9 Tips Pemanfaatan Gadget untuk Ibu dan Anak di Tengah Perkembangan Teknologi yang Marak

foto gadget

Perkembangan teknologi bergerak sangat cepat dan masif, melingkupi hampir semua lini kehidupan kita. Setiap detik sepanjang hari sebagian besar orang sudah bergantung pada kecanggihan teknologi informasi untuk beraktivitas dan bahkan mendulang rezeki. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya tak pernah kita kenal seperti vlogger, mysterious shopper, dan buzzer kini marak digandrungi masyarakat modern, terutama generasi milenial.

Potensi perkembangan gadget terutama smartphone telah menyentuh ranah keluarga dan lingkungan sekitar kita. Sebagai sesuatu yang tak bisa kita hindari, tentu saja kehadiran perangkat canggih tersebut membawa dampak yang positif juga negatif. Salah satu problem utama adalah pengaruh penggunaan gadget pada anak-anak yang sering tak terkendali.

Anak-anak balita hingga mereka yang berusia sekolah dasar kerap menjadi isu tentang bagaimana pola pemanfaatan gadget secara bertanggung jawab dan produktif. Namun nyatanya bukan perkara mudah untuk membuat mereka disiplin menggunakan smartphone sehari-hari. Selain daya tarik visual dan kemudahan mengoperasikan aplikasi, tak jarang keengganan orangtua untuk bersikap tegas turut andil dalam menyuburkan ketergantungan anak pada gadget.

Di sinilah pentingnya peran ibu sebagai orangtua terdekat yang menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak agar bisa memandu anak menuju pemanfaatan gadget secara lebih konstruktif dan kreatif. Berikut sembilan tips atau kiat yang bisa dicoba berdasarkan pengalaman kami menghadapi anak-anak dalam keluarga sendiri.

infographic05

1. Sepakati screen time

Sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari di sekitar kita, bahkan mungkin dalam keluarga kita sendiri, di mana anak-anak asyik menatap layar gawai (gadget) seolah tak tertarik pada aktivitas di sekeliling mereka. Saat menunggu si sulung pulang sekolah, tak sedikit siswa yang menunggu jemputan terlihat memainkan ponsel mereka. Sebagian masih menggunakan feature phone, namun kebanyakan sudah dibekali HP Android yang bisa dengan mudah mengakses Internet.

Sore hari ketika melewati sebuah kompleks perumahan bersama si sulung, saya sering menjumpai sekelompok anak yang serius dengan ponsel pintar mereka alih-alih bermain bola, berkejaran, atau aktif berolah fisik yang lain. Entah di sekolah sudah dibekali HP atau tidak, yang jelas screen time alias waktu berada di depan layar (gadget, TV, konsol game, dsb) harus dibatasi. Tujuannya untuk lebih memusatkan perhatian anak pada kondisi riil di sekeliling alih-alih terus-terusan mengakses gawai tanpa mengenal waktu yang bisa berujung pada level ketagihan, serta untuk melatih otot mereka agar lebih sehat.

Orangtua dan anak perlu membuat kesepakatan kapan boleh bermain gadget dan berapa durasi total penggunaannya dalam sehari. Para pakar menyarankan bahwa anak usia 5 tahun ke atas boleh bermain di depan layar maksimal dua jam sehari, sedangkan anak usia 2-5 tahun mendapat porsi satu jam. Adapun anak di bawah 2 tahun belum boleh mengonsumsi tontonan di depan layar. Patut dimaklumi sebab usia-usia keemasan mereka tentunya lebih produktif jika dimanfaatkan untuk olah fisik atau interaksi bersama orangtua atau alam sekitar.

2. Terapkan disiplin

Kesepakatan yang sudah dibuat harus didukung dengan disiplin dalam menerapkannya. Disiplin membantu ditegakkannya aturan yang sudah dibuat bersama, dalam hal ini durasi screen time dalam sehari selama berada di rumah. Satu hal yang penting diingat adalah bahwa disiplin harus dilaksanakan secara konsisten. Bila anak melanggar, hukuman atau kompensasi pelanggaran harus berupa hal yang masuk akal.

Hukuman yang diberlakukan bisa berupa pengurangan screen time pada hari berikutnya, atau bisa pula mengerjakan tugas rumah tangga seperti menyiram tanaman, mengepel lantai atau berbenah sesuai kemampuan mereka. Yang jelas, aturan dan bentuk penegakan disiplin haruslah jelas karena menurut ilmu psikologi baik anak-anak maupun orang dewasa akan bisa berkembang dengan optimal ketika mereka sudah memahami aturan yang harus ditaati (Tim J. Sharp, 2009).

3. Pilih aplikasi positif

game matematika
Berhitung jadi mengasyikkan!

Boleh dibilang saat ini kita hidup di dunia serbadigital yang kita akses lewat beragam aplikasi. Belanja online lebih praktis dan hemat jika dilakukan melalui aplikasi bawaan toko. Berkomunikasi dengan kawan atau keluarga yang berjauhan bisa dilakukan lewat aplikasi media sosial dengan cepat dan terjangkau. Bukan hanya itu, para pemilik online shop pun turut dimudahkan berkat kehadiran aplikasi untuk menjangkau calon pembeli nyaris tanpa batas geografis. Bahkan berolahraga kekinian seperti lari dan bersepeda pun tak luput dari dukungan aplikasi yang menarik.

Yang tak kalah penting, ada banyak aplikasi bagus yang bisa memfasilitasi belajar untuk anak-anak. Dalam hal inilah orangtua perlu mencari ragam aplikasi positif yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan atau keterampilan anak. Misalnya aplikasi latihan berhitung, belajar bahasa asing, game sains edukatif, hingga olah grafis digital. Orangtua perlu meng-update informasi tentang opsi-opsi aplikasi konstruktif yang bisa diinstal dalam gadget untuk anak-anak mereka. Ibu dan anak bisa duduk bersama dan berdiskusi saat menyeleksi jenis aplikasi yang menarik dan bermanfaat.

4. Lakukan proteksi

Smartphone atau gadget lain saat ini sudah semakin canggih dan dilengkapi dengan fitur parental lock yang memungkinkan orangtua mengatur kontrol atas aplikasi apa saja yang bisa diakses oleh anak, baik dalam ponsel orangtua atau milik anaka sendiri. Lewat fitur parental control orangtua bisa membatasi akses konten yang bisa dijangkau oleh anak saat ibu tak bisa mendampingi.

parental lock
Parental control bantu ibu mengamankan anak.

Fitur Kids Mode pada gadget masa kini bisa menjadi sarana filter agar anak terlindungi dari konten negatif atau yang belum layak mereka akses seperti materi pornografi atau bermuatan kekerasan. Proteksi dengan cara mudah seperti ini paling tidak membantu ibu saat ia sibuk dan tak mungkin berada di dekat anak terus-menerus.

5. Dampingi anak selagi bermain gadget

Meluangkan waktu bersama anak sangat penting dan bermanfaat bagi perkembangan jiwa mereka. Setelah sekian jam berada di sekolah, ibu bisa mengambil jeda dengan menemani anak bermain, baik belajar bersama maupun mengakses gadget sambil bermain. Saat mengoperasikan smartphone bersama, ibu dan anak bisa saling memperkaya pengetahuan dari aplikasi-aplikasi yang telah dipilih untuk dipasang sebelumnya. Yang tak kalah penting, lewat aktivitas ini bonding atau ikatan kasih sayang antara ibu dan anak bisa terbangun. Anak bisa sekalian berbagi cerita atau pengalaman lain sewaktu berada di sekolah.

6. Edukasi

Sebagai pribadi yang masih belia dan minim pengalaman, anak-anak perlu mendapat bimbingan dari orangtua—dalam hal ini ibu yang lebih banyak bersama anak di rumah saat ayah bekerja di luar. Berikan pemahaman kepada mereka bahwa dunia maya yang seolah tanpa batas itu mengandung potensi positif sekaligus ancaman berbahaya.  Anak harus diajarkan bagaimana berinteraksi di media sosial (jika dia sudah punya akun), cara mencari informasi akurat di Internet (termasuk antihoax yang perlu mulai ditanamkan), dan mendayagunakan teknologi untuk menambah ilmu dan bahkan mungkin pundi-pundi rezeki.

Beritahu mereka bahwa anak-anak adalah pribadi istimewa dan punya potensi untuk memilih mana yang bagus untuk mereka. Orang-orang yang berkomunikasi di dunia maya tidak selalu menampilkan identitas apa adanya dan oleh karena itu anak-anak harus diberi bekal bagaimana menangkal potensi bullying atau kekerasan digital.

7. Susun kegiatan pengganti

Ketika anak sudah paham bahwa akses ke Internet melalui gagdet atau smartphone hanya bagian kecil dari kehidupan nyata, maka saatnya orangtua dan anak bersama-sama menyusun jenis kegiatan luar yang diminati sebagai selingan atau pengganti agar anak tidak terfokus pada permainan digital semata.

Sebagai contoh, kami mengagendakan kunjungan wajib ke perpustakaan daerah di kota kami setiap dua minggu sekali untuk meminjam buku dan wisata baca di sana. Anak-anak tampak selalu kegirangan memilih bacaan favorit mereka tanpa kami batasi. Selain membaca sendiri, kami biasanya membahas isi buku yang mereka baca. Mencoba merespons apa yang mereka tangkap dari bacaan anak kami, Rumi (7 tahun) dan Bumi (5 tahun).

Kegiatan lain yang bisa dicoba adalah membuat prakarya antara ibu dan anak—seperti yang juga kami praktikkan. Dari perpustakaan banyak sekali buku yang memberi pengetahuan seputar percobaan sederhana seputar sains atau kegiatan membuat karya yang mudah sesuai bahan yang bisa didapat di sekitar. Dengan demikian, akses ke gadget bisa diminimalkan. Bahkan bisa dipakai untuk mencari tahu keterangan lebih lanjut mengenai isi buku.

Kunjungan ke objek wisata alam setempat juga bisa dipertimbangkan—dan selalu disukai anak-anak. Secara natural anak-anak menyukai kegiatan fisik dan berada di luar ruangan karena melihat banyak benda baru dan mencoba aktivitas yang masih asing di alam sekitar.

8. Berikan apresiasi

Feedback dari orangtua kepada anak tidak bisa dianggap remeh pengaruhnya. Jika anak mampu menepati jadwal secara konsisten dan bertanggung jawab tanpa perlu diingatkan, jangan sungkan untuk memberi apresiasi kepada mereka. Apresiasi tak harus berupa imbalan materi atau hadiah mahal. Sekadar komentar positif tentang perilaku mereka akan menjadi tonggak dalam membangun keyakinan diri mereka. Mereka merasa dipercaya dan dihargai sehingga kemudian mampu melakukan pilihan mereka dengan penuh tanggung jawab.

9. Jadilah teladan

Children see, children do, begitu kata pepatah populer yang sering kita dengar. Ibu yang sering bersama dengan anak di rumah sepanjang hari harus mampu menunjukkan contoh yang baik seperti yang ingin dicapai oleh anak. Sebagai figur utama yang menjadi kiblat anak, ibu wajib menampilkan teladan yang positif mengenai penggunaan gadget di rumah.

Jangan mengharap anak akan disiplin menepati screen time bila ibu terus-terusan mengakses gadget sepanjang hari sehingga anak merasa terabaikan. Bahkan menjalankan online shop pun masih perlu ditentukan jam untuk buka toko dan melayani pelanggan. Jika memungkinkan, ibu bisa membayar asisten untuk khusus melayani calon pelanggan. Namun jika tidak bisa, aktivitas online bisa diskedul agar tidak mengabaikan hak anak.

Perkembangan gadget atau smartphone dalam keluarga dan lingkungan sekitar sudah tidak mungkin dibendung lagi. Anak tidak perlu dilarang, tetapi diarahkan sembari ibu menunjukkan bagaimana contoh produktif dalam memanfaatkan perkembangan teknologi yang kini marak. Kebijakan pemerintah 18-21 agar orangtua off dari gadget sangatlah bagus dan terbukti positif menurut pengalaman kami. Jeda selama tiga jam bisa banyak dimanfaatkan untuk menggali potensi anak sambil bermain sesuai persediaan di rumah, seperti mengisi teka-teki silang atau mewarnai bersama.

Bagaimana BBC Mania, apakah punya tips atau pengalaman pemanfaatan gadget yang konstruktif demi anak-anak yang kreatif namun tetap positif?

9 Comments

  1. Tamparan banget itu point ke 9. Dilemanya itu ngurus olshop sementara anak ada disamping kita… Tapi sebusa mungkin meminimalisir penggunaan hp kalau sama intan.

    Thanks for sharingnya mas rudi

    Like

  2. iya sbg seorang ibu sy dtuntut hrs kreatif memberikan permainan edukasi, main bersama, membaca buku bersama agar mengalihkan anak dr hp. anak sy 3 th tp klo sdh buka youtube ya alloh… skrg sdh pinter klo di mode pesawat jg tahu. paling ampuh ya ibu harus tahan jgn pegang hp sblm mereka tdur/sdg tdk melihat tp ya mgkn krn kebutuhan si ibu gatel jg akhirnya anak merengek2 minta hp… pemahaman pelan2 ampuh jg yg pnting sabar mghadapi anak kecil 😀

    Like

    1. Iya, Mbak Rina. Yang paling ampuh sejauh ini ya orangtua ikutan diet juga, nah anak-anak bakal ikutan aktivitas kita. Klau kita masih asyik buka gadget, mereka bakal susah muvon. Maksih ya kunjungannya 🙂

      Liked by 1 person

Tinggalkan jejak