Waktu menghadiri Coffetalk dan Coffepreneur yang menjadi bagian dari Fesftival Peneleh di Hotel Platinum, Surabaya awal Juli lalu, saya mencatat tiga kendala penting dalam industri perkopian Nusantara. Beberapa poin inilah yang membuat kopi Indonesia sulit bersaing di kancah global dengan fakta selama ini selalu di bawah Brazil dan Vietnam.
Sejumlah narasumber menguraikan tiga problem utama yang mesti ditangani, yakni kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Semula kopi yang dieskpor punya kualitas yang bagus, tapi ketika kuantitas ditingkatkan ternyata kualitas tak bisa mengimbangi. Begitu kuantitas dan kualitas bisa diwujudkan, pada ekspor berikutnya dua komponen ini tak bisa dipertahankan. Di sinilah problem kontinuitas muncul.
Berkaca pada persoalan tersebut, diam-diam saya merenungkan kendala yang saya hadapi sebagai seorang content creator. Di tengah persaingan yang kian ketat, saya tak mungkin hanya mengandalkan sponsored post di blog sebagai pendulang cuan. Konten di Instagram, TikTok dan Youtube harus saya garap serius sebagai alternatif meraup rezeki.
Tips agar produktif ngonten
Tiga problem itu rupanya bisa dirangkum dalam satu kata kunci yakni produktivitas. Produktif bukan sekadar bisa menghasilkan sesuatu, tetapi juga punya dampak manfaat terhadap pelaku dan/atau orang lain. Nah, meningkatkan produktivitas di era digital butuh perpaduan sejumlah kiat dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan kebiasaan positif. Beberapa cara berikut bisa dicoba untuk mendongkrak atau mempertahankan produktivitas.
1 | Tetapkan target
Hal pertama yang mesti dilakukan agar produktivitas terbentuk adalah menetapkan target atau tujuan dengan jelas. Saya teringat pada buku karya penulis asal Selandia Baru, yakni Andrea Molloy yang memberikan panduan dalam menyusun target.
Target hendaknya SMART, yaitu bersifat Spesific, Measureable, Achievable, Relevant, dan Time-bound. Intinya, baik jangka pendek ataupun jangka panjang, target kita haruslah jelas, bisa diukur, bisa dicapai atau logis, relevan, dan punya tenggat. Dengan standar ini, setiap ikhtiar yang kita kerjakan akan membuat kita semakin fokus.
2 | Tentukan skala prioritas
Poin berikutnya merupakan aspek paling penting dalam membentuk produktivitas. Keterampilan memilih dan memilah aktivitas berdasarkan skala prioritas akan membuat waktu kita meaningful. Bagi saya yang kerap menerima beberapa job sekaligus, teknik ini sangat diperlukan. Tak mungkin saya mengerjakannya secara simultan, harus berurutan sesuai tenggat yang paling mendesak.
Teknik yang terbukti ampuh adalah Eisenhower Matrix, juga disebut Kotak Eisenhower atau metode ABCD, yakni menyeleksi tugas mana saja yang perlu dikerjakan dengan segera, mana yang bisa didelegasikan, dan mana yang bahkan bisa dihilangkan karena tidak penting dan tidak urgen.
3 | Manajemen waktu
Penentuan skala prirotas hanya bisa berlaku jika kita menerapkan manajemen waktu. Tekik pengelolaan waktu yang selama ini banyak dipraktikkan misalnya adalah Pomodoro karena terbilang simpel.
Pomodoro dipinjam dari bahasa Italia yang berarti tomat. Sesuai namanya, teknik ini menuntut kita menggarap tugas pada interval tertentu lalu diikuti dengan jeda sejenak dengan mengikuti time blocking yang sudah kita atur. Misalnya kita bekerja selama 25 menit lalu jeda selama 5 menit.
Setelah empat kali 25 menit (dengan diselingi jeda), waktu istirahat meningkat menjadi 15-30 menit. Dengan pembagian waktu ala irisan tomat tersebut, kita terbebas dari ilusi banyak waktu dan sebaliknya bisa berfokus tanpa menunda-nunda pekerjaan.
Yang termasuk dalam manajemen waktu adalah membuat garis yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Maksudnya, hidup bukan soal pekerjaan saja. Ketika di rumah bersama keluarga, apalagi pada malam hari, jangan lagi membuka pekerjaan yang semestinya sudah tuntas menggunakan teknik Pomodoro. Dengan maraknya working from home, pemisahan waktu seperti ini semakin penting untuk mencegah overworking.
4 | Pilih perangkat digital
Bekerja sendiri tentunya sangat menantang bagi saya. Misalnya menulis blog post (baik untuk sponsored post maupun lomba), dari menentukan sudut pandang, pengumpulan bahan, penyusunan tulisan, hingga pembahasan dan pengunggahan—saya wajib mengandalkan perangkat yang mumpuni. Bukan cuma laptop atau gawai, tapi juga koneksi Internet yang koneksinya memadai.

Untuk perangkat lunak di smartphone, saya menggunakan aplikasi yang sangat simpel dan ringan tapi sangat bermanfaat. Bolehlah aplikasi ini disebut productivity apps, misalnya Keep Notes (sekarang Google Keep) yang selama ini saya manfaatkan untuk mencatat apa pun dan di mana pun—terutama ide yang muncul di luar dugaan.
Saat berada di rumah, laptop jadi senjata utama. Menulis lancar—entah di blog langsung maupun di Ms Word—tak mungkin terwujud tanpa dukungan Internet yang kencang. Apa sebab? Selama menulis, saya kerap mengecek beberapa referensi secara online untuk memvalidasi tulisan. Kalau dicatat dulu, seringnya malah terlupa. Jadi, pasokan jaringan Internet yang cepat adalah wajib hukumnya.
Andalkan Nokia Wifi Beacon 2
Selama ini kami mengandalkan koneksi dari smartphone melalui hotspot. Selain ternyata lebih mahal kalau ditotal, cara ini juga kadang menyebalkan. Ketika menulis, tiba-tiba koneksi hilang dan pikiran pun blank. Ini akibat putusnya koneksi tethering karena baterai smartphone kepanasan. Bayangkan kalau diteruskan, tentunya sangat berbahaya. Belum lagi kalau dipakai untuk beberapa perangkat lain sekaligus.

Dari situlah kami merasa beruntung menemukan Nokia Wifi Beacon 2 sebagai perangkat wifi terbaru yang menggunakan kecanggihan teknologi terkini. Nokia Beacon 2 layak sebagai rekomendasi perangkat wifi andal karena dapat menjangkau seluruh rumah kita tanpa deadspot dan asyiknya lagi bisa pakai penyedia layanan Internet apa saja dengan koneksi ke modem/gateway apa pun.
Jadi tinggal pilih operator, beres deh. Enggak perlu ribet kontak penyedia Wi-Fi yang belum tentu cocok dengan kita, terutama biaya berlangganan dan repotnya kalau ada gangguan jaringan—apalagi kalau ternyata ilegal, ngeri kan?
Nokia Wifi Beacon 2 adalah solusi untuk membantu kita agar tetap produktif ngonten di rumah tanpa kendala jaringan atau perangkat yang kurang mumpuni. Zaman sekarang jangan coba-coba cari perangkat yang sekadar murah, terutama kalau produsennya tidak tepercaya. Sebagai pabrikan ponsel terkemuka di dunia, Nokia telah terbukti punya portofolio teknologi yang mengagumkan dan teruji.
Keunggulan Nokia Beacon 2 WiFi 6
Di era serbacepat, sudah saatnya kita memilih perangkat yang tepat. Jangan sampai kecewa di tengah jalan karena salah beli alat padahal itu senjata utama buat bekerja mendulang rupiah. Jaringan Internet berkecepatan tinggi dan jangkauan luas sudah tak bisa ditawar lagi. Itulah sebabnya Nokia Beacon 2 kunci mendukung produktivitas karena telah dilengkapi frekuensi 2.4 GHz dan 5 GHz.
Teknologi ini memungkinkan koneksi menembus dinding atau penghalang sehingga sangat cocok untuk rumah yang punya banyak sekat. Kantor kecil pun bisa memanfaatkan Nokia Beacon 2 karena biasanya berbentuk ruko atau rumah mungil dengan sejumlah partisi sebagai pembatas.

Nokia Beacon 2 hadir dengan desain yang chic, minimalis tapi tetap stylish sehingga mau ditaruh mana pun tak akan merusak keindahan ruangan. Estetika dalam rumah tetap terjaga dengana kehadiran si mungil yang bertenaga. Ruang lobi kantor, misalnya, juga bagus dilengkapi perangkat Wi-Fi andalan ini untuk tamu tanpa kehilangan sensasi mewah.
Secara detail, keunggulan Nokia Beacon 2 bisa dilihat sebagai berikut, cocok dipinang sebagai perangkat keren dan paten buat mendukung produktivitas kerja di dalam rumah terutama saat WfH.
- Jangkauan Wi-Fi tanpa putus dengan kecepatan maksimal untuk perangkat kita
- Bisa meng-cover area lebih luas dan lebih mampu menembus penghalang/dinding
- Pengaturan cepat dan mudah; cukup plug & play untuk bisa menggunakan Beacon ke-2 dan/atau ke-3.
- Multiple SSID setting memungkinkan kita membuat bebeapa profil sesuai kebutuhan.
- Bisa dipakai banyak pengguna untuk mengunggah dan mengunduh data secara bersamaan.
- Ada pembaruan fitur-fitur baru secara rutin sehingga sistem yang kita gunakan selalu update dan dijamin aman.
Fitur andalan:
- Dual band Wi-Fi: 2.4 GHz 2+2 MIMO and 5GHz 2+2 MIMO
- Wi-Fi capacity: AC1200
- Support Multi-User Multiple Input, Multiple Output (MU-MIMO)
Ethernet:
- One 10/100/1000Base-T interface with RJ-45 connector for WAN
- One 10/100/1000Base-T interface with RJ-45 connector for LAN side
Kebutuhan daya:
- Daya input 12 V DC (external AC/DC adapter)
- Konsumsi daya: <13 W
- Target Sleep Time (TWP) meningkatkan efisiensi penggunaan power.
Buttons:
- Power on/off.
- Wi-Fi Protected Setup (WPS).
- Device reset.
Dimensi:
- Tinggi: 168 mm.
- Lebar: 96 mm.
- Tebal: 96 mm.
5 | Minimalkan distraksi
Kiat berikutnya biar produktif bikin konten adalah berusaha mengurangi distraksi atau gangguan. Kita tak bisa pungkiri bahwa mengakses medsos di gawai itu bisa bikin ketagihan. awalnya mungkin iseng karena tak ada ide dengan alasan sebagai selingan, lama-lama kita malah fokus scroll di TikTok atau parahnya bahkan asyik nonton di Netflix.
Inilah pentingnya punya keterampilan dan keberanian meminimalkan distraksi digital terutama media sosial atau applikasi tidak penting selama kita bekerja. Di sini pula relevansinya teknik Pomodoro agar kita fokus pada pekerjaan dan baru jeda saat tiba waktunya.
6 | Kolaborasi

Sebagaimana saya sebutkan di awal tulisan, semandiri apa pun kita, faktanya kita tetaplah makhluk sosial yang punya keterbatasan. Sebagai langkah pencegah agar waktu tidak terbuang percuma lantaran semua pekerjaan kita pegang sendiri, kita bisa pertimbangkan untuk mendelegasikan tugas tersebut.
Maka di era Industri 4.0 keterampilan 4C sangat diunggulkan, yakni Communication, Creative Thinking, Creativity, dan Collaboration. Agar pekerjaan berat cepat terselesaikan, taka ada salahnya kitaa berkolaborasi karena langkah ini bisa menutup kekurangan kita dengan memberdayakan skill orang atau teman. Dengan delegasi, kita bisa fokus pada hal-hal yang memang sanggup kita kerjakan sampai rampung dengan penuh tanggung jawab.
7 | Jangan berhenti belajar
Akhirnya, kiat yang tak bosan saya kerjakan juga ingatkan kepada sesama content creator adalah terus belajar untuk mengasah skill. Tidak cukup mengasah atau upskill, tapi juga reskill yakni menambah keterampilan baru sebagai penunjang pekerjaan.
Usahakan untuk mengikuti tren terbaru dalam dunia digital agar bisa tetap kompetitif dan andal di bidang yang kita geluti. Maraknya AI (artificial intelligence) jangan cuma jadi obrolan, tapi dalami dengan menginvestasikan waktu untuk belajar hal-hal atau tools baru untuk memuluskan pekerjaan sesuai dengan tantangan masa depan.

Saya sendiri beberapa waktu lalu sengaja mengambil kelas copywriting di sebuah penyedia kursus gratisan berskala dunia. Langkah ini saya harap bisa mendongkrak keterampilan saya sehingga bisa lebih bersaing dengan bloger atau content creator lain. Saat ini saya sedang mempelajari edit video menggunakan aplikasi CapCut.
Itulah beberapa kiat yang bisa dicoba untuk membentuk produktivitas kerja. Dengan mempraktikkan kiat tersebut, kita berharap untuk bisa terus berkarya dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memuaskan klien juga bermanfaat bagi warganet.
Singkat kata, dalam bekerja jangan serampangan tanpa konsep. Produktivitas adalah ikhtiar yang boleh jadi sifatnya personal sehingga kiat A belum tentu cocok begitu saja bagi semua orang. Kadang butuh eksperimen untuk dapat menemukan strategi paling tepat yang cocok bagi kita.

Apa pun strategi yang kita pilih, jangan lupa konsisten, terutama dalam mengelola waktu sebagai sumber daya utama. Selain itu, manfaatkan perangkat canggih untuk memudahkan setiap pekerjaan, baik dari segi tools/apps maupun perangkat penting seperti Nokia Beacon 2 untuk mendukung hidup produktif dan mengikuti perkembangan zaman yang serbacepat berbasis digital (Internet).


Menarik ini. Masukin wishlist, deh. Selama ini pakai wifi kerasa lebih banyak yang dibayar ketimbang yang dipakai. Jadi, memang sudah mulai mempertimbangkan modem begini supaya bisa lebih mengendalikan kebutuhan akan kuota bulanan.
Terima kasih untuk ulasannya, Mas. Salam sehat selalu.
LikeLike