Total dan Totalitas

Setelah membahas ketakjelasan siapakah yang menyebut kuis ikan Jokowi sebagai pembodohan, kini saya tertarik mengunggah dua potong berita dari dua media yang berbeda. Meskipun berita tersebut sudah dimuat pada bulan Agustus lalu, rasanya masih relevan membahas ketidaktepatan penggunaan kata sifat pada dua berita itu.

Kali ini para penulis menggunakan kata total untuk menggambarkan dua kejadian berbeda. Hari Rabu 8 Agustus 2018 Kompas menurunkan ulasan film MI6: Fallout yang disebut-sebut sebagai sekuel terbaik Mission Impossible yang pemeran utamanya masih diemban Tom Cruise. Sebagaimana terlihat pada gambar pertama, terjadi redundancy atau bertumpuknya imbuhan pada kata total saat penulis menjelaskan aksi Tom Cruise sebagai agen rahasia IMF.

Total merupakan kata sifat yang menggambarkan keseluruhan atau sepenuhnya. KBBI telah menyediakan kata bendanya yakni totalitas, yang diserap dari bahasa Inggris, totality. Jadi tak tepat bila penulis menggunakan ‘ketotalitasan’ guna mengagumi aksi Tom. Sebaliknya, bisa dipilih ‘totalitas’ atau ‘ketotalan’ yang dibenarkan oleh tata bahasa. Barangkali penulis ingin menggambarkan totalitas Tom Cruise lalu segera membubuhkan ke – an untuk membentuk ketotalitasan, tapi lupa bahwa totalitas sudah merupakan kata benda.

Hari Senin 13 Agustus Radar Bojonegoro yang bernaung di bawah Jawa Pos Grup menurunkan tulisan tentang kopi di Bali. Namun penulis luput saat menggunakan frasa “… yang begitu totalitas” untuk menggambarkan pengelolaan kopi di Pulau Dewata. Totalitas harusnya diganti total karena fungsi kalimat menghendaki hadirnya sebuah kata sifat yang dikuatkan dengan kata ‘begitu’, bukan totalitas seperti yang digagas penulis.

Demikianlah ulasan singkat mengenai berita di dua surat kabar. Apa kabar, BBC Mania? Ada komentar?

Advertisement

6 Comments

  1. Saya kok jadi ingat saat Masbro menggunakan kata “saintis” pada salah satu blog post. Hehehe…
    Saya pikir kita semua masih berusaha untuk menggunakan serapan dari bahasa asing dengan tepat.
    Saya sendiri masih terperangkap dalam pola bicara yang sekarang dinamai pola bicara “Jakarta Selatan.” Hehe…

    Like

    1. Betul, Mas Adhi, saya pernah menggunakan saintis dalam sebuah unggahan dii blog ini. Saya tidak masalah dengan serapan atau khas Indonesia, hanya keberatan dengan pemakaian yang bertumpuk dalam berita tersebut. Bisa pilih salah satu aja.

      Like

        1. Yep, as odd as one who suggested its admission into Indonesian lexicon. While I also consider it odd, I used the word simply to allow my readers that it is okay to include it in any formal writing instead of ilmuwan.

          Liked by 1 person

          1. I am personally opposed to the word. Vehemently, even. It grinds my gears even to this day!
            But all things considered, language does evolve, and I should get with the times. You indeed have a point. And my gripe is mainly personal preference, anyway. Haha…
            Right. I suppose we can move on. And you blog posts are fine as ever!

            Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s