Bloger Terima Job Recehan, Benarkah Merusak Harga Pasaran?

SEORANG TEMAN bloger mengirimkan chat suatu malam, beberapa tahun silam. Saya terkesiap melihat foto yang ia bagikan. Selama beberapa hari mereka sekeluarga hanya makan tepung terigu yang digoreng setelah diadon dengan gula. Gorengan tepung tipis itu diletakkan dalam keranjang plastik yang sebagian sudah rusak sepertinya akibat terbakar.

Saya tunjukkan foto itu kepada Bunda Xi bahwa ada teman yang kondisinya demikian dan sedang butuh pinjaman untuk sekadar beli beras. Bisa dibayangkan, mengonsumsi makanan seperti itu beberapa hari tentu saja enggak mengenyangkan selain juga membosankan. Kalau sekadar sebagai kudapan sih oke, tapi kalau makanan utama, no way!

Akhirnya dibagi dua

Masalahnya, kondisi saya tak jauh berbeda dengan dirinya. Penulis lepas dan bloger yang mengandalkan konten berbayar juga hadiah lomba, artinya ya penghasilan saya tidak menentu. Saat itu saya juga tengah menanti pembayaran job yang tak kunjung turun.

Karena Bunda Xi sepakat, akhirnya saldo di rekening yang tidak banyak kami bagi dua dengan teman tadi. Ya sekadar cukup beli beras beberapa kilogram beserta lauknya. Setelah itu rekening kembali fitri, bersih tak berbekas. Tahu sendiri kan saldo BCA bisa nol rupiah?! Hihi….

Sobat bloger ini gembira menerima bantuan sehingga bisa makan nasi dengan lauk yang layak. Kami pun lega tidak mengecewakannya walau tak banyak yang kami bagikan.

Dibayar cepat dan Smartphone dari Indosat

Seingat saya, beberapa hari berselang ada seseorang mengirim email dan memberikan job penempatan tulisan dengan tautan. Uniknya, honor atau fee dibayarkan hari itu juga. Berbeda dengan job lain yang harus menunggu berminggu bahkan berbulan-bulan hingga kami repot menagih atau menanyakan.

Selain itu, kira-kira sebulan kemudian saya mendapatkan hadiah Samsung smartphone dari Indosat setelah mengikuti kuis di Twitter yang sungguh di luar dugaan. Semua serbamisterius karena seolah tak bisa dinalar. Sebenarnya hal-hal itu boleh jadi berkaitan, hanya manusia yang diliputi keterbatasan.

Saya menuliskan fragmen ini karena belakangan muncul kekhawatiran akan makin turunnya rate atau nominal bayaran bloger lantaran tak sedikit yang mau menerima job berbayaran kecil bahkan sangat minimal.

Tak bisa pukul rata

Saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan adanya bloger atau mungkin influencer yang mengambil job recehan. Karena apa? Sebab kemampuan, ketersediaan waktu, dan terutama kebutuhan orang beda-beda. Bagi kita fee yang ditawarkan mungkin terbilang recehan, tapi bagi bloger tertentu itu jadi ‘uang nyawa’ untuk menyambung hidup dari hari ke hari.

Saya pernah membaca curhatan seorang momblogger yang kesulitan keuangan akibat lambatnya pencairan fee pekerjaan. Tugas sudah tuntas, tapi pembayaran belum lunas. Jangankan lunas, sepeser pun belum diterima karena memang jarang ada skema dengan uang muka. Inilah salah satu kelemahan pekerjaan online karena belum ada jaminan atau proteksi hak masing-masing.

Saya juga pernah membaca di grup WA seorang bloger yang menceritakan bahwa uang hasil blogging bisa dipakai untuk membeli kamera mahal dan beli perhiasan. Kalimat itu meluncur seolah ‘pingah’ tanpa empati pada bloger lain, termasuk single mom yang berjuang berat. Ya terang saja bisa karena ia punya suami yang juga bekerja dengan bayaran cukup mapan sehingga income dari job bisa dinikmati sendiri.

Cepat cair walau kecil

Saya tak hendak menyalahkan atau membela, tapi kesediaan orang menerima job recehan kadang juga enggak ideal baginya. Job diterima lebih karena memang butuh uang dan kebetulan proses pencairannya cepat. Tak lebih tak kurang, sehingga kebutuhan primer bisa tercukupi walau mungkin belum sesuai harapan.

Lalu bagaimana dengan kekhawatiran bahwa maraknya tawaran job recehan yang diterima itu akan merusak harga pasaran bloger atau influencer? I personally don’t think so. Bagi saya, tak perlu jadi soal yang dibesar-besarkan.

Yang punya value harganya enggak segitu

Faktanya, dengan banyaknya job dengan fee receh tidak menutup agency atau brand untuk memberi penghargaan yang layak pada bloger. Karena bloger atau influencer ini punya value, punya sesuatu yang diberikan sebagai paket keunikan. Saya bisa sebut, misalnya, Mbak Vicky Laurentina, bloger Surabaya yang jarang atau tak pernah mengeluhkan bayaran. Ya karena dia punya something worthwhile yang bisa diberikan kepada pemberi kerja sehingga mereka pun bersedia membayar mahal sesuai kesepakatan.

Value seorang bloger misalnya kemampuan menulis, kepribadian yang unik sebagai bloger (personal branding), keseimbangan jumlah postingan antara yang organik dan berbayar, etika dalam bekerja, pengetahuan SEO, dan kemauan menggali bahan dari berbagai sumber agar tulisan tidak kering. Hal-hal ini bisa dibangun seiring waktu berjalan sambil memperbarui tulisan di blog. Selain value, tentu ada peran takdir dan rezeki.

Saya pribadi pun kerap mengerjakan job recehan asalkan tema dan tugas tidak merepotkan. Apalagi kalau fee cepat cair, wuih, gurih banget itu! Namun pada kesempatan lain, saya juga sering dikontak secara langsung, baik lewat email, DM Instagram maupun Twitter untuk menerima tawaran job menulis dengan fee yang menyenangkan. Hanya saja, ya memang saya selektif soal topik atau jenis bisnis yang ditawarkan jadi tidak semua bisa diambil walau fee besar. Jadi gagal dapat job review bukan melulu karena blog kita enggak laku.

Intinya, setiap job ada pasarnya, jadi agak sulit menimbang pengaruh merebaknya job recehan dengan menurunnya rate bloger secara keseluruhan. Selain kondisi ekonomi yang tidak menentu, barangkali kita sendiri yang lupa mengukur diri. Pengin rate tinggi tapi kompensasi yang kita berikan masih belum sepadan, seperti peribahasa “jauh panggang dari api“.

Advertisement

16 Comments

  1. Saya setuju dengan tulisannya Mas, tak semua sama kondisi hidupnya dan cara berfikirnya. Yang pasti kalau sudah rezeki tak akan lari kemana. Yang penting kita sudah memberikan yang terbaik kepada pemberi job, atau sudah melakukan sesuai brief.

    Sama seperti Mbak Widyanti yang dia pernah berbicara di suatu zoom, jika DA blognya tak seberapa, tapi beliau dibayar mahal, karena memiliki value lebih.

    Mungkin yang harus kita tingkatkan kualitas bloga dna juga tulisan. Itu salah satu usaha, yang pasti Allah juga akan melihatnya.

    Liked by 1 person

    1. Setuju, kalau rezeki tak akan ke mana. Soal besar kecil fee, itu enggak selalu berhubungan dengan kualitas blog sebenarnya. Yang penting terus berbenah biar blog moncer dengan potensi khas kita, itulah yang mungkin terjadi pada Mbak Widyanti karena ada sisi lain yang dihargai walau skor DA tidak wow.

      Like

  2. Yooo ibarat artis lah.

    Ada yg fee nya bikin semapuuttt kyk Reza Rahadian yg konon 1 milyar per episode

    Tapi ada juga artis yg kaing kaiingg uangeeelll buat dongkrak fee. Ya karena jatah rezekinya masih segitu

    Aku saiki berusaha ngurangin istilah “wis, gapopo oleh sing receh receh aja….” karena definisi receh buat tiap orang pastinya berbezaaaa, dan somehow tibaknyaaa ada yg baper juga klo pakai istilah “receh” enihh

    #SusahnyaJadiNetyjen

    Like

  3. Fenomena sejak dulu kala…
    Semoga Allah senantiasa murahkan rezeki Pak Rudi karena senantiasa berbagi.

    Btw, Pak, saya kembali membuka WordPress. Tapi bingung. Ahahahaha…
    Keder mau menyunting tulisan bagaimana. Eh, ngutek-ngutek gambar juga keder pas udah diupload. Ya ampun!

    Like

    1. Makasih buat doanya, Kanaz. Doa yang baik semoga kembali kepada yang mendoakan. Kalau WP baru emang pakai sistem editor per blok yaitu Gutenberg, Kak, jadi kalau belum terbiasa emang agak kagok. Tapi lama-lama juga lanyah kok, bahkan lebih enak dibanding yang dulu. Semangat ngonten di WP!

      Liked by 1 person

      1. Kan tulisannya bilang gt pdhl tau sendiri byk yg bergantung dr blog. Ya mungkin yg ga bergantung dr blog beda Sikon daputnya sendiri. Judgement emang paling yahud. Sepeerti cerita di awal, g bisa makan krn belun ada cair. Well relate :))) judgement memang paling mudah

        Like

          1. Enggak kok, santai aja. Malah bagus gini jadi saling menyemangati. 🙂
            Cuma aku kurang setuju aja waktu Mbak Echa bilang bhw dirimu ga punya value hanya karena sering nerima job recehan. Aku pun sering kok, jadi terima job recehan tuh semata-mata keputusan pas butuh, ga melulu karena kita ga ada value. Buktinya blog Mbak Echa kan dah sering menang lomba blog sejak di Tangerang dulu, plus nerima job lain yg nilainya wow. Pokoke s semangat! Saling mendoa untuk kesehatan dan kelancaran rezeki yo, Mbak….

            Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s