5 Jurus Vital di Era Digital

MERAUP 6-10 juta per bulan hanya dengan tinggal di rumah, siapa yang tidak mau? Jumlah segitu sudah sangat besar beberapa tahun silam, bahkan hingga saat ini. Itulah pendapatan kotor seorang fotografer lepas asal Bandung yang menjual hasil bidikannya di situs-situs penjualan foto dengan skema royalti.

Tanpa terikat jam kerja atau sistem subordinasi kepada atasan, ia bebas menentukan gaya bekerja bahkan bisa dikerjakan di mana saja. Memang betul, di era modern sekarang kita ibarat tengah hidup di sebuah desa, tetapi hampir tanpa batas. Itulah yang kerap disebut global village di mana batas-batas geografis dan kontinental sudah tak lagi berpengaruh pada cara kita menjalani hidup dan mencari uang. 

Nah, untuk meraup keuntungan di era serbadigital saat ini, sebenarnya tidak sulit asalkan tahu caranya dan mau konsiten mengerjakannya. Tinggal di mana pun, tak lagi jadi soal. Selama ada koneksi Internet cepat, tak perlu lagi pusing kita bermukim di kota besar atau pelosok kampung. Seperti saya dan keluarga yang kini memilih tinggal di daerah, kota kecil yang tidak ramai, setelah merantau satu dekade di Jawa Barat.

Produktif di mana pun

Terus terang, awalnya kami sempat gamang saat memutuskan akan pindah. Betapa tidak, di Jabotabek konon apa saja bisa diduitin. Mau kerja atau usaha, banyak sekali peluang. Tentu dengan persaingan yang ketat pula. Namun berkembangnya jaringan Internet dan teknologi digital membuat kami yakin bahwa rezeki bisa diraup di mana saja selagi kali mau berusaha. Bukankah hanya Tuhan yang mencukupi kita, bukan lantaran kondisi geografis atau administratif yang kita diami?

waktu 2

Saya telah membuktikan bahwa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, proses meraih pendapatan bisa lewat banyak jalan. Intinya, tinggal di mana saja, kita bisa tetap produktif asalkan paham caranya, mau menjalani prosesnya. Dalam post kali ini saya ingin membagikan lima cara yang cukup krusial kita terapkan di era yang segalanya sudah serbaterkoneksi secara digital. Setidak-tidaknya berdasarkan pengalaman saya pribadi.

1. Perkaya infomasi

Sudah bukan rahasia lagi kita sekarang berada di era informasi. Siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Begitu sering saya dengar. Informasi memang bergerak sangat cepat, baik produksi maupun distribusinya. Lihatlah Twitter yang arus beritanya begitu tinggi bahkan dalam hitungan detik. Semua itu mengandung muatan informasi.

Nah, kita sebagai penghuni abad di mana zaman digerakkan oleh kecanggihan sarana informasi, sudah sepatutnya menggali dan mencari informasi yang bermanfaat. Memperkaya informasi sudah menjadi kewajiban sekaligus kebutuhan. Tapi ingat untuk juga menyaring himpunan informasi yang kita dapat. Sebab data tidak valid, hoax, dan sentimen tertentu kadang mewarnai beredarnya informasi yang sangat pesat.

Dengan tetap well-informed terhadap perkembangan dunia, kita tak akan mudah tertipu dan bahkan bisa menambah ilmu pengetahuan atau skill baru lewat media dahsyat bernama Internet. Akumulasi informasi bisa menjadi bahan untuk riset pasar, sumber pembelajaran, dan perluasan jaringan.

2. Daily planning

Saya belum lama menerapkan penggunaan daily planner atau skedul harian. Saat melihat adegan film Da Vinci Code, kok kayaknya asyik juga ya. Menulis daftar kegiatan dalam sehari di atas kertas. Saya awalnya menggunakan buku telepon yang saya dapatkan sebagai hadiah sisipan dari sebuah majalan. Lumayan membantu terutama bagi saya yang pelupa.

dialy planner

Konsistensi memang persoalan sepanjang masa. Memulai sesuatu kadang jauh lebih mudah ketimbang mempertahankannya. Mengaktifkan daily planner juga begitu, tidak selalu ajeg terencana. Namun sebisa mungkin diagendakan. Kini setiap ada kertas kosong–entah berupa struk belanja atau bukti transfer dsb.–bisa langsung saya tulisi sebagai catatan agenda yang paling mendesak. Alternatif lain, biasanya menulis di dalam notebook hadiah goodiebag dari blogging event dan sebagainya.

Mencatat rencana aktivitas rupanya sangat efektif membantu terlaksananya kegiatan kita. Tanpa ditulis, tak jarang beberapa kegiatan penting malah terlewat apalagi bagi saya yang memang sudah pelupa. Trust me it works. #bukaniklan

3. Menulis

Banyak sekali contoh kesuksesan orang dalam dunia tulis-menulis. Sebut saja, Dee, Andrea Hirata, Raditya Dika, Habiburrahman, Tere Liye, dan beberapa nama lain yang diganjar pundi-pundi rupiah begitu besar berkat kepiawaian mereka mengolah kata-kata. Tapi kita tentu harus melihat proses perjuangan mereka dahulu, bukan semata saat mereka sudah sukses saat ini.

Menulis buku yang laris memang butuh waktu dan kesabaran. Nah, bila ingin lebih instan. Cobalah menulis di blog. Dalam konteks waktu, dunia blogging relatif lebih cepat dan tak butuh pamor yang berlebihan. Rahasianya: segera menulis dan bacalah kiat-kiat dari para master yang sudah teruji. Dalam 1-2 tahun pun kita bisa mumpuni sebagai bloger asalkan belajar tekun.

Ikut lomba adalah jalur tercepat. Dalam perlombaan, senioritas tidak berlaku. Hadiah akan menyasar siapa saja yang serius menggarap tema dan menyajikannya secara kreatif. Dan semua itu bisa dipelajari. Mas Amir Machmud, misalnya, kini memilih menjadi bloger penuh waktu dan mengandalkan pendapatan dari blogging sepenuhnya.

Rp50 juta per bulan

Contoh lain, Stephen Langitan, si bloger pengulas otomotif yang cukup kondang. Hobi membedah produk mobil dimulainya sejak tahun 2008. Kini blognya menjadi rujukan para pencinta otomotif di Indonesia. Selain ramai pengunjung, blognya mampu mengundang Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) untuk mengulas produk terbaru mereka. “Saat ini pemasukan saya dari menulis artikel di blog sampai Rp50 juta per bulan,” ujar Stephen tahun 2013 silam.

Selain mengalirkan rezeki, menulis juga bisa sebagai terapi loh. Ide-ide yang dituangkan menjadi tulisan, emosi-emosi yang diungkapkan dalam kata-kata, bisa meredakan stres. Dan yang lebih penting lagi, berbagi pengalaman lewat tulisan berbuah pahala kan kalau isinya bermanfaat?

Selain blog dan buku, kita bisa juga mencoba peruntungan di media massa cetak seperti koran dan tabloid. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan. Asah terus dengan belajar dan belajar. Bahkan media online pun sekarang menawarkan honor pemuatan. Asyik kan menulis?

4.  Bisnis online

Belakangan ini tak sedikit publik figur seperti artis ramai-ramai membuka bisnis makanan di beberapa kota besar. Bisnis makanan rupanya masih punya potensi menggiurkan untuk dilirik. Wajar, orang kan tiap hari butuh makan–apalagi mengemil. Tapi bukan artis saja kok yang punya hak untuk berbisnis. Orang nonartis seperti kita juga punya potensi untuk sukses.

Nah, bisnis online bisa jadi pilihan. Pertama, biayanya relatif murah karena kita tak perlu menyewa ruko atau membuka toko secara fisik. Uang sewa bisa kita salurkan untuk memperbanyak stok produk. Kini tak harus punya website sendiri, sebab banyak marketplace yang menawarkan skema kerja sama sesuai kesepakatan. Carilah yang cocok.

Bahkan tak cuma berupa barang loh. Jasa pun laku kita jual. Seperti yang dilakukan fotografer Bandung yang saya sebut di awal. Pada dasarnya dia menjual jasa pemotretan karena fotonya bisa dipakai berkali-kali dan bernilai dolar. Dia hanya mengeluarkan dana dan tenaga. Jadi tak harus produk. Produk pun tak harus bikin sendiri, bisa kita ambil dari teman atau pembuatnya langsung.

Jasa menulis, menerjemahkan, mendesain, konsultasi juga bisa masuk dalam kategori bisnis karena melibatkan penyediaan sesuatu (dalam hal ini jasa) dan ada pemakai jasa sebagai pembelinya. Jadi sudah saatnya memberdayakan potensi kita di era digital sekarang. Saya jadi teringat ilustrator Indonesia yang semula ditolak oleh penerbit lokal ternyata malah diterima di luar negeri dengan bayaran 50 juta lebih per bulan.

5. Partsipasi dalam komunitas

Sebagai makhluk sosial, kita jelas butuh orang lain. Jual beli aja kita butuh pihak lain kan? Meski punya uang, kita butuh penjual yang menawarkan barang atau jasa untuk kita pakai. Nah, begitu juga kehidupan di era digital. Meski tak harus bertatap muka, keterlibatan dalam komunitas sangatah vital. Kita bebas memilih komunitas apa yang akan kita geluti. Sesuaikan dengan preferensi dan target kita agar optimal hasilnya.

Saya yang sekarang ikut di sebuah komunitas bloger, plus komunitas sosial dunia nyata, sangat menikmati bergabung di dalamnya. Selain bertambah ilmu atau keterampilan, komunitas menawarkan jaringan pertemanan. Nah, luasnya pergaulan seperti itu bisa menjadi saluran (walau bukan niat) bisnis yang kita kelola di poin keempat.

Tapi ingat, dalam komunitas kita tidak meniatkan untuk menjadikannya sebagai target pasar yang akan menjadi konsumen kita. Usahakan untuk ikut memberi kontribusi sesuai kompetensi kita. Anggota dalam komunitas nilainya setara, saling mendukung dan belajar bersama. Bersama-sama membangun komunitas agar anggotanya kuat dan berdaya–syukur-syukur bisa mandiri.

Sarana pengungkit

Kabar baiknya, lima cara di atas bisa kita kerjakan secara remote alias dari jarak jauh melalui Internet. Namun langkah-langkah vital tersebut hanya bisa berdampak ampuh jika kita bisa memilih perangkat digital yang memudahkan pekerjaan kita. Selain Internet, benda wajib yang harus kita miliki adalah ponsel pintar atau smartphone. Kalau mau ideal lagi sih bisa ditunjang dengan laptop atau komputer–tetapi sifatnya bisa opsional.

Berbagai aplikasi olah foto sekarang bisa dengan mudah kita lakukan di smartphone. Apalagi kalau sekadar browsing mencari informasi, memotret objek, komunikasi via WA dan bermain di media sosial–semua bisa kita akses lewat ponsel tanpa hambatan. Syaratnya adalah memilih perangkat yang tepat, misalnya besutan Samsung yakni J1 Ace. Tak perlu ditegaskan lagi, Samsung termasuk pemimpin di jagat teknologi ponsel pintar.

id-feature-galaxy-j1-ace-j110-sm-j110gzwdxid-55538803

Selain desainnya unik khas Samsung, harga Samsung j1 ace sangat terjangkau. Dengan 1,2 juta kita sudah bisa menikmati layar bening selebar 4.3″ dengan Andorid KitKat yang responsif. Soal kinerja ponsel, tak perlu waswas. Dengan dibenamkannya otak Quad-core berkekuatan 1,5 GHz, rasanya buka banyak aplikasi bakal lancar tanpa kendala. Punya saya yang cuma 1,2 GHz saja sudah oke, apalagi yang daya pacunya hingga 1,5 GHz.

Ditandem dengan RAM 1 GB, ya sudah cukup kalau mau buka dan chatting dengan calon konsumen olshop kita. Jadi mupeng nih. Dengan kamera primer bersensor 5 MP dan 2 MP di depan, tentu enggak malu-maluin hasilnya kalau mau selfie atau foto produk. Yang paling penting, ada garansi resmi dari Samsung plus gengsi brand yang ternama. Selain itu, belinya pun bisa lewat toko online atau marketplace karena stok masih mencukupi.

Recap!

Kalau mau sukses, banyak sekali caranya. Nah, di era informasi seperti sekarang, menguasai informasi adalah mutlak. Selain menambah ilmu, bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan potensi jualan kita secara online. Dengan dukungan keterampilan menulis, keterlibatan dalam komunitas, dan manajemen waktu yang oke, maka tak perlu khawatir sulit mendapatkan rezeki. Sebab dengan pilihan perangkat yang pas seperti Samsung J1 Ace, kita bisa tetap produktif di zaman digital sekarang.

25 Comments

  1. Iya om, memang banyak yang bisa dilakukan saat online. Tergantung bisa nggak memanfaatkannya. Tapi aku belum bisa sepenuhnya sih, hahaha..
    aku harus belajar nih bikin postingan halus seperti ini. hehehe.

    Like

  2. Setuju banget! Di era informasi begini siapa saja yang menguasai informasi maka merekalah yang berjaya. Informasi digital didominasi oleh video dan teks, jadi kalau mau ikut dapet kue dari gurihnya perkembangan informasi ya kudu bisa bikin teks dan video. Btw, barusan di Facebook dibikin kagum sama Blibli.com yang bisa kirim barang sampe pelosok Pekalongan dan itu free ongkir.

    Like

  3. daily planning seharusnya manjur ya mas. ah tapi sekarang biarlah semua berjalan sekehendak anak2 dulu. hihi.. Semoga nanti bisa lebih produktif dan belajar lebih konsisten lagi seperti mas belalang dan teman2 lain.

    Like

  4. Dari semua poin diatas.. saya paling susah buat yang daily planner.. selain karna malas nulisnya.. saya lebih suka sesuatu yang spontan.. 😁

    Alhamdulillah saya mulai aktif nulis di blog, mulai merintis bisnis online, dan juga berbaur dgn beberapa komunitas..

    Makasih artikelnya mas.. berkat mas saya jadi tahu samsung J1 itu ternyata keren, hhehe 😁 *becanda mas

    Like

  5. dulu aku sempet bikin daily planning… tp kadang masih ga konsisten sih mas…. akhir2 ini lagi rajin lagi nih, tiap pagi bikin di planner apa aja yg bakal aku lakuin hari ini di kantor… tapi masih sebatas utk kegiatan kantor aja :D.. giliran weekend, di rumah, ya udah…. bebas :D..

    Like

    1. Hehe, gapapa Mbak. Hehe, memang kalau masih ada anak balita, sering ga bisa setia pada skedul. Maklum, perhatian ke mereka masih sangat tinggi–saya sendiri mengalaminya. Yang penting dibiasakan.

      Liked by 1 person

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s