MENULIS SEBENARNYA bukan kata yang asing bagi kita. Kita sudah akrab sejak belia. Sewaktu duduk di bangku sekolah kita terbiasa menulis di buku catatan, baik menyalin materi dari papan tulis atau mengerjakan soal yang didiktekan oleh guru. Di bangku kuliah, kita mendapat tugas menyusun skripsi, tesis, dan disertasi yang juga melibatkan keterampilan menulis. Saat dewasa dan bekerja, aktivitas menulis ternyata tidak terhenti. Hanya lingkup dan konteksnya yang berbeda. Sebagai pegawai tak jarang kita mesti menulis proposal, strategi pemasaran, hingga analisis pasar tentang produk atau jasa tertentu.
Selain itu, ada pula yang menjadikan kegiatan menulis sebagai mata pencarian dan bahkan kebutuhan. Esais dan cerpenis di media massa, atau novelis yang menerbitkan buku lalu menjualnya di pasaran semuanya menulis seperti makan atau bernapas. Kegiatan mengolah kata-kata bukan lagi tugas penuh paksaan, melainkan rutinitas yang sudah menjadi bagian dari identitas mereka. Kendati tentu ada hambatan selama proses menulis, menuangkan ide atau menggubah cerita tetap mereka nikmati sebagai kesibukan yang menantang alih-alih hal yang membebani apalagi menyiksa.
Rezeki nomplok
Saya jadi teringat kepada seorang teman bloger yang juga penulis buku. Di pertengahan Ramadan, saat pandemi memukul sektor ekonomi cukup perih bahkan hingga kini, dia mengabarkan kegembiraan di grup WA yang saya ikuti. Ada transferan masuk ke rekeningnya mendekati 10 juta rupiah di luar dugaan atau ekspektasi. Setelah ia selisik, rupanya itu royalti untuk buku fiksi anak yang pernah terbit 8 tahun silam. Bukan beberapa, tapi satu judul saja yang membuatnya diganjar sebanyak itu. Dapat transferan senilai itu di tengah wabah tentulah rezeki nomplok yang bikin wajah semringah.

Nah, ini satu bukti nyata betapa menulis memang menguntungkan, setidaknya dari segi ekonomi. Jika ia menuruti kemalasan dan pesimis apakah bukunya akan laku atau jeblok, tak akan ada royalti yang mendadak menghampiri. Masih ada sejumlah keuntungan lain atau manfaat kegiatan menulis. Silakan membaca blogpost ini sampai tuntas untuk menguatkan semangat menulis.
1 | Terapi stres
Lewat aktivitas menulis, entah satu buku utuh atau tulisan lepas, kita dapat menuangkan unek-unek atau ide yang tak mungkin disampaikan secara lisan. Bahkan jika bisa dituturkan secara verbal pun, sebuah ide atau ganjalan hati kadang tak terurai dengan tuntas. Tulisan memungkinkan kita menumpahkan segalanya nyaris tanpa batasan. Kita bisa mengelaborasinya seluwes dan senyaman mungkin demi melepaskan beban pikiran. Proses menggali ide atau melakukan riset malah kerap membantu kita menemukan pengalaman baru atau perspektif unik tentang sesuatu. Apalagi menulis karya fiksi, akan tercipta kenikmatan tersendiri saat menuntaskan penulisannya.
2 | Pengembangan karier
Sebagai pegawai atau pekerja profesional, misalnya, kita akan diuntungkan dengan keterampilan menulis. Buku karya sendiri yang berhasil diterbitkan—bahkan lewat penerbitan indie sekalipun—berpotensi mendongrak karier atau jabatan yang menjanjikan. Sesederhana menulis proposal investasi atau press release untuk perusahaan pun bisa membantu mengakselerasi posisi kita. Diimbangi dengan kompetensi profesi yang memadai, peluang maju terbuka sangat lebar.
3 | Kepercayaan diri
Semakin giat kita menulis, semakin banyak buku yang mungkin kita hasilkan. Buku yang berhasil terbit baik secara indie maupun mayor akan membangun kepercayaan diri kita. Kita merasa bangga telah mampu mengalahkan rasa malas dan menulis hingga akhir. Seiring dengan mumpuninya keterampilan kita, kian potensial pula buku bisa meroket sebgai produk yang laris. Tentu didukung juga dengan pemasaran yang andal. Rezeki meningkat, prestise turut terangkat.
4 | Melatih berpikir runtut
Berkat menulis di blog secara rutin, saya rasakan sendiri bahwa aktivitas ini mendorong agar saya berpikir runtut. Praktik menulis secara berkala lambat laun membentuk pola pikir yang kronologis demi menyampaikan pesan yang efektif kepada pembaca. Saat ditanya tentang ciri tulisan yang ampuh untuk lomba blog, saya pernah berpendapat bahwa setidaknya ada dua kriteria. Tulisan harus intact dan sistematis. Intact berarti lengkap, mencakup apa saja yang relevan dengan topik; sistematis berarti runtut dalam memaparkan keseluruhan materi tersebut. Dua kualitas itu bisa dipupuk salah satunya lewat praktik menulis terus-menerus.
5 | Mengawetkan ilmu dan pengalaman
Tiga tahun meninggalkan Bogor sesekali menyisakan kerinduan tak terperi. Kenangan indah selama sebelas tahun di sana sungguh tak bisa dihapus begitu saja. Hujan yang datang tak terduga hampir setiap hari, cuaca sejuk yang melingkupi, juga aneka camilan khas yang tak saya temukan di Lamongan justru kian memperparah lubang yang menganga. Apalagi saat pandemi begini, tak mungkin kami meluncur ke sana. Ketika kerinduan begitu memuncak sementara kunjungan fisik tak memungkin, bloglah penyelamatnya. Saya bersyukur selalu menulis fragmen dan kisah-kisah sederhana saat masih berada di Bogor.
Menyisir jalanan Bogor untuk membagikan nasi setiap Jumat malam dua pekan sekali bersama sebuah komunitas pemuda adalah salah satu kompartemen tulisan yang selalu saya baca kembali ketika rindu mencabik dan menyayat hati. Apalagi pas tidak punya uang untuk pergi menyinggahi. Rasanya relaks dan menenangkan membaca guratan kata demi kata yang saya awetkan di blog ini beberapa tahun silam. Terbayang beceknya jalanan Suryakencana sehabis hujan di malam hari ketika truk-truk sayur bergilir menurunkan muatan dengan para kuli yang sibuk hilir mudik.

Para tunawisma dan pemulung musiman dari kota-kota jauh terlihat berdiam di kanopi ruko-ruko menuju Jl. Siliwangi. Itu “moment of truth” bagi saya yang selalu menggerakkan tangan dan pikiran untuk menulis dan terus menulis. Keping-keping cerita itu rutin saya unggah, saya abadikan dalam tulisan di blog. Kini saat malas menulis di blog, saya menuliskan pengalaman di buku diary sebagai contoh juga bagi si sulung yang tertarik menulis.
Lewat tulisan saya mengawetkan pengalaman, memahat mereka agar bisa dibaca kapan saja. Bagi orang-orang yang punya skill atau keahlian khusus, mereka dapat menyimpan ilmu dalam bentuk tertulis agar dapat dinikmati atau dipelajari oleh orang yang membutuhkannya. Tulisan memungkinkan terjadinya transfer ilmu atau informasi. Jauh sebelum teknologi digital ditemukan, buku-buku atau perkamen telah merekam kekayaan sejarah yang sarat ilmu lewat teks-teks tertulis. Inilah manfaat nyata menulis.
6 | Portofolio pribadi
Kemampuan menulis yang diasah dengan membaca dan praktik menulis bukan hanya berdampak pada bertambahnya pundi-pundi rezeki. Seiring akumulasi ilmu dan pengalaman, pada gilirannya kita bisa memperoleh kesempatan membagikan keterampilan tersebut kepada orang lain lewat acara-acara yang relevan seperti pelatihan, lokakarya, atau diskusi kecil. Buku-buku yang berhasil kita terbitkan akan menjadi portofolio kuat sehingga profil kita semakin solid.
7 | Memperluas jaringan
Portofolio itu bisa kita manfaatkan untuk memperluas jaringan demi meneropong kesempatan lain seluas-luasnya. Jaringan sesama penulis atau lintas profesi bisa sangat produktif untuk membantu kita menambang ide-ide segar atau memperkuat ide lama dengan sudut pandang yang lebih kreatif. Jika kita menekuni dunia penulisan dengan kegembiraan dan penuh tanggung jawab, juga semangat berbagi tanpa banyak berharap, networking bisa terbangun dan kemandekan ide bisa dipecahkan dengan bantuan mereka lewat tukar pikiran.
Masih ragu soal keuntungan menulis? Ternyata menulis tak cuma mengundang rezeki materiil belaka. Kepuasan batin dan potensi meluasnya jaringan persahabatan jelas tak bisa diremehkan. Dengan keuletan dan semangat belajar tinggi, siapa tahu suatu hari Anda bisa melesat seperti Leila S. Chudori penulis novel Laut Bercerita yang tahun ini dianugerahi SEA Write Award 2020, penghargaan tahunan dari Thailand untuk karya sastra terbaik se-Asia Tenggara.
Menulis bisa dilakukan di mana saja, bisa dimulai kapan saja. Sama halnya rezeki berkat menulis yang bisa datang dari mana saja dan kapan saja meski hanya dari satu judul buku yang dikarang satu windu lalu. Siapkah menerima kejutannya?
Awalnya saya hanya untuk terapi stres, eh kini justru menghasilkan duit. Akhirnya ya bikin kecanduan untuk menulis terus
LikeLike
Betul kan, Mas. Semula buat terapi mental, lama-lama meninkmati ya karena menghasilkan duit dan terutama banyak teman. Kecanduan, keren!
LikeLike
Aku juga berawal dari stres mas. Buat terapi hati. Makin ke sini, menulis bikin candu. Hingga poin-poin yang pyn sebutkan di artikel di atas benar semua menurutku. Menulis itu pokoknya wah lah.
LikeLike
Syukurlah Mbak Malica menemukan manfaat menulis. Terapi hati, bagus juga tuh. Apalagi sekarang jadi content writer ya, lanjutkan!
LikeLike
Setuju dengan semua poin di atas. Memang menulis banyak banget manfaatnya. Menguntungkan memang, saya pernah nulis buku anak, cuma dua sih walau enggak sukses secara ekonomi tapi apresiasi dari pembaca itu sangat memuaskan dan tak ternilai. Jadi pengin nulis lagi setelah vakum 🙂
LikeLike
Ayo nulis lagi, bikin buku dan karya lebih banyak lagi. Pembaca menantimu loh. Ga harus banyak duit, yang penting menikmati proses dari menit ke menit. Sukses!
LikeLike
Halll Mas Rudi, sam kenal. Dapat rekomendasi blog Bagus ini dari mbak Injul hehe
Selama ini saya ternyata keseringan berkunjung ke bloger perempuan, saking nggak tau atau kurang luas jangkauan perblogeran saya nih kayaknya.
Gaya menulis masing2 individual memang unik. Melihat karakter menulis Dan gaya bahasa ada blog ini membuat saya ingin mengeksplor tulisan2 dengan bahasa baku. Saya sepertinya terlalu enjoy dgn bahasa informal kayak oranh ngomong nih.
LikeLike
Terima kasih sudah main ke sini ya, Ghina. Salam kenal sebelumnya. Betul banget, gaya menulis setiap bloger memang beda-beda dan itu unik kok. Saya pun enggak selalu pakai bahasa baku, kadang kala juga nulis dengan bahasa ehari-hari pas dibutuhkan. Selamat berakhir pekan! 😀
LikeLike
Dulu motivasi saya menulis ingin berbagi. Terus dapat uang dr menulis di blog sampe sekarang. Ga besar sih tpi Alhamdulillah.
LikeLiked by 1 person
Syukurlah kalau sudah ada di tahap dapat keuntungan ekonomi dari menulis. Bukan jumlah tapi kepuasan belaka ya. Semoga terus semangat dan makin produktif.
LikeLike
Keuntungan no.1 Aku banget, hahaha
Aku seringnya menulis ngalor ngidul ngga jelas sebagai jamu stresss
LikeLiked by 1 person
Ampuh buat meredakan stres ya, Mas. Emosi ditumpahkan, rezeki didapatkan. Sedaaap!
LikeLike
dulu awal-awal nulis cuma sekedar hobi, lama-lama jadi terapi stress.. eh sekarang malah jadi portofolio, seneng banget, karena manfaat nulis itu banyaak sekali
LikeLike
Alhamdulillah kalau ditekuni sebagai hobi yang menghasilkan, Mas. Lanjutkan, semoga dimudahkan, Mas. 👍
LikeLike
Kalau malas sudah muncul gimana cara mengusirnya bang 😀
LikeLike
Butuh piknik berarti, Mas. Atau makan nasi kikil dulu di Mojoagung, hehe….
LikeLike
Bermanfaat banget tulisannya. Jadi bikin makin semangat 🙂
LikeLike
Semoga konsisten dan semangat menyambut peluang!
LikeLike