Kerja Lagi Usia 40-an, Hint Bikin Pede Cari Cuan

hint of you parfum terbaik

Sejak sebulan lalu, saya menjalani peran baru. Saya sebut baru sebab lama tidak menggelutinya padahal dulu sempat saya tekuni sekitar tahun 2005 menjelang lulus kuliah. Jadi pengajar, itulah kesibukan saya belakangan ini. Teringat pada kurun itu ketika saya bekerja lumayan keras. Benar-benar menantang tapi sangat mengesankan.

Kerja di Tiga Tempat

Kisahnya menarik sebab sejak menyusun skripsi, saya bekerja di tiga tempat sekaligus. Aktivitas harian saya mulai dari pukul 8 sampai jam 2 siang dengan bekerja sebagai penerjemah lepas di sebuah yayasan sosial. Meskipun sosial, saya tetap dibayar walau tak banyak. Sangat bermanfaat untuk membangun portofolio dan perbaikan ekonomi.

Selesai dari kantor itu, saya pulang untuk mandi dan beres-beres. Setelah itu, saya merapat ke sebuah tempat kursus bahasa Inggris yang lokasinya tak jauh dari tempat kos. Jadi tak selalu bermotor karena jaraknya hanya sekitar 1-2 km. Kalau sedang ingin jalan, saya melenggang tanpa motor.

Malam harinya saya meluncur ke rumah siswa untuk memberikan les privat. Les privat ini dikelola sebuah lembaga les yang khusus mengirimkan guru ke rumah siswa sesuai kebutuhan. Boleh jadi ini sebentuk kemudahan dan benefit yang ditawarkan sebagai nilai tambah les.

Tantangan Kerja Usia 40-an

Tak disangka, memori masa lalu kini saya ulang kembali. Demi meraup cuan, saya mesti kembali ke kelas untuk mengajar bahasa Inggris. Sebenarnya selama 15 tahun terakhir saya juga bekerja, yaitu sebagai bloger dan penerjemah lepas. Sayangnya, pascapandemi ekonomi tidak bisa pulih seperti sedia kala. Cari duit semakin sulit, orang pun kerja apa saja demi memetik rezeki—tak terkecuali saya.

Saya bersyukur masih dipercaya untuk kembali mengajar di usia kepala empat. Jadi, sekarang saya melakoni tiga tugas sekaligus: (1) menjadi editor dan bloger; (2) menjadi pengajar TOEFL di sebuah tempat kursus; dan (3) mengajar Literasi Bahasa Inggris untuk anak-anak yang akan mengikuti tes masuk PTN tahun depan.

1 | Kondisi fisik & konsentrasi

Sejak Agustus saya harus juggling, membagi waktu antara menyunting buku, update konten untuk 3 (tiga) blog, dan mengajar bahasa Inggris di dua tempat berbeda. Namun yang jelas terasa, dan tidak bisa dimungkiri, adalah fisik yang telah berkurang power-nya—jauh berbeda dibanding masih usia 20-an pascakuliah dulu.

Tantangan inilah yang saya hadapi. Selain fisik yang mudah lelah, konsentrasi dan fokus pun jadi kendala tersendiri. Lama tak mengajar, saya pun mesti mulai belajar lagi materi bahasa Inggris, apalagi yang saya hadapi sekarang adalah kelas advanced, yakni TOEFL dan persiapan masuk PTN.

Jogging untuk jaga kebugaran badan dan kecemerlangan pikiran (Dok. pri)

Soal-soal tes SNBTN ternyata cukup rumit dan bahkan terlalu berat bagi anak SMA—demikian pendapat jujur saya. Bahkan seorang teman yang merupakan dosen mata kuliah bahasa Inggris pernah saya kirimi beberapa contoh soal SNBTN, dan ia segera menyerah dengan kompleksitas bacaan dan pertanyaannya. Migrain langsung menyerang katanya.

Biar fisik bugar dan pikiran segar, saya makin merutinkan jogging di jalan baru yang tak jauh dari pasar induk Lamongan. Selagi ada waktu, setiap pagi selepas mengantarkan si bungsu ke sekolah, saya meluncur ke sana untuk jalan atau berlari. Ditambah jaga pola makan dan membaca buku kesukaan untuk mengendalikan stres.

2 | Manajemen waktu & stres

Karena selama ini menekuni pekerjaan sebagai bloger, penerjemah, dan editor yang semuanya dikerjakan secara remote di rumah, untuk sesaat saya mengalami gegar budaya. Ya betapa tidak, biasanya saya bebas ngapain saja setiap hari; apalagi kalau tak ada job, maka tugas harian cuma update blog yang bisa dilakukan sore atau malam tanpa ada tuntutan.

Namun sekarang, saya mulai terikat jadwal, lebih tepatnya siang sampai malam hari. Dari sini saya segera melakukan penyesuaian. Apalagi awal Agustus saya mendapat job editing buku yang cukup tebal, nyaris 800 halaman yang tentu menyita pikiran untuk dituntaskan. Selain itu juga ada dua liputan di Surabaya dan satu acara bimtek Inkubator Literasi Pustaka Nasional di Disperpusip Jatim.

Akhirnya saya akali dengan menyusun agenda harian berupa daily planner. Selepas Subuh langsung buka laptop untuk update blog. Setelah jogging, saya menyantap sarapan yang dilanjutkan dengan mengedit buku hingga jam 11 pagi.

Barulah setelah itu saya buka materi TOEFL dan soal-soal SNBTN yang akan dijarkan untuk anak-anak siang dan sore harinya. Sebelum mengajar, saya wajib membaca dan mempelajari materi, terutama untuk menemukan penjelasan yang paling mudah bagi peserta didik di kelas nantinya. Atau kadang menambah variasi soal untuk memperkaya wawasan anak.

Black Rainbow, buku unik tentang terapi mental dengan puisi (Dok. pribadi)

Selepas magrib saya pulang dan beristirahat sejenak. Setelah Isya, saya kembali membuka laptop untuk melanjutkan editing sampai sekitar jam 9 atau 10 malam, tergantung kekuatan. Sebelum tidur membaca buku favorit, salah satunya Black Rainbow karya Rachel Kelly wartawan harian The Times London yang mengalami depresi dan berhasil mengatasinya berkat puisi. Kadang kalau saya jenuh, sesekali diselingi scrolling medsos terutama TikTok.

3 | Enggak Pede

Problem ketiga yang tak kalah genting adalah kepercayaan diri yang sudah tak seperti dulu lagi. Berbeda dengan masa muda yang semangatnya berapi-api, saya kini memasuki usia paruh baya dengan pikiran yang mulai lemot dan fisik yang perlahan memble.

Apalagi yang saya hadapi di kelas adalah anak-anak yang usianya separuh dari umur saya saat ini. Rata-rata anak kelas 3 SMA dan ada pula yang baru lulus kuliah. Saya akui menghadapi murid zaman now punya tantangan tersendiri dibanding anak-anak yang saya ajar sekitar 20 tahun lalu.

Pertama, mereka sangat akrab dengan gawai sehingga tidak mudah mempertahankan konsentrasi agar terus fokus pada pelajaran. Karena di les privat maupun kursusan memang diperbolehkan membawa smartphone, tak seketat di sekolah formal.

Masalah ini bisa saya atasi dengan tugas-tugas bersifat digital, misalnya mengakses materi lewat Google Docs atau video Youtube lalu kami bahas bersama sehingga waktu main hape otomatis berkurang selama belajar.

Kendala kedua adalah sulitnya menancapkan otoritas terhadap anak-anak. Bisa dimaklumi, informasi terbuka luas di era serbadigital sehingga mereka tak bisa begitu saja didikte apalagi disuruh patuh ala zaman baheula. Guru memang tetap dihormati, tapi barangkali tak sesolid di masa lampau.

Saya pribadi tak gila hormat jadi anak-anak saya bebaskan berbicara atau mengungkapkan pendapat selama masih dalam batas tata krama. Tidak juga menghina atau merendahkan teman-teman di kelas. Cara yang terbukti ampuh adalah masuk di dunia mereka, yaitu dunia games dan aplikasi.

Sesekali mengobrol tentang drakor atau games yang mereka mainkan, itu ternyata bermanfaat. Mereka merasa diapresiasi dan dianggap berharga lantaran hobinya didengarkan atau sekadar ditanya-tanya. Hubungan guru dan murid memang tak bisa sekaku dulu, saya lebih banyak menjadi fasilitator dan mereka sebagai pembelajar yang saling melengkapi—tidak semata-mata guru mendikte apalagi mengintimadasi.

Hint Mintea bikin pede tampil di depan untuk berburu cuan. (Dok. pri)

Hal ketiga yang berkaitan dengan rasa percaya diri adalah penampilan fisik. Kondisi rambut menipis alias botak di kepala tak bisa dimungkiri bikin saya tak nyaman. Dilihat orang karena area yang berkilau di atas kepala sungguh membuat saya salah tingkah.

Lebih-lebih sekarang adalah era skincare dan facial entah ada berapa macamnya. Tua muda, pria wanita, semua pakai produk perawatan kulit, tinggal sesuaikan kebutuhan dan biaya. Jangan salah, anak-anak SMA pun kini semakin perhatian dengan penampilan fisik mereka. Selain modis, juga piawai merawat wajah.

Saya sendiri jujur tak punya produk andalan untuk menjamin kinclongnya muka. Hanya ada satu power serum, pemberian sebuah brand, yang sering lupa saya pakai. Namun, demi cuan saya tak mungkin surut langkah ke belakang. Karena selain kemampuan berbahasa Inggris dan ketulusan hati mengajar, saya punya jurus lain yang alhamdulillah menolong banget. Inilah senjata pembangkit agar saya pede lagi!

Ketemu Hint, Parfum Sejati Pembangit Kepercayaan Diri

Semua berawal dari sebuah event di Surabaya awal Juli silam. Dalam talk show bertajuk Coffee Talk di Hotel Double Tree Surabaya itu saya bertemu dengan sejumlah bloger Jatim, salah satunya Fani. Di akhir sesi acara yang digelar Bank Indonesia Jawa Timur tersebut, Fani dan beberapa bloger lain tengah asyik mojok di ujung lorong tempat kami sebelumnya duduk.

Ternyata mereka sibuk menyemprotkan parfum secara bergantian. Saya pun kepo dan segera merapat untuk ikut mencoba. Ternyata harum parfum HINT Silk Eau de Perfume langsung membetot perhatian saya, seketika menciptakan sensasi istimewa. Harumya lembut tapi langsung bikin adem, damai rasanya.

HINT Silk Eau de Perfume, teman beraktivitas sehari-hari

“Wah bisa buat unisex nih!” ujarku spontan. Teman-teman cekikikan menyambut komenku yang lugu tapi benar. Selidik punya selidik, parfum Hint SILK ini rupanya telah diinfus dengan AttractScent TechnologyTM yang punya aroma soft-floral sehingga suasana santai dan perasaan peaceful pun merebak. Kalau boleh, saya pengin bawa pulang deh, hehe walaupun saat itu belum ada rencana jadi pengajar.

Tiba di rumah, saya ceritakan sepenggal fragmen tentang parfum Hint yang sangat mengesankan kepada Bunda Xi, yaitu istri saya. Dia langsung penasaran dan kami pun menjelajah toko official Hint of You di Shopee. Setelah melihat-lihat, makin bingunglah kami karena pilihannya cukup banyak dan semua tampak mewah dan menggoda.

Tea series persembahan Hint of You, pilihan tepat buat kamu!

Alasan pakai Mintea dari Hint Tea Series

Setelah berpikir sejenak, tampaknya Hint Tea Series, yaitu Mintea, lebih cocok kami boyong ke rumah setidaknya dengan enam alasan. Apa saja itu?

1 | Bisa dipakai sekeluarga

Pertama, Mintea bisa dipakai untuk kebutuhan sekeluarga karena menawarkan unisex fragrance. Begitu paket mendarat di rumah, si bungsu yang kelas 6 SD pun ikut memakai sebelum berangkat mengaji sore itu.

Kalau Bunda Xi, jangan ditanya lagi, dia yang sejak awal sangat bersemangat dengan parfum Hint karena memang stok parfum di rumah sudah menipis. Dia nyata-nyata puas dan berencana membelikan juga buat si sulung yang sedang mondok. Karena klop sekeluarga, boleh dibilang Hint adalah pemersatu segala usia untuk urusan wangi aroma.

2 | Teringat guru dari Maroko

Alasan kedua pilih Tea Series adalah karena alasan yang cukup personal. Sudah lama saya pengin mencicipi tea khas Maroko karena terlihat nikmat dan menenangkan. Dahulu saat SMA saya sempat memiliki guru bahasa Inggris dan bahasa Arab asal Maroko. Beliau seorang yang penyayang dan pembelajar sejati.

Ditambah baca buku Passport to Happiness karya Ollie yang mengisahkan pengalaman menyeruput mint tea di Marakesh, Maroko—aduh semakin tergila deh saya sama negara di Afrika yang sangat kaya budaya dan sekaligus punya kampus tertua di dunia ini.

Passport to Happiness, bikin ngiler buat traveling ke Maroko. (Dok. pri)

Biarlah, karena belum bisa terbang ke Maroko, maka meminang Mintea dari Hint Eau de Perfume sebagai parfum andalan harian adalah cara praktis untuk mengenang kebaikan beliau yang pelajarannya masih kurasakan manfaatnya hingga kini. Kedisiplinan dan kemurahan hatinya tak mungkin terlupakan, akan lestari dalam setiap semprotan parfum andalanku.

3 | Harumnya istimewa

Kami suka Mintea dari Hint terutama lantaran harumnya unik, sangat istimewa. Wajarlah karena memang diracik dengan bahan terpilih dan sangat hati-hati. Terinspirasi dari keharuman aromatik segar teh mint Maroko seperti yang saya tulis sebelumnya.

Kekhasan ini berkat kehadiran orange bitter khas Italia, minyak nilam yang menguatkan aroma parfum, dan bergamot yang efektif membantu meredakan stres—cocok buat saya yang kadang kewalahan menghadapi informasi atau kesibukan begitu padat.

Segar sepanjang hari, harum Mintea menular ke sekeliling.

Selain itu Mintea mengandung rempah-rempah khas Makassar dan sentuhan kayu cendana yang selama ini dikenal sebagai campuran minyak wangi yang bersifat menenangkan, tak heran jika kerap dipakai sebagai bahan aromaterapi.

Jadi, sebagai guru saya tak perlu malu berdiri di depan anak-anak karena wangi Mintea nan khas bakal menciptakan suasana rileks di dalam kelas. Bukan cuma rileks, kesegarannya juga menularkan spirit optimisme biar mereka kian semangat belajar sebagaimana gurunya yang juga selalu optimistis!

4 | Wangi tahan lama

Yang saya suka, Mintea yang tergabung dalam Tea Series dari Hint Eau de Perfume punya daya tahan aroma segar yang cukup lama. Saya berangkat siang dan pulang malam hari, wanginya masih terasa saat saya shalat di masjid Isya hingga tiba di rumah.

Lebih asyik lagi, wanginya jadi unik ketika bercampur dengan keringat sendiri. Menciptakan nuansa bahagia bagi orang-orang terkasih seperti pasangan di rumah dan anak-anak yang sudah akrab dengan aroma ayahnya—yang diperkuat dengan Mintea andalan. Intinya, Hint jadi semacam bahasa cinta dalam keluarga yang mengomunikasikan kehadiran masing-masing.

5 | Semprotan lancar

Alasan berikutnya pilih parfum Hint seri Mintea mungkin terbilang sepele tapi bagi saya sangat krusial. Pernah beli parfum yang berukuran cukup besar, tapi sayangnya kadang semprotan kurang lancar. Sesekali butuh tenaga agak ekstra agar parfum tersebar merata. Akhirnya waktu disemprot malah belepotan di area yang itu saja. Berabe kan?!

Kami tidak menemukan pengalaman buruk seperti itu. Mintae yaang diproduksi Hint sangat memudahkan, dipencet ringan pun parfum lantas meluncur bebas ke area yang kami inginkan. Semprotan lembut dan dengan cara begini, kami tak perlu khawatir soal pemborosan.

Diarahkan ke mana pun, Mintea keluar dengan leluasa dan menguarkan aroma segar yang bikin hati tenang. Jadi biarpun si bungsu yang pakai, kami santai saja. Toh volume yang keluar sudah didesain sedemikian rupa oleh pabrik secara efektif tanpa kecemasan akan terhempas percuma.

6 | Kemasan eksklusif

Kemasan Hint yang menawan membuat hati langsung senang

Akhirnya kemasan yang menawan menjadi daya tarik tersendiri parfum Hint, termasuk Mintea yang kami pakai. Waktu kurir datang, kami menerima satu karton alias kardus cokelat yang cukup kokoh sehingga parfum di dalam terlindungi secara aman.

Begitu dibuka, saya melihat boks putih yang sangat elegan—betul-betul memancarkan pijar simplicity tetapi dengan keanggunan yang misterius. Itulah sepintas kesan saya. Dan betul, ketika boks putih dibuka, di sana bertengger botol eksklusif dengan tutup yang memikat.

Zaman sekarang kemasan juga penting loh karena bisa bikin gengsi naik saat dibawa dalam acara keluarga, misalnya menginap bersama pada momen lebaran atau bisa juga saat gathering karyawan. Apalagi kalau wanginya sangat istimewa, pastilah kita semakin bangga.

Jangan padamkan mimpi, bangkitkan lagi dengan kedahsyatan Mintea dari Hint Eau de Perfume. (Dok. pri)

Dan jangan lupa, memberi hadiah adalah kebaikan mulia sebagaimana dianjurkan dalam hadis Nabi. So to say, kalau kesulitan mau kasih kado apa kepada sahabat atau kerabat, langsung saja checkout-in di Shopee dengan memilih parfum terbaik persembahan Hint of You Eau de Perfume.

Seperti saya yang pede buat cari cuan, meski harus bekerja kembali pada usia 40-an, nah sobat BBC pun pasti bisa mengalami hal yang sama entah untuk mendukung aktivitas apa pun. Ingat, usia pada akhirnya hanyalah bilangan angka.

Tetaplah pelihara harapan, terus belajar, dan pilih teman sejati untuk menemani kesuksesanmu. Selain keluarga tercinta, kalau saya sih pilih Mintea sebagai mitra sukses yang saya butuHint sepanjang hari di mana pun dan kapan pun. Kalau kamu mau apa? Tulis di kolom komentar yak….

10 Comments

  1. tulisannya bikin “kentang” lagi enak-enak baca, eh, habis, hehehe…

    ditunggu lanjutannya mas.

    sehat dan sukses selalu.

    Like

  2. Eh toss dong samaan parfumnya

    Aku juga pakai Mintea-nya HINT

    Strong di awal emang tapi lembut di akhir

    Like

  3. Wanginya seberkesan itu ya HINT SILK.. padahal waktu itu juga nyoba HINT Noble kan..

    Emang rezeki ibu sholehah bisa nyobain yang wanginya akuu banget. Hihi

    Aku penasaran sama yang Zencha, sepertinya menarik wangi teh campur musk

    Like

Leave a reply to Rudi G. Aswan Cancel reply