5 Jajanan Fenomenal yang Sering Dibeli di Pasar Tradisional

Selain minum kopi, kegemaran saya adalah mengudap jajanan pasar yang biasa kami beli di pasar tradisional tak jauh dari perumahan. Sungguh berkah tersendiri bisa tinggal berdekatan dengan pasar tradisional yang ternyata isinya lumayan lengkap. Bukan hanya bumbu masak, sembako, ikan, daging, aneka kue, dan perabot rumah tangga, bahkan baju atau pakaian pun tersedia di pasar tradisional ini.

Terletak di dalam kompleks perumahan tertua di Lamongan kota, pasar tradisional bernama Pasar Made ini sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, tempatnya bersih dan dirawat dengan baik oleh pengelola setempat. Lapak-lapak ditata rapi sesuai dengan jenis makanan yang dijual. Hal ini sangat memudahkan pengunjung yang akan membeli barang sesuai kebutuhan, termasuk kami sekeluarga. Hanya butuh sekitar 7 menit untuk sampai ke sana dari rumah dengan mengendarai motor.

Gowes sehat dan nikmat

Pagi hari selepas Subuh anak-anak bersemangat banget pergi ke pasar dengan menggenjot sepeda. Selain sehat, juga pulangnya bawa aneka kue lezat dari pasar tradisional itu. Menu sarapan yang sering kami beli adalah nasi boranan di sebuah lapak di belakang Bu Dini penjual sayur dan bumbu. Nasi boranan adalah menu khas Lamongan selain soto dan tahu campur. Lebih lengkapnya akan saya bahas pada kesempatan lain.

Alih-alih cerita soal nasi boranan, kali ini saya pengin berbagi tentang 5 jenis jajanan atau kue basah yang meninggalkan kesan mendalam mengenai pasar tradisional. Kue-kue ini sering banget kami bawa pulang untuk dinikmati bersama ditemani segelas kopi atau teh tawar hangat. Membuka hari dengan jajanan tradisional, sungguh fenomenal!

Coba sebutkan namanya masing-masing. Tahu enggak?

1 – nagasari

Kue berbahan dasar tepung beras, santan, dan pisang ini entah kenapa jadi incaran begitu kami meluncur ke Pasar Made. Teksturnya yang lembut dengan isi pisang raja dan balutan daun pisang tak ayal menciptakan kenikmatan tersendiri. Cocok disantap pada pagi hari ketika perut belum terisi. Kulit tepung bikin perut adem dan tenang sebelum diisi makanan lainnya. Krenyes-krenyes pisang menawarkan vitamin yang penting buat tubuh.

2 – serabi

Penganan yang diolah dari adonan tepung beras dan air kelapa/santan ini bentuknya sangat familiar. Bundar pipih dengan rongga kecil atau pori-pori akibat dimasak di atas tungku panas. Adonan mengembang dan menguarkan aroma sedap terlebih jika ditempeli daun pandan. Banyak sekali jenis serabi atau surabi di Indonesia. Kreasi topping biasanya yang jadi daya tarik seperti surabi bandung yang terkenal.

Serabi solo tak kalah populer karena disantap dalam kondisi digulung dalam bentuk roll yang dibalut daun pisang. Namun kebanyakan, serabi di Indonesia dinikmati dengan kuah dari gula merah/aren dicampur santan atau kuah manis lainnya. Adapun serabi versi Lamongan sangat sederhana: selembar serabi panggang itu dilumuri kelapa parut di tengah-tengah lalu ditangkupkan dengan selembar serabi lainnya. Sedap kala disantap dengan secangkir Kopi Jola-Joli, hehe.

3 – onde-onde

Orang Jepang konon takjub melihat bentuk onde-onde yang dikepung oleh barisan wijen yang rapi dan menawan. Bagaimana pula orang Indonesia bisa menata sedemikian tertib? Gumam mereka, ahaha. Onde-onde di Pasar Made tak hanya muncul dalam varian biasa yaitu berwarna cokelat. Ada pula variasi lain yaitu kulitnya dibuat dari tepung ketan item sehingga rasanya sedikit berbeda. Kadang kalau ada acara blogging di Surabaya, saya membawa bekal onde-onde untuk disantap di tempat demi berhemat tapi tetap nikmat.

4 – lepet jagung

Lepet jagung ini khas banget karena puding jagung dengan tekstur agak kasar dibungkus dengan kelobot atau daun pembungkus tongkol jagung. Bungkus ini membuat aroma lepet semakin menonjol, dengan rasa yang legit dan nagih, juga mengenyangkan. Sayangnya hanya ada satu lapak yang berjualan lepet jagung di Pasar Made. Kalau tutup, terpaksa deh gigit jari atau harus meluncur ke toko kue di dekat alun-alun kota untuk mendapatkannya. Namun, rasanya tak seenak yang dijual di Pasar Made.

5 – tiwul/sawut

Tiwul identik dengan makanan kaum jelata atau masyarakat pedesaan. Konon pada zaman penjajahan dulu makanan inilah yang jadi konsumsi utama penduduk di Tanah Jawa karena relatif mudah didapatkan. Tiwul dibuat dari tepung gaplek, sedangkan gaplek diperoleh dari singkong yang telah dikupas dan dijemur hingga kering. Dulu masih banyak warga di desa saya yang membuat gaplek, sekarang sudah langka bahkan tak ada. Tiwul dukukus lalu dinikmati dengan taburan kelapa atau kuah gula merah.

Sawut juga berbahan singkong, yakni singkong yang diparut kasar lalu dikukus hingga matang. Walau terkesan mudah, namun tidak semua penjual bisa menghadirkan sawut yang enak. Sejak di Bogor, saya menggemari sawut karena murah dan mengenyangkan. Dimakan dengan parutan kelapa atau lelehan gula merah kental, enaak!

Bagaimana, mantap kan kue favorit kami sekeluarga? BBC Mania punya kesan apa tentang pasar tradisional? Suka beli kue basah juga seperti kami, atau malah pernah punya lapak di pasar tradisional? Ceritain dong di kolom komentar.

Advertisement

8 Comments

  1. Sukkaaa banget nagasari, cucur, serabi, onde-onde, gethuk, jenang grendul. . Duhh lama banget gak main ke pasar tradisiobal, jajanan yg harus dilestarikan terus biar gak hilang terganti dengan jajanan kekinian 😅

    Liked by 1 person

    1. Iya’ Lucky. Memang enak dan yang paling penting terjangkau banget harganya. Sekalian melestarikan jajanan tradisional ya. Kalau makanan tradisional Korea apa?

      Like

  2. Semua jajan pasar enak, aku suka semua haha. Tapi anak-anakku pilih-pilih kalo jajan pasar, cuma sedikit yang mereka suka. Padahal enak jajan pasar dibanding cake2 kekinian *menurutku 😀

    Like

    1. Iya, Mbak. Enaknya kok tahan lama ya kue tradisional itu. Kalau kue kekinian cepat bosan rasanya gitu-gitu aja. Dominan manis, atau pedas, atau gurih. Udah gitu aja!

      Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s