
Ketika nama Semarang disebut, yang segera terbayang di benak mungkin harum wingko babat, atau kelezatan tahu bakso Ungaran. Itu betul, namun siapa sangka kota yang cukup panas itu menyimpan tempat wisata asyik yang sayang bila dilewatkan. Bukan di kota sih, tapi masuk wilayah administratif kabupaten yang sebagian besar terletak di dataran tinggi. Nah, jangan ngaku coffee aficionado kalau belum pernah menjejakkan kaki di kebun kopi ini.
Kebun kopi? Iya, lebih tepatnya Kampung Kopi Banaran yang terletak di Jl. Raya Semarang – Solo KM 35. Seperti nama yang disandang, agrowisata milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) ini memang berupa kebun kopi sangat luas yang dilengkapi aneka wahana layaknya kampung besar. Dari kota Semarang, kita bisa masuk pintu tol ke arah Ungaran, sebab lokasi kebun kopi seluas 400 hektare tersebut sangat dekat dengan exit tol Ungaran.
Meski kunjungan kami berlangsung dua tahun lalu, namun pengalaman menyenangkan masih membekas hingga kini, terutama deretan pohon kopi dan biji-bijinya yang segar dalam ingatan. Sebagai pencinta kopi, ajakan momtraveler untuk mencicipi kopi langsung di kebunnya tentu enggak kami sia-siakan. Ia tahu kami sangat menggandrungi kopi sejak tinggal di Bogor. Dan kesempatan langka itu pun akhinya kami manfaatkan.
Akibat sembrono
Saat itu kami sekalian berlibur di rumah ibu atau Mbah Uti anak-anak di Lamongan, Jawa Timur. Tanggal 3 Januari 2015 dengan pedenya kami menumpang kereta siang dan sore tiba di Bojonegoro, dengan maksud akan melanjutkan kereta ke Semarang. Entahlah kenapa tak langsung ambil kereta yang ke Poncol atau Tawang. Sepertinya waktu itu belum tersedia jalur langsung dari Lamongan ke Semarang seperti sekarang.
Pil pahit harus kami telan ketika turun dari kereta di Stasiun Bojonegoro. Dikabarkan lewat loud speaker bahwa kereta ke Semarang tidak tersedia hari itu. Duh! Sedih dan terpukul tentu saja. Akhirnya kami balik arah dari Bojonegoro ke Babat Lamongan dengan menumpang bus. Akibat berantainya rute kendaraan hari itu, kami baru tiba di Terminal Terboyo malam hari, kira-kira pukul 9.
Untunglah jemputan segera datang yang menghapus rasa lelah dan kesal seketika karena esok pagi kami akan dibawa berpetualang di Kampung Kopi Banaran. Harap maklum karena ada tiga bocah jadilah perjalanan agak terulur. Sekitar pukul 10.00 kami baru tiba di lokasi. Cuaca Semarang tumben tidak galak–redup dengan semburat matahari yang malu-malu. Suasana jadi makin gayeng saat pasutri sahabat saya dari Kudus ikut bergabung bersama anaknya yang superaktif dan pintar (kini sudah almarhum) 😦 .
Setelah mengobrol di halaman parkir sambil menemani anak-anak bermain di istana balon, kami pun segera memasuki area wisata yang menawarkan banyak permainan. Selain rumah/istana balon (waktu itu gratis), tersedia pula camping ground, flying fox, water park, motor ATV, dan wisata berkuda. Ada juga taman bunga dan beberapa gazebo tempat kita bisa menyantap makanan. Dan tentu saja restoran di mana kita bisa memesan hidangan khas Semarang dan membeli aneka oleh-oleh dalam berbagai pilihan.

Antre kereta sambil lihat bunga
Bermain perosotan sudah, nah kini saatnya menjelalajah kebun kopi yang superluas itu. Sayangnya kereta wisata seharga Rp50.000/unit yang akan mengantar kami berkeliling ternyata sedang sibuk lantaran banyak pengunjung di hari Minggu. Sempat terpikir untuk berkunjung pada hari kerja suatu hari, namun akhir pekan justru asyik karena ramai dengan pengunjung. Enggak asyik juga kan kalau sepi dan melenggang sendirian. Maka kami pun memutuskan mengantre sambil mengamati bunga-bunga tak jauh dari loket kereta wisata.

Kereta kami akhirnya tiba. Karena ada tiga keluarga dengan empat bocah, maka kami menyewa dua kereta. Meskipun tampangnya tak meyakinkan, ternyata kereta yang kami tumpangi bergerak dengan cukup garang. Jalanan berbukit dan berkelok-kelok sama sekali tidak masalah bagi mesin tunggangan kami. Menurut pengemudi kereta, mobil jenis ini justru kerap dipakai untuk menderek atau menarik truk-truk yang mogok. Pantas saja, cc-nya yang tinggi membuatnya bertenaga tapi tetap menawarkan kenyamanan.

Turun sejenak demi déjà vu
Pada suatu titik di tengah perjalanan, pengemudi menawari kami untuk berhenti sejenak untuk melihat sekeliling. Saya tak sia-siakan peluang emas itu. Saya turun dan ingin menyaksikan langsung tanaman kopi dari dekat. Ada semacam déjà vu nih gaes karena sewaktu kecil saya pernah melihat deretan pohon kopi dan biji-biji merah di sebuah jalan di Jombang, Jawa Timur. Pemandangan di kampung Banaran kala itu mau tak mau menghadirkan kembali kenangan bersama ayah. Tak sabar rasanya untuk segera turun ke resto dan mencicipi harumnya kopi Robusta ini.

Karena kereta-kereta lain mengantre di belakang kami, maka kami tak bisa berhenti telalu lama. Kami segera beranjak dan menyusuri jalanan di tepi jurang dengan berbagai pohon hijau meneduhkan. Anak-anak kegirangan menikmati pengalaman baru ini walaupun medan cukup berbahaya. Saya pun menikmati. Dari kereta yang kami tumpangi, tampaklah danau Rawa Pening yang legendaris itu. Sayang sekali mata kamera terbatas untuk bisa mengabadikannya. Akhirnya mata batin yang menyimpannya. Hasyeeek….

Begitu asyiknya menjelalajah perkebunan kopi, diam-diam tak kami sadari bahwa langit berubah pucat. Matahari sudah sempurna hilang ditelan himpunan awan kelabu. Wah, bentar lagi hujan nih! Gumam saya. Untunglah kami sudah mulai merapat ke tempat kami berangkat. Begitu kereta tiba di pemberhentian terakhir, anak-anak ternyata ingin menjajal naik kuda. Walau ditemani sang pawang, tetap saja kaki saya tak berhenti gemetaran selama menapaki jalanan di sisi lain perkebunan. Bumi (3 tahun) tampak antusias duduk di depan, saya mendampinginya di belakang. Lagi-lagi kami disambut dengan pemandangan Rawa Pening yang memukau. Ada kabut tipis yang menyelimuti gugusan air yang luas itu.
Hujan akhirnya turun dengan deras. Kami menepi ke gazebo terdekat. Bang Indra suami Muna kemudian memantau area resto yang kosong. Awalnya kami mengincar makan di gazebo, namun semuanya penuh. Tak apalah, akhirnya ada juga ruang kosong di dalam resto. Pelayan datang, kami langsung memesan. Selain makan besar, tentu saja kami memesan kopi spesial khas Banaran Cafe. Sambil menunggu pesanan, saya mencari kudapan berupa sosis pisang. Pisang yang dilumat dan harum juga enak rasanya. Entah apa sebutannya di daerah lain.


Keharuman yang membahagiakan
Nah, saatnya menikmati secangkir kopi spesial ala Banaran Cafe. Sayangnya, rasa kopi yang tersaji tidak sesuai ekspektasi kami. Saya dan momtraveler sepakat soal ini. Bukannya tidak enak, hanya saja tidak terlalu spesial seperti namanya. Betul kata Muna, barangkali baristanya perlu menggali inovasi untuk meramu racikan rasa yang lebih prima. Namun harumnya masih tercium loh hingga kini–memanggil-manggil saya untuk kembali. Paling tidak mencoba varian lain yang beragam.

Kami tidak kecewa, sebab pengalaman hari itu sangat menyenangkan. Bisa melanglang di kebun kopi sekaligus reuni bersama trio sahabat semasa kuliah. Sungguh perjalanan yang membuat kami bahagia–terutama bagi anak-anak. Selain mendapat teman baru, mereka juga mengenal kekayaan alam dan potensi wisata dalam negeri.
Over all, pengalaman hari itu masih belum cukup. Ingin rasanya mencoba wahana lain namun terbentur hari kerja esok harinya. Dan berharap ada banyak perubahan positif di kampung kopi ini. Nah, jika BBC Mania atau siapa saja yang menggemari kopi dan ingin mencicipinya langsung di kebunnya dengan beragam varian, jangan ragu untuk merapat ke Kampung Kopi Banaran. Mudah kok sampai ke sana. Kalau lagi ke Semarang, jangan lupa arahkan kendaraan ke Jl. Raya Semarang – Solo KM 35 di mana petualangan seru siap menanti. Tenang, tak hanya bagi pencinta kopi, tapi juga bagi seluruh anggota keluarga. Ngopi yuk!
Bagi para coffee addict tempat ini kudu dikunjungi.
Tempatnya bagus juga, ya, kang untuk wisata keluarga. Mantabs.
Perusahaan BUMN harus juga mengembangkan potensi wisata di lahan yang dimilikinya. Potensi yang dikembangkan sebaiknya yang masih berhubungan dengan core bisnis.
LikeLike
Iya, betul Mas. Ada sensasi berbeda pas datang langsung ke kebunnya. Menurut saya langkah BUMN ini memang strategis, ga melenceng dari core business dan bisa memadati selera kekinian di era digital. Jangan sampai ketinggalan dari swasta.
LikeLike
Aku membayangkan kalau ngajak anak-anak kesini pasti seru. Tempatnya luas, ada playgroundnya dan bisa keliling kebun kopi.
LikeLike
Wah, dijamin betah, Mbak. Kalau bisa berangkat pagi jadi banyak waktu buat eksplorasi. Asyik deh bikin ketagihan.
LikeLike
Kalo yg ini anak senang, bapak pun senang.
Menikmati kopi saat hujan.. Pas waktunya, nyaman tempatnya, hangat suasananya
LikeLike
Sangat pas sebagai tempat liburan keluarga, Mas Heri. Semua hepi karena ada kopi hehe. Ayo ajak teman-teman merapat, Mas.
LikeLike
waktu ke semarang acara blogger gak sempet jalan2, kampung kopi ini menggoda banget buat dikunjungin, karena saya suka kopi, semoga lain kali bisa ah
LikeLike
Kalau Mbak suka kopi, jangan lewatkan kalau di waktu lain berkunjung ke Semarang. Wisata asyik, udara sejuk, kopi macam macam. Harga kopinya pun murah meriah. Cocok buat keluarga.
LikeLike
Udah lama denger nama kampung kopi ini dari kawan-kawan guide yang biasa bawa tamu overland. Bule Eropa suka sekali ke sini, selain karena kopi juga karena tempat ini menyimpan sejarah yang terkait ke nenek moyang mereka. Cuma aku belum pernah ke sini, hihihi, Malu-maluin ya. Maklum, dulu cuma kebagian bawa tamu sepuraran Jogja. City tour. Namanya juga tour guide muda fresh graduated, hihihi. Btw, ajak keluarga ke sini asyik beut kayanya ya.
LikeLike
Sangat cocok, Mas. Apalagi pas cuaca cerah. Banyak wahana yang bisa dicoba dan disuka anak-anak. Kalau ke Semarang, jangan lupa luangkan waktu ke sana. Sambil ngopi, maknyuuuus
LikeLike
Wah, aku belum pernah kesini nih 😦 Asik juga ya naik kereta yang sekilas mirip odong2 itu, hihi. Next time mesti mampir 🙂
LikeLike
Kudu agendakan ke sini, dijamin suka deh. Adem dan enak suasananya.
LikeLike
syahdu banget sore-sore selepas hujan misalnya…main main di kebun kopi. apalagi bersama si dia…
LikeLike
Beuh, lalu kehujanan, trus lupa dompetnya jatuh di mana tadi hihihi.
LikeLike
Wah, klo mau kesitu dari stasiun poncol naik apa yh? Backpaker neh….
LikeLike
Mohon maaf ralat sedikit..tepatnya dekat dengan exit tol bawen bukan exit tol ungaran.. suwun
LikeLike
Pernah dengar neh nama kampung ini tapi belom sempet main kesana, nyoba dah nanti kalau liburan.
LikeLike
Sayang banget kalau ke Semarang ga main ke sini, Mas. Keren loh, bakalan suka.
LikeLike