Belakangan ini muncul istilah wisata tipis-tipis untuk menyebut jenis pelesiran yang tak terlalu jauh dan cukup ditebus dengan biaya yang murah meriah. Bisa wisata di kota sendiri seperti berkunjung ke danau atau bisa juga melipir ke kota sebelah untuk mengunjungi tempat bersejarah yang tak ada di kota kita.
Itulah yang kami lakukan beberapa waktu lalu. Tinggal di kota kecil seperti Lamongan tentu ada plus minusnya. Kemacetan tak pernah menjadi masalah, pun harga kebutuhan pokok selalu terkendali dan ramah di kantong. Namun, urusan wisata boleh jadi tak sebanyak kota lain. Kalaupun ada, ya kebanyakan sudah kami sambangi seperti Wisata Bahari Lamongan dan Maharani Zoo & Goa.
Tergerak untuk mencari penyegaran, kami pun meluncur ke Surabaya, kota berjuluk Kota Pahlawan yang kami tempuh dengan kereta komuter selama 1 jam 15 menit. Kami pilih Surabaya karena kota ini punya daya tarik wisata sejarah yang unik dan beragam. Selain itu ongkosnya terjangkau, baik menuju ke sana maupun selama berada di sana.
Suroboyo Bus
Perjalanan jadi makin irit karena kami memanfaatkan moda transportasi massal khas Surabaya yakni Suroboyo Bus (SB). SB adalah inovasi pemerintah kota Surabaya agar publik lebih sering menggunakan kendaraan umum sehingga kemacetan bisa dikurangi.
Siap menjemput penumpang Stiker untuk ditukar struk/tiket Bus tingkat yang memikat Tempat duduk yang mewah Tangga untuk naik Baca buku di atas bus yang nyaman
Selain itu, SB juga jadi solusi kreatif penumpukan sampah plastik. Hal ini lantaran tiket untuk naik SB bukan dibayar dengan uang melainkan dengan sampah gelas atau botol air mineral yang dikonversi dengan tiket. Cukup dengan 10 gelas plastik atau 5 botol 600 ml atau 3 botol 1,5 liter untuk mendapatkan satu tiket. Dengan demikian, bus massal ini turut menyadarkan publik agar lebih peduli lingkungan.
Bukan cuma itu, SB juga menghubungkan tempat-tempat umum seperti mal dan tentu saja objek wisata. Kami bertolak dari Halte Pasar Turi yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari Stasiun Pasar Turi. Lokasi halte SB bersebelahan dengan Monumen Tugu Pahlawan. Sebelum keliling Surabaya, tentunya monumen bersejarah ini jadi destinasi pertama yang kai sambangi.
Museum Tugu Pahlawan
Orang bilang jangan mengaku pernah ke Surabaya kalau belum main ke Monumen Tugu Pahlawan. Di lahan seluas 1,3 hektar ini juga dibangun Museum Sepuluh Nopember atau Museum Tugu Pahlawan yang sangat tepat dikunjungi bersama keluarga. Museum yang diresmikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid tanggal 19 Februari 2000 ini rupanya menyedot perhatian para turis asing dan minat anak-anak yang datang.
Museum Tugu Pahlawan Tugu Pahlawan, saksi perjuangan Arek-arek Suroboyo mengusir penjajah.
Museumnya menjorok 7 meter ke dalam tanah dan didesain dengan interior sangat unik sehingga pengunjung anak atau remaja dijamin bakal suka. Adanya banyak foto perjuangan dan benda-benda sarat memori seperti senapan dalam perjuangan ditampilkan di ruang pamer, juga hadir dalam bentuk diorama statis.
Monkasel
Setelah puas menelusuri sejarah perlawanan Arek-arek Suroboyo melawan penjajah, saatnya mengisi perut dengan menu nasi Padang. Kuah gulai dan bumbu rendang sungguh menggoda dan melengkapi kegembiraan siang itu. Harganya bersahabat, pilihan menu tentu saja banyak.
Berimajinasi!
Tuntas makan siang, kami lantas menumpang SB menuju Monkasel dengan transit terlebih dahulu di halte Urip Sumoharjo. Monkasel atau Monumen Kapal Selam adalah kapal selam yang dipensiunkan setelah turut berjuang dalam Perang Laut Aru. Wisata ini sangat menyenangkan terutama bagi anak-anak karena kita bisa menyaksikan videorama tentang sejarah kapal selam dalam berjuang melawan penjajahan.
Anak-anak bisa diajak menyaksikan kejayaan maritim Indonesia saat membebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Dalam kapal selam buatan Rusia yang dimonumenkan di daerah Genteng ini, kami bisa menikmati interior kapal sambil membayangkan kedigdayaan tentara Indonesia lewat penjelasan singkat selama berkunjung.
Masjid Rahmat Kembang Kuning
Selepas mengantongi banyak informasi dari dua tempat bersejarah di Surabaya, rasa lelah pun mendera kami. Saatnya berburu tempat menginap untuk merebahkan badan demi kegiatan esok pagi. Pilihan menginap jatuh ke sebuah hotel di Jl. Kembang Kuning, Wonokromo. Selain berdekatan dengan rumah seorang sahabat yang janji akan bertemu, penginapan ini kami pilih karena berjarak hanya beberapa puluh langkah dari Masjid Rahmat yang sangat legendaris di Jawa Timur.
Kubah dan menara Masjid Rahmat Kembang Kuning pada saat senja Pintunya megah dengan pilar yang kokoh.
Pemancar untuk menyebarkan panduan waktu sholat.
Saya selalu penasaran karena selama ini Masjid Rahmat telah menjadi rujukan azan bagi mayoritas masjid di Surabaya dan sekitarnya, termasuk Lamongan. Suara pengajian yang diputar di masjid-masjid itu selalu berasal dari Masjid Rahmat Kembang Kuning, terutama pedoman waktu masuk shalat.
Begitu mendapatkan kamar di OYO 771 Kembang Kuning Residence Syariah, saya pun mengajak anak-anak menunaikan shalat Magrib di masjid tersebut. Dari kejauhan segera tampak pemancar radio yang cukup tinggi tak jauh dari kubah masjid. Jemaah Magrib cukup banyak dan suasana kekhusyuan cukup terjaga.
Menurut informasi yang saya dengar, termasuk dari sahabat jurnalis yang pernah meliput di sana, masjid ini begitu terkenal karena berkaitan dengan Sunan Ampel, salah satu tokoh Walisongo yang sangat dihormati. Dahulu kala Raden Rahmat alias Sunan Ampel bertemu dengan Wirosoeroyo yang dijuluki Ki Kembang Kuning karena kepandaiannya.
Karena kalah debat, Wirosoeroyo pun memeluk Islam yang ditawarkan oleh Raden Rahmat. Suatu pagi sebelum Raden Rahmad menuju Ampel Dento, ternyata telah berdiri sebuah musala dari sesek (anyaman bambu) dengan atap jerami. Karena kaget lantaran tak ada yang merasa membangun, warga sekitar pun menyebutnya dengan Masjid Tiban Raden Rahmat karena mereka meyakini Raden Rahmatlah yang membangun.
Sejak saat itu masjid terus dipugar dan dikembangkan. Masjid Rahmat dibuat dengan empat pilar penyangga serta lima pintu pilar di serambi masjid. Saya menyaksikan kegagahan bangunannya ketika duduk di serambi masjid. Entah bagaimana ceritanya akhirnya masjid-masjid di Jawa Timur banyak yang menjadikan kumandang azan di Masjid Rahmat Kembang Kuning sebagai patokan masuknya waktu shalat padahal pengurus setempat mengaku mereka mengikuti jadwal dari Kementerian Agama dan konsisten hingga kini.
Mendengkur dan bersyukur
Setelah dapat ilmu lagi, saatnya tidur dan mendengkur di kamar OYO Rooms yang sangat nyaman. Setelah menandaskan nasi goreng, kami pun menyalakan televisi dan berbincang bersama. OYO 771 Kembang Kuning Residence Syariah yang tergabung dalam OYO Hotels Indonesia terbukti sangat nyaman, dan terutama ramah di kantong. Tak genap 200 ribu pun masih didiskon lagi, duh, asyiik! Bersyukur banget bisa menginap di sini.
Standar kenyamanan dan fasilitas kamar sudah cukup. Yang paling kami sukai adalah halaman parkir yang luas dan kenyamanan di hati karena berlabel syariah. Saya diminta menyerahkan KTP dan uang deposit saat check-in. Pelayanan ramah dan kami tidak waswas karena pintu gerbang menggunakan pagar elektrik yang otomatis terbuka bagi tamu yang menginap. Air minum juga tersedia yang segera kami habiskan. Menginap di sini sungguh menyenangkan dan ingin kami ulangi.
Pagi hari, selepas shalat Subuh, saya dan anak-anak dijamu oleh pengurus Masjid Rahmat dengan teh hangat nikmat dan beberapa jajanan tradisional. Karena jajanan cepat habis, kami pun berburu kue sendiri di pinggir jalan tak jauh dari OYO Hotel tempat kami menginap. Banyak pilihan, harganya bikin kantong aman.
Beagam dan murah meriah
Karena ada janji ketemu dengan teman saya yang jurnalis, kami pun check-out lebih awal agar bisa mengobrol panjang lebar di sebuh kedai bakso langganannya. Banyak cerita yang kami tukar, termasuk pengalaman kami bermalam di OYO Rooms Kembang Kuning saat teman saya penasaran kenapa kami memilih menginap di sana.
Karena kereta ke Lamongan baru berangkat pukul 16.40 kami pun minta diantar ke Kampung Ilmu, yakni kawasan toko buku bekas dan baru yang sebelumnya berada di sepanjang Jalan Semarang, tak jauh dari Stasiun Pasar Turi. Lumayan juga bertahan di sana selama beberapa jam walaupun jelas tak cukup karena anak-anak sangat suka buku sementara pilihan judul begitu banyak.
Banjir buku di Kampung Ilmu, harganya boleh diadu.
Liburan singkat di Surabaya pun berakhir, tapi kenangan manis akan tetap terukir. Kami ingin kembali pelesiran di Surabaya karena masih banyak yang belum kami kunjungi. Apalagi jika mendapat voucher 70% dari OYO Hotels Indonesia, maka liburan akan semakin lengkap dan berkesan. Hotel Murah di Surabaya ternyata banyak, dan bisa diakses dengan mudah lewat OYO Rooms, baik lewat aplikasi di smartphone maupun website.
Dengan harga yang terjangkau, siapa sih yang tidak mau menginap di OYO Rooms dengan tambahan diskon 70%? Apalagi bagi kami yang pernah menikmati kenangan manis selama menginap di sana walaupun hanya satu malam. Ditambah wisata religi, rasanya memori itu tak akan lekang dimakan zaman.
Cagar budaya yang sarat sejarah
Pada kesempatan berikutnya saya ingin mengajak anak-anak ke Perpustakaan Bank Indonesia yang lokasinya tak jauh dari Kebun Binatang Surabaya. Setelah puas menikmati kawasan Kebun Binatang, kami bisa mengambil jeda di perpustakaan yang termasuk cagar budaya ini. Terakhir kali saya ke sini sendirian, dan akan menarik jika anak-anak turut serta sebab banyak pengetahuan seputar keuangan di sana.
Menginap di daerah sekitar rasanya cukup masuk akal karena banyak pilihan OYO Rooms juga yang terjangkau tapi bagus. Pagi harinya bisa jalan-jalan ke Taman Bungkul atau kalau tak malas bisa meluncur ke Masjid Muhammad Cheng Hoo di kawasan Ketabang yang juga belum pernah dikunjungi oleh anak-anak.
Wisata murah ternyata bisa bikin kenangan yang wah. Surabaya kota yang bersejarah, semakin nikmat kalau bepergian bersama keluarga. Tak perlu bingung soal menginap karena Hotel di Surabaya semakin banyak menawarkan harga bersahabat. Jadi kapan kalian mau pelesiran, BBC Mania? Mumpung akhir tahun nih.
Jadi pengen jalan-jalan keliling Surabaya lagi nih om. Dulu sih waktu masih sama dia wkwk. Sekarang sendiri dah.
LikeLike
Duh, siapakah dia yang kau sebutkan? Wkwkwkw….
LikeLike
Belum pernah ke Surabaya kecuali transit di bandaranya saja hehe
LikeLike
Ayo ke Surabaya, Mbak Mena. Banyak banget yang bisa dikunjungi. Banyak lokasi, banyak informasi. Yuk!
LikeLiked by 1 person
wah pengen bangetttt ke Monkasel
LikeLike
Yuk, seru banget kok.
LikeLike
Kok, pengin eksplor Surabaya rek!
LikeLike
Ayo, Mas. Surabaya punya banyak daya tarik wisata. Termasuk Suroboyo Bus yangbl gratis.
LikeLike
Surabaya kalau dilihat dari mata wisatawan memang menarik, selebihnya hanya mall dan mall ehehe. Aku udah nyobain bus sampah itu, dan baru tahu klo ada kampung Ilmu. Nanti deh mau mampir klo ke Surabaya lagi 🙂
Oh iya gak sekalian ke House of Sampoerna. Kan gratis juga.
LikeLike
Cobain, Mas. Kampung Ilmu enggak jauh dari Stasiun Pasarturi, jalan kaki pagi-pagi sekalian cari keringat.
Sempat mau ke House of Sampoerna, tapi masih bingung kasih narasi yang cocok buat anak-anak mengingat itu kan usaha bidang rokok ya Mas. Mungkin kali lain.
LikeLike
aku baru ke Monkasel aja nih klo yang ada di daftar ini. Btw, pas lebaran kemarin aq juga nginep di OYO Syariah, asli murah banget hari biasa cuma 150k dan itu bisa dapet dua kamar buat dua keluarga kecil. So worth banget. Deket pula ke Tunjungan Plaza dan beberapa mal lain, jadi gak repot cari makan klo kelaperan malem-malem tinggal pesen online aja.
LikeLike
Yuk coba objek wisata lainnya, Bang Dzul. Asyik kok Surabaya murah meriah, banyak juga wisata budaya. Memang penginapan murah banyak dan dekat tempat makan. Yuk wisata ke Surabaya lagi!
LikeLike