Hidup Kaya = Hidup Bahagia?

pompong

Beberapa waktu lalu kakak saya bercerita soal salah seorang tetangganya yang kerap mengeluh setiap kali mengobrol. Rumahnya keren, mobilnya silih berganti, namun entah mengapa ada saja hal yang ia keluhkan. Di mata orang lain dia hidup sangat berkecukupan dan seharusnya hidup tenteram dengan semua yang ia miliki.

Saya lantas teringat pada Christina Onassis yang konon mengakhiri hidupnya lantaran tidak merasa bahagia. Putri Aristotle Socrates Onassis–raja kapal asal Yunani–ini menjadi pewaris 47,5% saham ayahnya dan ditambah gaji 250.000 dolar per tahun yang otomatis menahbiskannya sebagai salah satu wanita terkaya di dunia tahun 1988 itu.

Setelah kakaknya tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat, Christina nyatanya tidak dilimpahi perasaan bahagia. Bahkan kebahagiaan seolah menjauh dari kehidupannya. Konon dalam buku hariannya ia curhat tentang kebahagiaan yang tengah ia cari tetapi tak pernah ia temukan. Bukankah tak lazim ia merasa sendiri di tengah gemerlap imperium kapal ayahnya yang super kaya?

Begitulah, nominal atau jumlah sesuatu–termasuk harta–tidak pernah menggaransi seseorang bakal bahagia. Tidak melulu uang yang orang butuhkan. Persahabatan, kesehatan, penghargaan diri dan rasa berarti sering kali mampu menerbitkan rasa bahagia kendati uang sungguh terbatas.

Kenikmatan dan kebahagiaan tak jarang muncul dari perasaan berbagi–entah uang atau ilmu–sebagaimana yang kita lihat pada orang-orang di sekitar kita. Selalu ada alasan untuk berbahagia dengan atau tanpa keberlimpahan harta. Setuju, BBC Mania?

 

4 Comments

  1. Aristotle Onassis ini satu nama yang nancep banget di kepalaku sejak kecil. Thanks to almarhum KH Zainuddin MZ yang ceramahnya selalu kudengar di radio tiap jam setengah enam sore. Dari beliaulah aku tahu nama Aristotle Onassis. Dan dari situ pula aku memahami bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada kekayaan. Sesuatu yang aku buktikan dan saksikan sendiri sekarang. Betapa banyak tetangga, mulai yang naik Yamaha NMAX hingga mobil keren, tapi ternyata merasa tidak bahagia hidupnya. Di status medsos hanya mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Amboi.

    Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s