bahwa hidup ini ibarat naik sepeda, maka teruslah mengayuh agar berjalan seimbang tanpa terjatuh. Kalaupun medan berubah, kita bsa menyesuaikain kecepatan. Sesekali jeda untuk istirahat tak masalah asalkan tidak terhenti sepenuhnya.

Meningkatnya pengguna sepeda
Spirit positif itu rupanya makin relevan di tengah wabah yang tak kunjung musnah. Di tengah pandemi yang belum juga terhenti, orang-orang malah tergoda untuk menggowes di mana-mana. Alih-alih terdampak secara ekonomi, tak sedikit orang yang justru membeli sepeda-sepeda mahal agar bisa meramaikan euforia bersepeda.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa di Cina ada 20.000 unit sepeda yang sudah laris bahkan saat masih dalam proses produksi. Sementara di Inggris penjualan sepeda listrik VanMoof mengalami peningkatan sebesar 184% selama kurun Februari – April 2020, mengungguli penjualan sepeda merek sama di Amerika Serikat yang naik hingga 138%. Tren ini memang sejalan dengan kebijakan otoritas setempat yang menyediakan jalur khusus sepeda dan larangan penggunaan mobil di beberapa jalan.
Menurut survei The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), di Jakarta sendiri beberapa titik tertentu menunjukkan lonjakan pengguna sepeda yang sangat drastis mencapai 1.000% atau 10 kali lipat pada Oktober 2019 – Juni 2020. Mungkin bisa dimaklumi sebab orang mulai bosan berada di rumah sehingga memilih aktivitas di luar yang menyehatkan tanpa perlu mengeluarkan banyak uang.
Pertanyaannya: amankah bersepeda saat pandemi ketika orang dituntut membatasi interaksi? Untuk menjawab pertanyaan ini, Direktorat Promosi Kesehatan (Ditpromkes) di bawah Kementerian Kesehatan RI menghelat acara menarik Sabtu 7 November 2020. Seminar online bertajuk “Sepedaan Sehat dan Aman di Era Adaptasi Kebiasaan Baru” itu dilaksanakan dalam rangka menyongsong Hari Kesehatan Nasional yang jatuh tanggal 12 November 2020. Karena diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Zoom, seminar berjalan maksimal tanpa harus menghimpun orang hingga berdesak-desakan.
Ironi protokol kesehatan
Dipandu host millenial Yosh Aditya, acara yang dibuka tepat pukul 1 siang dengan presentasi dr. Riskiyana S. Putra selaku Direktur Ditpromkes itu menyedot perhatian ratusan goweser dan anggota berbagai komunitas yang peduli kesehatan. Ini memang cara asyik berbagi pengalaman. Tanpa meninggalkan rumah, kita bisa meraup ilmu dan wawasan hanya berbekal gawai dan jaringan Internet.

Riskiyana menuturkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai efektivitas protokol kesehatan dalam bentuk pemakaian masker, hand sanitizer, dan cuci tangan ternyata tidak diimbangi dengan praktik yang kuat. Persepsi responden sebagaimana tertuang dalam Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid19 yang dirilis oleh BPS tahun 2020 menunjukkan pemahaman yang baik.
Sayang sekali, dalam survei yang sama lebih dari separuh responden menyatakan bahwa mereka tak menerapkan protokol akibat tak adanya sanksi hukum atas mereka yang melanggar aturan yang berlaku. Jika ada pekerjaan tertentu yang sulit dikerjakan dengan menggunakan masker, itu mungkin bisa dimaklumi. Namun beralasan harga masker mahal sepertinya kurang tepat sebab banyak sekali pembagian masker gratis dari pemerintah maupun komunitas.

Yang tak kalah banyak adalah warga yang menolak mengikuti protokol lantaran mereka belum menemukan kasus penderita Covid19 di lingkungan atau wilayah mereka. Mereka merasa aman dan belum memandang perlu penggunaan protokol yang disarankan sebab menganggap wabah tak serius. Yang paling menyesakkan boleh jadi adalah atasan atau aparat yang tidak mau menerapkan protokol lalu diikuti oleh bawahan yang angkanya cukup signifikan yakni 19%.
Virtual Ride juga asyik
Dalam konteks inilah bersepeda bisa membantu menjaga kesehatan selama wabah—tentu tetap diimbangi dengan ketaatan pada protokol yang dianjurkan. Azwar Hadi Kusuma, founder dan pegiat Indonesia Folding Bike Community (IFBC) yang anggotanya mencapai 50.000 di seluruh Indonesia menyarankan agar kegiatan gowes tetap dilakukan selama pandemi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Namun Azwar mengingatkan untuk memperhatikan hal-hal penting saat bersepeda bersama sebagai berikut.
- Pastikan badan sehat dan bugar;
- Pilih rute gowes yang aman dan tidak ramai;
- Usahakan maksimum 5 orang yang dikenal atau dari kalangan keluarga untuk mencegah penyebaran virus;
- Gunakan helm keselamatan, kacamata, dan masker;
- Jaga jarak aman antarpesepeda, baik samping maupun depan belakang;
- Jika terasa engap akibat pemakaian masker, kurangi kecepatan;
- Jika lelah, berhentilah sejenak untuk bersantai tapi hindari berkerumun di tempat ramai seperti kedai makan;
- Bawa masker cadangan dan hand sanitizer, juga minuman dalam botol bertutup demi menjaga higienitas;
- Patuhi rambu lalu lintas;
- Semprot helm, kacamata, sepeda, dan sepatu dengan desinfektan begitu tiba di rumah;
- Segera mandi dan ganti baju sebelum berkontak dengan anggota keluarga.
Demi menjaga kemananan dan kenyamanan selama wabah, IFBC sengaja menggelar virtual ride melalui aplikasi tertentu sebagai pengganti jambore yang menjadi agenda tahunan. Dengan bantuan aplikasi, peserta tak perlu berkumpul dalam satu tempat tetapi jarak yang ditempuh tetap tercatat tanpa mengurangi keseruan. Inilah adaptasi kebiasaan baru yang coba dicontohkan oleh komunitas sepeda lipat Indonesia.

Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-56, Kemenkes RI bahkan mengadakan kontes Virtual Ride yang menempuh 56 km x 3 pekan. Tantangan positif seperti ini sangat kondusif di saat pandemi karena gowes tetap dilakukan di area masing-masing; jadi bisa sehat sekaligus berpeluang mendapat hadiah menggiurkan.
Saat menjawab pertanyaan peserta tentang masker yang bagus buat bersepeda, Azwar mengusulkan pemakaian masker medis karena memiliki pori-pori yang bagus dan relatif lebih nyaman sebab tidak mudah basah. Jika terpaksa memakai masker kain, pastikan dilengkapi lapisan dalam. Azwar juga mengajak para goweser di seluruh Nusantara untuk senantiasa menjaga imunitas dengan cara rajin bersepeda, tentunya tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Bike to work bukan hanya buat pekerja
“Bike to work bukan hanya untuk pekerja,” ujar Poetoet Soedarjanto yang mendapat giliran berbicara setelah Azwar. Founder Bike to Work Indonesia ini hendak meluruskan bahwa siapa pun bisa berpartisipasi dalam gerakan bike to work meski bukan pekerja kantoran. Berbagai kalangan bisa terlibat untuk berbagai kepentingan. Tak hanya ke kantor, pergi ke minimarket, tempat ibadah, atau tempat lain yang jaraknya berkisar 1-2 km pun bisa ditempuh menggunakan sepeda.

Pengalamannya sebagai goweser selama 15 tahun membuatnya yakin bahwa menggowes bisa membuat badan sehat dan bugar. “Tidak hanya sehat, tapi juga bugar,” demikian tutur Poetoet yang membedakan kedua kata yang selama ini dianggap sama. Sehat adalah ketiadaan penyakit, sementara bugar berarti kondisi badan yang segar dan bisa diajak beraktivitas apa pun, termasuk mencari rezeki.
Bersepeda selesaikan 4 masalah
Lebih lanjut Poetoet menegaskan bahwa saat ini kita menghadapi empat masalah serius, yakni kemacetan, kecelakaan, polusi, dan wabah korona. Poetoet optimistis bahwa keempat problem tersebut bisa ditangani dengan bersepeda. Menggowes berarti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, maka kemacetan diminimalisasi.
Kecelakaan di jalan raya seringkali akibat kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat dan lebih. Aktif bersepeda akan mengurangi dampak kecelakaan di jalan raya bagi goweser. Paling-paling cedera ringan saat bersepeda. Polusi pun bisa ditekan berkat penggunaan sepeda secara rutin sebab sepeda tak mengeluarkan karbon.

Terakhir, potensi terjangkit virus bisa dikurangi berkat aktivitas fisik seperti bersepeda. Bersepeda tak perlu mengeluarkan biaya besar dibanding ke gym, misalnya. Dengan mengikuti protokol kesehatan, bersepeda bisa menjadi solusi kreatif pencegahan meluasnya wabah korona. Maka Poetoet tak segan mengajak anaknya turut bersepeda untuk menjaga kebugaran tubuh.
Dengan bahasa yang persuasif, Poetoet mengingatkan agar bersepeda tidak dilakukan begitu saja. Selain ikut protokol kesehatan, kita mesti mengenali kondisi sepeda kita dan jalur yang akan kita tempuh. Pastikan kekuatan fisik kita sebanding dengan jarak tempuh atau medan yang akan kita lalui. Tetap junjung kesopanan di jalan sebagai etika pesepeda, begitu pesan Poetoet.

Mengakhiri seminar online, Ibu Marlina dari Ditpromkes mengapresiasi acara siang itu karena penuh dengan insight bermanfaat. Ia menyakinkan bahwa olahraga seperti bersepeda dapat membantu menjaga kesehatan selama wabah. Dia tak bosan mengingatkan agar kita terus menjaga pola 3M, terus menjaga kesehatan dengan bersepeda secara aman di era adaptasi kebiasaan baru.

Dengarkan ahlinya
Mengikuti seminar online bersama para pakar di bidangnya memang mengasyikkan. Kami mendapatkan wawasan praktis dan jitu untuk dipraktikkan selama pandemi berlangsung. Saya jadi teringat sudah cukup lama tidak menggowes. Sayang sekali Dr. dr. Sonny Harry B. Harmadi batal menyampaikan presentasi karena ada acara lain yang mendesak. Padahal beliau sempat hadir di awal sesi.
Nah, ingin bersepeda sehat dan aman selama pandemi? Pastikan mengikuti saran dan pandangan dari praktisi dan mereka yang sudah ahli. Tak ada alasan untuk bermalas-malasan sewaktu wabah, tetaplah bersepeda!

Kesalahannya kalau pas istirahat itu ya, masih banyak yg bergerombol dan buka masker. Ga sadar itu saat terawan untuk penyebaran covid-19. Makanya meski istirahat saat gowes tetap jaga jarak dan menggunakan masker.
LikeLike
Iya, Teh. Kadang malah sengaja gerombol sambil makan di kedai umum. Kan potensial menyebarkan virus kayak gitu ya. Acara online kemarin tuh emang bermanfaat banget, jadi paham bahwa gowes harus tetap jalan.
LikeLike
Seminar online kreatif juga ya Kak caranya. Promosi kesehatan dengan cara bersepeda tetap aman dan sehat dari para ahli tentunya bikin peserta betah. Mimin kadang prihatin pas nemu pesepeda yang beregorombol di tengah jalan dan menghalangi pengguna jalan lain. Semoga wabah segera berlalu dan olahrga bisa normal seperti dulu. Jangan lupa berbagi biar makin hepi 🙂
LikeLike
Intinya saling tenggang rasa di jalan ya Min, jangan mengganggu kepentingan orang lain. Biar kesehatan makin mantap walau saat wabah begini.
LikeLike