“Aku kalah ya, Yah?!” Begitulah pertanyaan Rumi si sulung yang diucapkan berulang seolah dia merasa tak berharga karena belum menang dalam sebuah lomba. Ceritanya ia mengikuti lomba menggambar doodle tentang kampanye pencegahan Covid-19 yang diadakan sebuah jaringan theme park di Jawa Timur. Lomba hanya terbuka untuk siswa SD minimal kelas 4 yang berdomisili di Provinsi Jatim.
Keganjilan demi keganjilan
Dari awal lombanya memang agak ganjil, setidaknya menurut saya dan istri. Entahlah apa kami yang belum akrab dengan lomba gambar semacam ini. Yang jelas lomba yang hanya dibuka selama seminggu bagi kami cukup berat buat anak-anak SD untuk menuntaskan karya mereka. Mulai dari menyusun konsep, mengumpulkan materi, dan menggambar hingga mewarnai tentulah butuh waktu lama. Entah bagi peserta yang sudah terlatih.
Singkat kata, Rumi bisa mengirimkan gambar karyanya sebelum tenggat. Namun sayang, mendekati tenggat penyelenggara mengumumkan perpanjangan waktu karena ada permintaan dari orangtua yang berdalih anak mereka sibuk mengerjakan tugas atau ujian sekolah. Rasanya alasan yang berlebihan karena penyelenggara terpengaruh oleh calon peserta.
Bagaimana kalau setelah perpanjangan pertama ternyata ada permintaan baru dari kelompok lain lagi dengan alasan beragam pula? Bisa runyam kalau semua dituruti. Namun penundaan tenggat ini bukan satu-satunya keganjilan yang saya temukan.
Eliminasi juara favorit
Yang lebih sulit diterima adalah dihilangkannya belasan juara favorit saat pengumuman pemenang. Dalam flyer panitia semula menjanjikan akan diambil 26 juara: 3 pemenang utama, 3 pemenang harapan, dan 20 juara favorit. Sayang sekali, juara favorit hanya diambil 5 orang dan meniadakan 15 lainnya. Kalau kriteria favorit itu jelas, tentu bisa dinalar.
Panitia di akun IG hanya menyampaikan bahwa peserta lain tidak sesuai untuk menjadi juara favorit tanpa mengelaborasi jawaban itu. Sebuah akun yang mempertanyakan hal itu pun menerima begitu saja, dan pemenang tetap diambil sebanyak 11 orang: 3 utama, 3 harapan, dan 5 favorit.
Panitia menuturkan ada 28 peserta yang mendaftar. Bagi saya orangtua yang melihat perjuangan anak sempat berpikir, “Kenapa tidak diambil 26 pemenang sesuai janji awal? Toh anggaran sudah disiapkan sesuai jumlah pemenang.” Begitu saya berujar kepada Bunda Xi. Entahlah kalau memang karakter gambar doodle 17 peserta lain tidak seragam seperti harapan panitia. Ya itu sah-sah saja. Namun apa salahnya jika menghargai jerih payah anak. Gumam saya begitu.
Uang dari Jepang: Rezeki melebihi ekspektasi
Anak-anak seperti Rumi cenderung berpikir ekstrem; pikirannya masih dikotomis dan hitam putih. Kalau enggak menang, berarti kalah. Kalau kalah, berarti jelek. Kalau jelek, berarti enggak berbakat. Dan begitu seterusnya yang bisa berimplikasi negatif jika tidak ditangkal dengan apresiasi positif. Kalah lomba kemarin tidak masalah karena pemenang bagus-bagus. Yang mengganjal hanyalah penghapusan 15 juara favorit tanpa alasan yang jelas.
Saya kemudian mengunggah karya doodle-nya di Twitter dan Facebook untuk menunjukkan padanya bahwa orang lain di luar juri bisa memberikan apresiasi yang positif. Dan terbuktilah keyakinan itu. Banyak komen dan respons membangun yang ditujukan pada karya Rumi, termasuk seorang dokter di Twitter.

Yang paling membahagiakan tentu saja ketika seorang teman yang berdomisili di Jepang menyatakan minatnya untuk membeli gambar tersebut lewat komentar di status Facebook saya. Singkat kata kami bercakap lewat jalur pribadi dan dia betul-betul ingin membayar gambar itu dan ingin agar Rumi menghargainya.
Kami tentu saja kesulitan karena belum pernah berjualan gambar sebelumnya. Akhirnya saya kirimkan banner lomba sehingga teman dosen di Waseda University ini menaksir harga sendiri dengan angka yang pantas. Sungguh di luar dugaan dia kemudian meminta nomor rekening dan mentransfer uang melebihi nominal yang mestinya diterima juara favorit. Ya dari awal Rumi memang mengincar juara favorit saja karena ini lomba doodle pertama yang ia ikuti.
Bukan hanya uang yang cukup besar, tapi dia juga berjanji akan mencarikan alat gambar/mewarnai buat Rumi yang akan dikirimkan langsung dari Jepang. Sudah lama dia menginginkan alat warna yang lebih mumpuni selain pensil warna dan oil pastels atau krayon.
Batas tipis sukses dan gagal
Jadi ya begitulah, BBC Mania. Uang diterima Rumi dengan cepat, bahkan para pemenang pun saya yakin belum menerima hadiah mereka sebab hadiah biasanya cair dalam waktu dua pekan—itu paling cepat. Rumi mendapat hadiah tambahn yang nilainya melampaui ekspektasi.
Selain hadiah uang dan barang, Rumi belajar satu hal penting dari “kekalahan” kemarin. “Berarti cuma nyoba aja ya Yah, jadi bisa menang?!” ujar Rumi mencari afirmasi. Beberapa waktu sebelum tenggat, ia sempat tak bersemangat dan tak berniat menuntaskan doodle untuk lomba.

“Betul, Mas. Coba kalau waktu itu kami menyerah, ya enggak mungkin dapat peluang begini. Dengan ikut lomba setidaknya kamu punya kesempatan untuk menang walaupun akhirnya kalah. Tapi tetap kan ada peluang untuk menang dibanding misalnya ga ikut sama sekali?” kata saya menimpali.
Batas kesuksesan dan kegagalan seringkali sangat tipis, yaitu kesanggupan untuk mencoba. Banyak teman yang mengiri saya menang lomba blog ini dan itu tapi tidak tergerak untuk melakukan hal yang sama, yakni menulis dan mengirimkannya kepada penyelenggara.
Berani mencoba, berani beraksi, itulah kuncinya. Soal hasil? Bukankah kita tak punya kendali. Yang jelas hasil tak akan mengkhianati usaha, yakinilah. Walaupun hasil bagus tak harus berupa kemenangan dalam lomba yang kita ikuti. Sama seperti kasus Rumi di atas.
Kalah lomba, BBC Mania? Tak apa. Sangat banyak Manfaat Ikut Lomba Blog Setidaknya Anda sudah mencoba, sudah menulis, sudah berhasil menaklukkan kemalasan. Setidaknya bisa tambah tulisan di blog kalau itu lomba blog. Setidaknya kita tambah ilmu dan wawasan baru saat menuliskannya.
kalah lomba jelas bukan akhir segalanya. Masih banyak peluang rezeki berupa apa saja di luar ekspektasi kita. Selamat berakhir pekan.
Pelajaran yg bisa kita ambil yaitu jangan pernah menyerah dan berhenti mencoba. Perlu banget buat saya, karena belakanhan ini ikut lomba blog tapi blm pernah menang
😁😁
LikeLike
Betul, Mas Daniel. Walaupun peluangnya tipis, sebaiknya tetap diperjuangkan apalagi kalau sudah setengah jalan. Siapa tahu kita menang atau malah dapat rezeki dari arah lain kayak Rumi, hehe. 😀
LikeLike
Kisah Dek Rumi ini sangat menginspirasi. Kadang kita lupa bahwa kalah menang yg terpenting adalah prosesnya. Ada banyak ilmu didapat dari sebuah proses dan pastinya berpahala juga ya..
LikeLike
Proses memang bagian penting dari pembelajaran, Kak. Terima kasih ya sudah mampir dan semoga bermanfaat postingan ini. Semangat!
LikeLike
Keren ih mas Rumi bisa bikin doodle sebagus itu. Menanamkan ke anak bahwa kalah itu bukan akhir segalanya memang penting ya. Sedih lo kalau ada orangtua yang mendorong anaknya ikut lomba, tapi tidak dipersiapkan untuk kalah. Bahkan ada yang sudah nyiapin piala sendiri kalau misalnya nggak menang. Buat saya itu tidak mendidik. Lebih bagus seperti mas Rudi begini, anaknya dipahamkan bahwa kalah bukan berarti tidak bagus, masih banyak orang yang menilai baik. Terus belajar menggambar ya mas Rumi, pasti kelak tambah kece doodle-nya.
LikeLiked by 1 person
Dia memang senang sekali menggambar, Mbak. Tiap hari menghabiskan kertas, baik kertas buku tulis maupun kertas osong HVs. Ya kita sebagai orangtua cuma bisa mendorong dan memberi pengertian tentang manfaat dan hakikat lomba. Minimal menjadi sarana latihan dan menambah portofolionya pas lomba–kalah atau menang ada manfaatnya.
Iya, Mbak. Sekaligus menyemangati diri saya sendiri pas kalah lomba blog, bahwa kalah ya belum rezeki, mesti ada masanya nanti menang pas ketemu juri yang tepat. Terima kasih atas doa dan dukungannya ya.
LikeLike
Bahkan saat kalah pun banyak pelajaran yang bisa kita petik ya kak. Setuju banget, “Berani mencoba, berani beraksi” yang penting ini dulu. Kalah menang urusan nanti.
LikeLike
Iya, Kak Muti. Jangan menyerah sebelum mencoba. Peluang besar terbuka di depan mata kalau kita sudah mencoba. Akan terbuka pintu lain walau mungkin bukan dari kemenangan lomba. Jia you!
LikeLike
Masya Allah. aya ikut terharu mendengar cerita Rumi ini, Mas Rudi. Allah memberikan sesuatu yang lebih besar.
Dan saya pun belajar banyak dari sebuah lomba, Mas. Karena lomba itu kan penilaian subyektif atau relatif. bagus tidaknya, tergantung dari penilaian setiap orang. dan setiap orang kan penilaiannya berbeda.
Makanya saat ikut lomba, saya pun menerapkan hal itu, saat menang, syukur karena sesuai selera juri, kalau kalah belum rezeki, dan bukan berarti karya saya jelek. Insya Allah ada rezeki lain. Seperti cerita Rumi.
Semangat terus Rumi.
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, Mas. Rumi dapat rezeki dari arah lainnya. Yang penting dia berani mencoba apa pun hasilnya. Betul kata Mas Bambang, menang ya disyukuri pas ketemu juri yang tepat. Pas kalah ya ga masalah mungkin belum berjodoh ketemu juri yang pas. Yang penting tetap semangat ya!
LikeLike
Masha allah, rejeki memang tak disangka2 ya kak dan kebahagian ini yg bermakna. Rumi pasti bakal mengingat ini sebagai suatu yang optimis dan memiliki jalan masing2 untuk sebuah karya. Karena pasti, penilaian satu dan dengan yang lainnya berbeda 😀
LikeLiked by 1 person
Beneran tidak menyangka, Mbak. Rumi sampai speechless walaupun tentu saja senang bukan main. Gagal di lomba, eh, malah dapat hadiah lebih besar. Iya, Mbak, benar sekali. Sebuah karya suatu hari nanti akan ketemu penikmatnya sendiri, lama-lama akan diapresiasi. 😀
LikeLike
Masya Allah…. Rezeki memang nggak ke mana ya, Mas. Belakangan ini pun aku dapat pelajaran luar biasa tentang hal ini. Tentang tak mendapatkan yang diinginkan, tapi mendapatkan ganti yang lebih dari yang diinginkan.
Salam buat Rumi, Mas. Insya Allah makin sukses.
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, Mbak Eno. Saya sendiri belajar dari kisah Rumi untuk menyemangati pas kalah lomba. Memang betul, banyak yang kita dapatkan sebab kita memang membutuhkannya. Kita sedih karena fokus pada apa yang kita inginkan, padahal belum tentu baik kan. Ya manusiawi, tapi setidaknya pelan-pelan kita belajar legawa dan ikhlas.
LikeLike
Masya Allah, rejeki memang tak disangka sangka ya.
Terima kasih sudah mengingatkan ya, Mas. Hal terpenting adalah berani mencoba dulu, kalah menang di lomba itu belakangan. Berjuang menang melawan diri sendiri dulu.
Terima kasih juga Dek Rumi, sudah bikin saya semangat lagi.
LikeLiked by 1 person
Betul, Kak. Enggak pernah menyangka kalau gambar Rumi akan laku dibeli orang. Awalnya kan cuma mau ngincar juara favorit aja, pas kalah ya udah rela mau gimana lagi. Eh, ada rezeki tak terduga deh, alhamdulillaah….
LikeLike
Memang benar, paling penting itu menyiapkan mental buat menang dan kalah. Aku suka ragu ikut lomba karena takut aftereffectnya. Hehe
Dan setuju banget, soal rejeki bukan cuma di lomba, banyak pintunya
LikeLike
Betul, Mas Pring. Ada pintu lain kalau dalam lomba kita belum beruntung. Yang penting mencoba untuk bisa sampai tahap pendaftaran. Sisanya ikhlaskan, gitu kan?
LikeLike
Meski nggak berhasil meraih juara alhamdulillaah Rumi tetap dapat rejeki dari arah yang tak disangka-sangka ya dengan hasil doodlenya. Maa syaa Allaah.. btw hasil karyanya juga bagus banget lho…
LikeLike
Iya, Kak. Alhamdulillah dapat rezeki dari arah lain ya. Lumayan membesarkan hatinya. Kalah tidak apa asalkan sudah mencoba. Terima kasih sudah mampir ya. 🙂
LikeLike
itu doodlenya keren banget kenapa bisa gak menang sih? jadi penasaran pengen lihat doodle para pemenangnya? jangan-jangan yang minta perpanjangan itu malah ya yang menang? *isshh emosi jiwa, upsss
semangat terus ya Rumi, jangan putus asa tuk terus berlatih 🙂
walau juri tetapkan kalah, tapi rejeki Rumi malah datangnya dari tempat yang lain ya, Alhamdulillah 🙂
LikeLike
Para pemenang bagus-bagus sih, tapi yang jelas memang beda gaya dan pewarnaan. Terima kasih atas dukungannya, semangat juga 🙂
LikeLike
Kadangkala ekspektasi saat akan mengikuti sebuah kontes tujuannya tidak lain selain ajang mencoba, dan berlatih, juga bisa lah masuk kategori tertentu pada kontes tsb. Namun, jika kekalahan menghampiri juga bukan berarti patah semangat kan ya kak. Macam ikut lomba blog. huhuhuu
Mas Rumi keren banget deh. Bakat gambarnya cakep itu. dibikin vector, bisa untuk diperjual belikan nantinya di website penyedia jasa vector. Semangat terus Mas Rumi. Usahamu pasti akan menemui hasil nantinya.
Setuju dengan istilah BErani Mencoba, Berani Beraksi. TFS ya mas
LikeLike
Iya, Kak, Yang penting terus semangat dan jangan menyerah walaupun peluangnya seolah kecil. Semoga Rumi bisa konsisten dan menemukan jalan yang lebih asyik buat belajar lagi.
LikeLike
Bagus banget Doodle karya Rumi… Walaupun gak menang Alhamdulillah banget ya dapat rejeki lain yang lebih baik. Semoga pembelajaran yang didapat dari pengalaman ini bikin Rumi tambah semangat ngasah kreativitas ya…
Jadi teringatkan udah lama banget nih ga ikutan lomba blog. Iya ngaku, sering pesimis duluan padahal blm dicoba, hehe.
LikeLike
Iya, Kak. Alhamdulillah dapat hadiah lebih baik dari sumber lain. Semoga makin semangat belajar dan mengasah kemampuan. Ayo, Kak, kalau punya ide tulis saja dan siapa tahu beruntung.
LikeLike
Bener mas, apresiasi dari orang tua dalam kondisi ini emang penting banget biar Rumi nggak berpikiran negatif terus tentang “nilai-nilai dari lomba” bahwa yang kalah pasti jelek. Rezeki memang sudah ada yang mengatur yaa mas, dan setiap karya pasti punya tempatnya. Terima kasih ceritanya mas 🙂
LikeLike
Sama-sama, Pul. Pokoke jangan lelah dan ragu untuk melakukan yang terbaik sesuai passion kita.
LikeLike
Ya Allah, usaha emang ngga bakal Mengkhianati hasil ya… Selamat ya Rumi
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, makasih ya Tante. 🙂
LikeLike
Selamat ya, sukses buat anaknya!
LikeLiked by 1 person
Terima kasih buat doanya, KakMin! 😀
LikeLike