Akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 dipenuhi dengan drama kekalahan lomba blog. Kekalahan tentu biasa saja, tetapi tak bisa dimungkiri meninggalkan kesedihan. Kesedihan makin membuncah jika pada lomba tertentu effort telah dilakukan secara maksimal dan total tetapi berujung pada kekalahan telak. Jangankan pemenang utama, deretan juara hiburan pun tak layak.
Pada kadar tertentu, saya sampai terheran mengenai selera juri yang meleset dari dugaan. Ini bukan hal yang bisa diprotes, melainkan dijajaki karena menjadi ranah pribadi dan bahkan privilese mereka sebagai tim penilai. Kalau sudah begini, harus pintar-pintar memilih jenis lomba agar taktis menembak tema dan menyasar target juara. Kudu banyak belajar agar tulisan makin cetar.

Di antara kekalahan demi kekalahan, ada satu kegembiraan besar yang saya dapatkan. Ini sebenarnya bukan hal baru. Hampir tiga tahun lalu saya pernah mengunggah sebuah blog post berjudul Kayak Gini Juga Rezeki yang merinci lima bentuk rezeki selain materi. Ketika saya baca kembali, tulisan itu ternyata juga hiburan atas kekalahan dalam serangkaian lomba blog yang saya ikuti.
Rezeki tak ternilai
Sebetulnya ada enam hal yang ingin saya kabarkan dalam tulisan itu, tetapi sengaja saya rahasiakan satunya. Mbak Haya Aliya Zaki sempat menduga bahwa lima hal itulah yang saya maksud dalam sebuah status di Facebook yang menuai banyak jempol. Setelah saya pertimbangkan lagi, tak ada salahnya saya membocorkan satu hal yang bagi saya sangat bermakna–jauh melebihi rezeki bersifat monetary.
Saya sadar ada potensi riya atau pamer dengan menuliskan kabar ini, tetapi potensi kebaikannya menurut saya lebih eksesif. Terutama saya maksudkan sebagai pengingat bagi diri sendiri bahwa saya sudah memulai sejengkal langkah dengan effort yang saya sengaja. Harapannya, saya akan teringat untuk kembali menelisik upaya positif itu agar bertahan dan terus meningkatkan semangat dalam kebaikan, dalam pengertian seluas-luasnya.
Walau terbilang lama, sejak pertengahan 2016 hingga akhir 2019, saya akhirnya bisa menuntaskan hafalan juz 30 dari Al-Quran. Sangat gembira tiada terkira meskipun ini bukan prestasi bergengsi. Banyak sekali yang bisa menghafal lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat di luar sana. Namun bagi saya, poinnya bukan tambah surah hafalan saja, melainkan inti ajaran yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut, yang saya akui masih jauh api dari panggang.
Imam shalat Subuh
Berawal dari tugas menjadi imam shalat Subuh di masjid kompleks setahun lalu, perlahan-lahan saya kembali mengulik hafalan juz 30. Demi memberikan variasi, saya pun menambah hafalan. Sangat bersyukur dan gembira tiada banding saat An-Naba hingga An-Naas akhirnya bisa dihafalkan. Duo Xi yang juga menghafal juz 30 sering mengetes saya dengan membolak-balik ayat untuk saya teruskan.
Kemudahan itu pernah saya rasakan demikian membuncah tahun 2017 saat saya mengunggah status yang dikomentari Mbak Haya. Target saya sementara ini tak muluk-muluk: ingin mempertahankan hafalan yang sudah ada sambil bergerak ke juz sebelumnya. Saya tak menarget untuk hafal Al-Quran seluruhnya, melainkan terus menghafal entah sampai kapan sebagai ikhtiar agar pikiran dan hati selalu berada dalam milieu dan dekapan ayat-ayat suci.
Kegembiraan ini tentu tak membuat saya jadi istimewa dengan menuliskannya apalagi menghentikan langkah untuk tidak berjibaku dalam lomba-lomba blog yang semakin banyak. Kendali kalah lagi dan lagi bahkan setelah menerapkan Tips Menang Lomba Blog yang saya rumuskan sendiri, saya tetap akan berlomba sebagai ikhtiar mencari rezeki.
In the meantime, biarlah saya menikmati hal menyenangkan pada awal tahun 2020 ini. Selamat bergembira!
Saya salut dengan Mas yang selalu mengasah kemampuannya dengan mengikuti berbagai lomba dengan berbagai keberhasilannya yang dicapai disana.
Saya pribadi tetap saja ngeblog just for fun, nulis apapun sesuka dan sekemampuan dan berteman dengan blogger lain melalui BW dan berkomentar. Seperti dengan Mas antaranya.
Tahun 2020 semoga sesuatunya lebih baik ya Mas.
Salam dari saya di Sukabumi,
LikeLike
Alhamdulillah, terima kasih, Kang atas dukungan dan doanya!
LikeLike
Semangat, Mas! Ini pencapaian penting, mengingat di usia seumuran kita ini udah makin susah untuk menghafal. Aku duluuu banget pas SMP sempat punya keinginan hafal Surat Yasin, pemicunya karena waktu itu tiap malam Jumat ikut yasinan. Tapi, sejak dulu sampai sekarang cuma hapal beberapa ayat saja dan nggak urut. Juzz Amma juga sempat mau hafalin sejak 2005, tapi ya mandeg juga.
LikeLike
Iya, Mas. Usia tak bisa bohong. Semakin lambat dan butuh perjuangan keras. Sak tutuke pokoknya, enggak ngoyo, hehe.
LikeLike