Tahun 2022 sungguh jadi tahun yang menggembirakan. Mungkin ekonomi masih lesu, bahkan resesi diprediksi bakal mengguncang dunia. Namun kabar baiknya, sektor pendidikan kembali bergeliat normal. Jika semula anak-anak terpaksa belajar secara daring, kini mereka bisa belajar di kelas sambil bercengkerama dengan sahabat dan guru tercinta. Fenomena ini langsung membetot memori saya tentang Kelas Inspirasi yang saya ikuti sepanjang tahun 2019 silam.
Kesempatan menyambangi anak-anak sekolah dasar di daerah yang berbeda di empat kabupaten (Lamongan, Ponorogo, Pemalang, dan Madiun) itu memang jadi pengalaman unik yang tak mungkin terlupakan. Alih-alih menginspirasi mereka, saya justru merasa mendapatkan inspirasi dari adik-adik yang polos tapi selalu bergembira menyambut para relawan dari berbagai kota.
Selalu ingin tahu
Satu hal yang saya catat adalah keingintahuan anak-anak yang luar biasa tinggi. Begitu kami melangkahkan kami di kelas, mereka spontan kegirangan dengan mata berbinar karena penasaran apa yang akan kami sampaikan. Alat peraga atau hadiah apa pun yang kami siapkan selalu mereka sambut dengan suka cita. Tak bisa dimungkiri, kami merasa berharga sekaligus bangga.
Setiap aktivitas dan interaksi di kelas seketika mengingatkan salah satu kutipan kondang Albert Einstein ilmuwan genius itu, “I have no special talent. I’m only passionately curious.” Dalam kutipan lain, ia konon pernah pula mengatakan, “Curiosity is more important than language.”
Menurut sejumlah kajian yang dimuat di majalah Greater Good terbitan University of California, Berkeley, orang-orang yang punya keingintahuan yang besar ternyata mampu membangun hubungan baik dengan orang lain. Mereka bisa menciptakan teamwork yang solid dan memikat orang lain untuk ikut bekerja sama—berkat rasa ingin tahu.
Sebagaimana kita tahu, Einstein dikenal sebagai salah satu genius kaliber dunia yang bahkan hingga kini mungkin belum ada yang menandingi. Secara umum, kesuksesan harus dimulai dengan sifat ingin tahu atau penasaran. Bukan kepo pada masalah orang ya, tapi menemukan why atau alasan sesuatu.
Dalam buku berjudul Dark Horse: Achieving Success Through the Pursuit of Fulfillment, Todd Rose mengingatkan agar guru membantu siswa untuk menemukan hal apa yang ‘klik’ dengan diri mereka. Ini bisa dipraktikkan untuk konteks yang luas. Misalnya, coba tanya siswa mengapa mereka menyukai mata pelajaran atau kegiatan tertentu. Katakanlah seorang murd menyukai sepak bol. Setelah diperdalam dengan why, anak itu akhirnya menyadari bahwa ia suka sepak bola karena aspek teamwork, bisa bermain di luar, atau sisi kompetisi. Nah, hal-hal ini bisa diaplikasikan untuk bidang lain yang bisa ditekuni sebagai jalan kesuksesan.
5 skill wajib
Untuk bisa mencapai kesuksesan di era serbacepat saat ini, apalagi teknologi mengalami kemajuan sangat pesat, setidaknya ada lima skill yang anak mesti kuasai dan miliki sebagai bekal menemani perjalanan selepas sekolah.
1 | Komunikasi
Keterampilan utama yang wajib dikuasai adalah berkomunikasi. Ide atau gagasan sehebat apa pun akan sia-sia jika tidak bisa dikomunikasikan dengan jelas. Siswa harus diajarkan untuk bisa mengelaborasi gagasan dengan kalimat lugas dan meyakinkan.
2 | Kreativitas
Ide yang dimiliki bukan hanya harus bisa disampaikan secara elaboratif dan persuasif, tetapi juga mengandung kreativitas untuk memperbaiki temuan-temuan sebelumnya.
Ekosistem berkreasi harus diciptakan di sekolah agar para siswa punya dorongan untuk menghasilkan sesuatu secara leluasa di bawah bimbingan guru.
3 | Pemikiran kritis
Di tengah maraknya hoaks dan kabar miring dalam bentuk foto atau video di medsos, siswa harus melatih critical thinking sejak dini. Guru bisa mengajak mereka berdiskusi dalam menanggapi berbagai isu terkini, terutama yang menyangkut dunia anak muda dan remaja.
4 | Kolaborasi
Keterampilan lain yang tak boleh dilewatkan adalah kolaborasi. Di era Industri 4.0 sinergi dan kolaborasi adalah kunci, tidak semata-mata berkompetisi. Kolaborasi akan meringankan tugas berat dan mempermudah terselesaikannya tugas itu dengan cepat karena melibatkan banyak orang dengan berbagai kemampuan.

5 | Networking
Kemampuan yang unggul tak akan bermanfaat jika tak ada peluang yang kita manfaatkan. Nah peluang tidak hanya ditunggu tetapi didekati atau bahkan diciptakan. Caranya dengan membangun jaringan atau network.
Networking akan membantu orang menemukan karya dan kompetensi kita. Peluang bisa menghampiri kita dengan adanya jaringan yang luas. Luasnya pergaulan akan menjadi pemasaran gratis agar orang mengenali bakat atau kecakapan kita.
Kontribusi JNE untuk pendidikan
Kolaborasi dan networking memegang peran penting untuk memuluskan kesuksesan kita. Berkolaborasi berarti mau menerima masukan untuk pengembangan diri. Itulah yang coba diupayakan oleh JNE Medan dengan menghelat program bertajuk “JNE Goes to School” sebagai bagian dari CSR.
Kegiatan yang sudah dimulai sejak lima tahun lalu ini bukan cuma berlangsung di Kota Medan, tetapi juga berbagai kota/kabupaten di Sumatra Utara, salah satunya di Pesantren Darularafah Raya.

“Saya mewakili Pesantren Darularafah Raya, mengucapkan banyak terimakasih kepada JNE Medan. Semoga ada kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya yang dapat kita adakan bersama. Santri-santri kami begitu bersemangat mengikuti kegiatan ini, semoga apa yang disampaikan oleh pemateri dari JNE dapat memotivasi mereka untuk lebih giat lagi belajar dan mengembangkan diri”, ujar Misdan selaku musyrif pesantren saat membuka acara.
Siswa-siswi terlihat semangat mengikuti program ini sebab mereka mendapatkan motivasi dari para praktisi secara langsung. Fikri Alhaq Fachryana selaku Kepala Cabang JNE Medan, misalnya, mendorong para siswa kelas 3 untuk merancang target dalam hidup berbekal visi dan misi yang jelas. Visi dan misi ini akan menjadi panduan rute dan value yang menjadi pegangan dalam meniti kesuksesan.
Pembicara lainnya, Muhammad Arif Taufik yang merupakan Human Capital JNE Medan, menegaskan pentingnya siswa merasa bahagia. Kebahagiaan itu bisa diwujudkan bukan hanya berkat adanya kecerdasan intelektual (IQ), tetapi harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosi (EQ).
Dua aspek terakhir ini memang sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini. Kecerdasan kognitif memang penting, tapi tak akan berdampak positif jika tak dibekali dengan kesantunan sikap dan keluhuran perilaku.
Ada sebuah adagium populer yang kerap berseliweran di media sosial belakangan ini, yang berbunyi:
Hire for attitude, train for aptitude.
Kalimat singkat ini menyiratkan bahwa attitude (sikap) sama pentingnya atau malah lebih penting dibanding aptitude (kemampuan). Ini selaras dengan program CSR JNE di Medan dan kota/kabupaten lain di Sumatra Utara.
Ini terlihat dari sejumlah kegiatan CSR yang ditawarkan oleh JNE Medan. Selain program Rumah Tahfidz JNE-DT Peduli Sumut, ada program 12 Sanggar Genius JNE – Yatim Mandiri yang diperuntukkan bagi siswa yatim dan dhuafa. Lalu ada program Pelatihan Design Grafis JNE – IZI Sumut, Program Tanggap Bencana Tagana JNE Medan, dan yang paling menarik Program Sekolah Bisnis UMKM. Program JNE Goes to School dan Campus melengkapi komitmen JNE untuk terus berkontribusi pada dunia pendidikan.

“Sesuai dengan tagline Connecting Happiness yang berarti mengantarkan kebahagiaan, yang memiliki arti dan makna yang luas bukan hanya tentang pengiriman paket saja, namun JNE dalam berbagai aspek di setiap kehidupan masyarakat.” Harapan yang disampaikan Fikri Alhaq ini semoga terwujud, yakni berbagai kegiatan CSR oleh JNE dapat memberikan manfaat dan keberkahan bagi masyarakat luas, baik pelanggan maupun sektor pendidikan.
Kesuksesan anak didik nanti harus dimulai sejak sekarang. Dimulai dari semangat belajar dan menekuni hal baru dengan rasa ingin tahu yang besar. Kecerdasan intelektual akan mengantarkan mereka ke titik sukses jika dibarengi dengan kecerdasan emosional dan spiritual yang terus dilatih agar menjadi bagian dalam diri.