Sebuah Percakapan dan Sekuntum Rembulan

bandera

/I/
Di bawah matahari yang berdebu
Rindu hanya tinggal nama
Menyisakan kejayaan ditelan ombak sejarah
Di sepanjang garis pantai yang bisu
Diam-diam tsunami kita rancang bersama
O, Indonesia yang beku!

Dalam buku-buku waktu, pada daun-daun masa lalu
Orang-orang mengenal senyuman kita
Dari Sabang hingga Merauke
harum kesantunan menetes dari setiap langkah
Wahai Nusantara yang mulia!

Pulau-pulau hijau, mengepulkan kebencian
Hutan-hutan biru, disapu angin kematian
Pada matahari yang terbakar
Kita kehilangan cahaya nalar

Siapakah yang menyalakan api
Jangan tiup dan membiarkannya membesar

/II/
Suatu pagi kita terjaga dari mimpi
Ketika burung-burung menyusun aneka nyanyi
Dan mengepak ke jantung hari
Inilah awal bagi pohon-pohon
Tunas-tunas mencuat. akar-akar menguat
Segala panas diredam jadi tenaga
Segenap makar mencair seketika

Suatu malam mata enggan terpejam
Kita menatap langit yang sama
Lalu sekuntum rembulan menyala
Bintang-bintang kembali digdaya
Duhai Tanah Air yang kusayang!

Pukulan-pukulan akhirnya meleleh dalam percakapan
Gegap kesumat lalu pecah dalam jabat tangan
Siapakah yang menorehkan api
Kita nyalakan suluh dan bergerak dalam harapan.

Lamongan, April 2018

3 Comments

  1. Puisi yang bagus! Kata demi katanya mampu membawa para pembaca untuk seakan ikut merenung seperti sang penulisnya. Keren

    Like

Tinggalkan jejak