Sebuah Minggu dan Absennya Para Tamu: Dari Jalan Sehat Hingga Pie Lezat

Jika pada Jumat lalu saya dan duo Xi menggowes sepeda ke pasar di pagi hari, hari Minggu menjadi momen agak istimewa. Selepas Subuhan tak ada kayuhan sepeda sebab pagi itu kami akan turut meramaikan acara jalan sehat di kompleks tempat kami tinggal. Jalan santai bareng ini sudah kami tunggu sejak beberapa pekan sebelumnya, terutama oleh anak-anak. Semula acara akan dihelat tanggal 19 namun entah kenapa panitia menundanya hingga akhir pekan kemarin.

Ternyata di beberapa tempat di kabupaten bahkan kota lain acara serupa pun digelar pada hari yang sama. Di desa tempat ibu tinggal jalan sehat sedang dilangsungkan, bahkan di kota Semarang menurut kabar seorang teman bloger yang berdomisili di Kota Lunpia itu. Mungkinkah pekan akhir Agustus kemarin menjadi momen serentak penyelenggaraan jalan sehat di banyak tempat lain?

Jam karet dan ote-ote

Menurut pemberitahuan panitia, peserta jalan sehat diminta berkumpul di depan masjid pukul 06.00, yang menurut saya terlalu siang. Harusnya diminta standby pukul 05.30 dengan asumsi kita masih suka ngaret. Anggapan saya terjadi. Menjelang pukul 6 lokasi masih sepi, hanya segelintir panitia yang sibuk menata hadiah di atas panggung dan tim tata suara yang tengah melakukan sound check.

“Kacau deh. Masak pukul 1 panggung baru datang. Sekarang jadi berantakan,” ujar seorang lelaki muda yang rumahnya berdekatan dengan masjid sambil mengucak matanya. Terlihat lelah dan sepertinya kurang tidur. Saya membenarkan bahwa jam segitu harusnya lokasi sudah penuh dan peserta siap diberangkatkan. Dia lalu masuk ke rumah sementara saya merapat ke kali kecil antara blok 6 dan 7. Ada dua ekor, eh tiga ekor ikan sapu-sapu yang mengapung—jadi bangkai. Melangkah agak jauh dekat tandon air raksasa, puluhan ikan sapu-sapu ngelengek-ngelengek mencari udara. Geli juga lihatnya.

Tak tahan menunggu pemberangkatan peserta, saya mengajak dua bocah ke warung kopi tak jauh dari masjid, tepatnya di blok 4. Kupesan kopi Tora Moka sebab di rumah sudah biasa menyeduh kopi hitam tulen. Boys terheran-heran, “Ayah pesan kopi?” seolah aneh saya minum kopi di kedai sebab biasanya ngopi di rumah. Semua akibat peserta yang ngaret, jadi perut ikut melilit. Sambil menunggu kopi agak dingin, kami bertiga menikmati ote-ote hangat yang tersedia di atas nampan. Ote-ote adalah sebutan khas untuk bakwan di kota kami. Di Malang, menurut penuturan seorang teman, ada yang menyebutnya weci. Daerah lain menyebutnya bala-bala atau badak.

Mahoni dan Taekwondo

Kira-kira pukul setengah 7 peserta menghadap ke utara, siap bergerak menyisir sawah. Iya, sawah, sebab kompleks perumahan kami bersebelahan dengan sawah produktif. Dari blok 4 kami belok ke kiri dan naik ke atas tanggul. Sayang sekali sungai besar itu sekarang miskin air. Bukan hanya miskin, tapi kehilangan segala pesonanya. Tak setetes pun tersisa air selain dasar sungai yang memutih retak-retak. Segerombol rumput liar terlihat di sana-sini tapi kami terus melaju menuju masjid baru yang dibangun pak bupati. Tiba di jalan raya, kami bergerak ke kiri hingga mencapai kantor Polsek kota yang baru. Duo Xi senang betul ketemu lagi sama helai-helai biji mahoni yang bisa diterbangkan menyerupai helikopter. Mainan ini lazim kami temui di depan perpustakaan daerah yang dijaga sebuah pohon mahoni raksasa.

Perjalanan berikutnya kurang menarik. Sampailah kami di gerbang perumahan di mana kami diminta memasukkan potongan kupon dan dipersilakan mengambil minuman berupa air mineral. Soal kupon sebenarnya percuma sebab kami tak akan ikut prosesi undian. Setelah melewati panggung, si bungsu mengeluh kecapaian yang menuntut saya menggendongnya. Karena peserta belum berkumpul semua, kami putuskan melangkah pulang. Sampai di rumah pukul 7.15 dengan menenteng ote-ote untuk Bunda yang tak ikut jalan sehat.

Nasi goreng lezat tersedia di atas meja. Nikmaaat, baru bayangin padahal! Beres ini-itu termasuk sarapan, saya lalu mengantar boys ke perpustakaan daerah untuk mengikuti latihan Taekwondo seperti biasa. Agak telat namun mereka tetap bersemangat. Peserta yang hadir lumayan banyak, tak seperti minggu-minggu biasanya. Si sulung tak dapat menyembunyikan kegembiraan ketika sabeum menginformasikan bahwa bulan depan akan diadakan ujian kenaikan tingkat. Akhirnya ganti sabuk nih, mungkin begitu gumamnya saat memberi jempol ke arah saya. Beberapa bulan lalu ia urung ikut ujian sebab sekolahnya menghelat piknik pada saat bersamaan.

P80826-184805

Pie buat tamu

Pulang dari Taekwondo anak-anak mandi. Sore hari mereka bangun untuk menyambut teman-teman yang akan belajar di rumah. Ya, ini pekan kedua Bright English Institute (BEI) resmi diadakan. Tanggal 19 Agustus lalu ada dua peserta yang ikut bergabung selain duo Xi. Suasana sudah cukup gayeng dan asyik. Rencananya akan ada peserta baru yang ikut pada pekan kedua ini. Sayang sekali pertemuan kedua kemarin batal terlaksana. Tamu-tamu kecil itu kabarnya kelelahan setelah mengikuti karnaval.

Ya sudah, pie lezat yang sudah Bunda bikin kami santap sendiri. Kami semua suka, kami semua menghabiskannya, haha. Kudapan senja yang sangat menggoda. Tamu-tamu kecil tak jadi datang, setelah sebelumnya kustatuskan di story Facebook. Tak ada hubungannya sih, semata-mata biar story ada aktivitasnya.

Sebuah Minggu biasa—yang saya rencanakan tidak biasa—berlalu juga. Hari ini, Selasa 28 Agustus, sekolah anak-anak diliburkan lantaran ada acara karnaval tingkat kabupaten. BEI akan dibuka lagi di saung mungil yang kami cintai. Walau belum banyak peserta, suasana selalu menyenangkan kami semua. Apa kabar, BBC Mania?

2 Comments

Tinggalkan jejak