Kopi Mang Japra, Citarasa Berkelas dari Tatar Sunda

kopi mang japra

TANGGAL 1 OKTOBER lalu diperingat sebagai Hari Kopi Dunia. Sangat sayang bila BBC melewatkan momen ini untuk tidak mengunggah sepotong tulisan tentang kopi. Meski bukan coffee aficionado yang fanatik, pun bukan penikmat profesional, saya sangat suka pada kopi.

Sebelum September berakhir, saya sempat mem-posting pengalaman mencicipi kopi owa Jawa asli yang merupakan kopi organik dari hutan tropis Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Blog post lain tentang kopi juga pernah saya unggah saat menyesap sedapnya Ratu Luwak dari Lampung.

Java Preanger

Kini giliran kopi dari tanah Sunda yang saya tampilkan. Tatar Sunda memang kaya dengan khazanah kopi. Bandung misalnya menyimpan biji kopi legendaris yang dikenal dengan Java Preanger. Sejarahnya bisa ditarik jauh hingga masa awal penanaman secara paksa oleh kolonial Belanda pada abad ke-16.

Selain Kopi Cap Teko dari Bogor, saya berkesempatan menikmati bercangkir-cangkir kopi Mang Japra yang merupakan akronim dari Java Preanger. Patut diduga kopi ini dimaksudkan untuk melestarikan citarasa tradisional yang biasanya dinikmati oleh para menak atau kalangan bangsawan. Citarasa yang berkelas itulah yang kurasakan begitu meneguk kopi dari Bandung ini.

Penulis kembar Evi dan Eva berbaik hati mengirimkannya kepada saya beberapa waktu lalu sebagai imbalan atas beruntungnya saya dalam giveaway yang mereka helat. Kopi? Mana tahan! Sungguh gembira bukan kepalang begitu kopi yang kumenangkan. Lalu bagaimana rasa kopi dari tatar Sunda ini?

Asam bikin ketagihan

Kopi Mang Japra ternyata punya banyak varian seperti bisa BBC Mania lihat di akun Instagram mereka. Selain menjual kopi siap seduh, mereka juga membuka kedai yang menjajakan kopi khas racikan tatar Sunda. Sambil membayangkan suatu hari bisa menyesap langsung di kedainya, sekarang pengin berbagi dulu pengalaman meneguk kopi Sinom ala Mang Japra.

Disebut sinom mungkin lantaran rasanya yang agak masam berkat perpaduan kopi robusta 80% plus arabika 20%. Porsi yang masih dominan robusta sungguh tepat buat saya karena full arabika sering terlalu kuat asamnya untuk lambungku. Seperlima arabika dalam kopi sinom membuat masam yang pas, tanpa harus menambahkan gula ekstra.

Bagi pencinta arabika yang berminat mencicipi robusta, sinom Mang Japra bisa jadi lompatan awal. Sedapnya cukup mantap, terlihat sudah disangrai dengan gaya khas mereka. Warnanya lebih terang dibanding kopi AAA atau kopi di pasaran–lebih mirip kopi owa Jawa yang pernah saya bahas. Saya menyukai teksturnya yang tidak terlalu lembut sehingga keharumannya terjaga.

mangjapra

Jika diseduh dengan air panas plus gula yang tak berlebih, top banget! Segar dan bikin semanagat. Sayang sekali saya belum mencoba menyeduh kopi Mang Japra ini menggunakan dipper yang dikirimkan bersama paket. Maklum, penggemar kopi amatir, hehe. Tapi walau ada unsur rasa masam, kopi sinom ini bikin saya ketagihan.

Yang jelas, saya pengin mencoba langsung kopi varian lain besutan Mang Japra, di right on the spot. Udara Bandung yang sejuk, ditambah alunan degung yang lembut, sekalian reuni dengan seorang sahabat yang tinggal di sana. Perfecto!

BBC Mania, sudah minum kopi hari ini?

 

8 Comments

  1. waahh .. sama-an nih kita, “PKI” peminum kopi imitasi hahaha .. alias masih abal-abal, tapi jujur saya suka arabica, karena robusta terlalu pahit buat saya. Meski saya juga punya penyakit lambung, so far alhamdulillah aman minum arabica, tapi kalo 2 gelas langsung .. bisa kliyengan saya hihhihi

    Like

  2. Aku tuh jg suka kopi mas.. Tapiiii kenapa yaaa tiap kali beli sendiri, seduh sendiri, rasanya ga bisa seenak kalo minum di tempat hahahahaha.. Kmrn aku dr aceh, dan lgs tergila2 ama rasa kopis sana. Aku minum di warkop, ato di cafe2nya, semua enak. Trs beli dong, kopi bubuknya.. Ehh, bener aja, pas bikin sendiri rasanya beda :p

    Makanya utk kopi aku lbh seneng minum di tempat, diracik ama ahlinya 😀

    Like

Tinggalkan jejak