Hidup Begini Amat!

Pujangga Inggris Shakespeare suatu kali bilang, “AKU MENANGIS KARENA TAK PUNYA SEPATU. LALU AKU BERHENTI MENANGIS KETIKA MELIHAT ORANG TAK PUNYA KAKI.

HIDUP INI PENUH DENGAN ANUGERAH, KADANG KITALAH YANG BUTA SEHINGGA TAK BISA MENGHARGAINYA.”

Di kemudian hari banyak versi tentang siapa pencetus kutipan ini. Ada yang mengatakan Helen Keller, ada pula yang menyebut Mahatma Gandhi. Namun esensi kutipan jauh lebih penting ketimbang penggagasnya.

jalan hidup

Membaca status seorang teman di akun Facebook tentang kehidupan ekonominya yang sempat ambruk, saya teringat pada kehidupan masa lalu yang juga berada di titik nadir. Terasa getir dan nestapa. Namun sebelum sempat mengeluh, saya teringat lagi pada pertemuan dengan seorang kawan lama di sebuah rumah sakit beberapa tahun lalu. Kawan ini dulu satu kantor dengan kami sewaktu masih bekerja sebagai editor.

Penderitaannya tiada terperi, sangat berat sampai ia menceritakannya dalam linangan air mata. Ia seperti sendirian menjalani masalah itu bahkan tak ada dukungan dari suaminya. Saya dan istri hanya bisa menghibur dan meminta bersabar lantaran tak mungkin terlibat dalam masalah keluarganya yang pelik dan tak mungkin diceritakan di sini. Kami hampir-hampir khawatir dia akan melakukan tindakan bunuh diri saking kompleksnya masalah yang dia hadapi dan betapa solusi kami terasa klise.

Jangan GR!

Tapi begitulah hidup, BBC Mania! Pernahkah kita merasa sangat malang ketika musibah atau hal tak mengenakkan menimpa kita secara bertubi-tubi? Sakit tak sembuh-sembuh, kebutuhan terus meningkat tak sebanding dengan pendapatan yang melesat, atau mungkin tak kunjung ketemu jodoh, bangkrut dalam bisnis, gagal dalam hubungan, dan sebagainya. Belum lagi luka dari problem A mengering, datanglah problem B dan C seketika seolah-olah hidup hendak menghancurkan kita. Sampai kita berujar lirih dengan perih, “Ya Allah, hidupku begini amat ya!” sebab apa yang kita INGINKAN rasanya semakin jauh-jauh dari genggaman.

Saya menuliskan kembali kutipan di atas dalam huruf kapital bukan dengan nada kemarahan, melainkan semangat untuk mengingatkan diri sendiri. Bahwa ketika merasa masalah kita terlalu besar, ada orang lain yg problemnya jauh lebih mengerikan. Bahwa saat kita mengutuk Tuhan mengapa harus menjalani ini semua, ternyata ada orang lain yang kondisinya sungguh tak terbayangkan. Bahwa ketika kita mempertanyakan kesialan dan keterbatasan, kita sebenarnya lupa bahwa kelimpahan atau kekurangan sama-sama ujian dari Tuhan. Nikmat dan sengsara keduanya adalah bentuk ujian.

Jangan pernah merasa menjadi martir seolah-olah kondisi menghimpit kita dan dunia memusuhi kita. Tak ada yang peduli dengan kita sehingga kita layak dikasihani dan mendapat standing applause. Faktanya, setiap orang yang hidup menjalani aneka masalah yang beragam, baik jenis dan kadarnya. Kita bukanlah satu-satunya yang kita klaim sebagai makhluk paling ‘menderita’. Ketika ujian menerpa, ada baiknya kita melatih bersyukur seperti dicontohkan Umar agar nikmat-nikmat lain tidak terkelabui.

Sudah pernah saya tulis di Facebook bahwa ada begitu banyak alasan mengeluh sebagaimana banyak pula alasan untuk bersyukur. Tinggal kita pilih yang mana. Tak ada yang ideal di dunia, apalagi sempurna. Mengubah persepsi dan menggunakan perspektif yang tepat kadang bisa menciptakan keajaiban luar biasa.

Complain less, thank more. 

Ask less, give more.

Demand less, contribute more.

Selamat berakhir pekan, BBC Mania! Tetap semangat!

9 Comments

  1. Saya belum baca seluruh post ini. But please let me comment on the fact that you know well enough that the quote isn’t by Shakespeare. Soalnya nggak terkesan Shakespeare sama sekali. Saya suka Shakespeare, dan sedikit-banyak tahu pola kalimatnya (dia biasa memakai “iambic pentameter”). And I’ve never come across any character in any of his more well-known plays talk about lack of shoes and lack of legs. I also have a book about Shakespearean quotes, phrases, and words. I’ve read front to back as well as the other way round and I don’t recall anything about lack of shoes and/or legs. So I immediately thought that it’s one of those “faux Shakespeare” quotes that float around the internet. Bravo to you for finding out that it’s misattributed to Shakespeare!

    I shall read the rest of your post in the morning. Toodles!

    Liked by 1 person

  2. Setelah membaca post ini sampai selesai, saya jadi ingat suatu hadits terkait qona’ah.
    Baarakallahu fiikum. Terimakasih telah mengingatkan saya untuk bersyukur.

    Like

  3. Di balik ketidak beruntungan yang munkin kita rasakan, ternyata ada orang lain yang kondisinya jauh lebih tidak mengenakan dari pada kita, makanya kita sawang sinawang, karena gak semua orang yang kita kira hidupnya enak, ternyata gak mesti sesuai dengan yang kita pikirkan

    Like

  4. Ya, saya pernah berkata, “hidup kok begini amat.” Tapi pelajaran itu ternyata akan membuat kita semakin kuat. Jadi benarlah cobaan itu diberikan karena kita mampu mengatasinya. Bersyukur selalu.

    Like

Tinggalkan jejak