Begini Cara Mengenalkan Teknologi pada Anak Usia Dini

Kali pertama face-to-face dengan laptop pada usia 23, saya tentu saja kegirangan. Sedikit katrok sih sebenarnya, haha. Kalau waktu itu sudah ramai medsos seperti saat ini, mungkin ada orang yang iseng memotret wajah ndeso melongo menatap laptop pabrikan Amerika yang keren banget itu. Momen asyik itu selalu terkenang sampai sekarang, beberapa hari menemani konsultan asal Kanada memberikan pelatihan bisnis bagi para wanita pengusaha di Jawa Tengah.

Jauh berbeda dengan dua anak kami, Rumi dan Bumi, yang sudah mengenal peranti teknologi sejak usia dini. Di usia yang belum genap 10 tahun, mereka sudah piawai mengoperasikan smartphone atau ponsel pintar. Sedikit saja kami lengah, ponsel saya dan istri cepat berpindah tangan dalam penguasaan mereka. Nonton film, main game edukatif, merekam suara dan video, hingga ketak-ketik apa saja. Harap maklum, mereka memang belum kami izinkan memiliki gawai (gadget) sendiri. Jadi bila ingin menggunakan gawai, mereka dapat meminjam punya kami.

Empat cara

Di sekolah si sulung pun anak-anak terlihat begitu akrab dengan gawai, dari ponsel sederhana, tablet, hingga smartphone berlayar lebar dan canggih. Sebagai generasi milenial, kehidupan mereka memang tak mungkin dipisahkan dari kemajuan teknologi. Orangtua pun kini mau tak mau ikut beradaptasi dan memanfaatkan pesatnya perkembangan teknologi demi kemudahan hidup dan usaha.

Tak ada alasan untuk menghalangi anak-anak dari mengenal benda-benda teknologi di masa kini. Zaman sudah berubah, tuntutan setiap generasi pun berbeda. Alih-alih melarang mereka mengakses teknologi, berikut sejumlah kiat yang bisa BBC Mania coba untuk mengenalkan teknologi informasi kepada anak-anak agar tetap produktif dan bertanggung jawab. Cara mengenalkan teknologi kepada anak usia dini bisa ditiru sesuai pengalaman kami ya.

1 – Kenali kebutuhan anak

Setiap anak memiliki kecenderungan bervariasi terhadap produk teknologi. Ada yang sangat suka, sekadar suka, atau malah tidak terlalu suka terhadap peranti canggih yang mereka lihat. Namun kadar kesukaan tersebut menjadi pijakan untuk menentukan jenis konten apa yang layak kita suguhkan bagi anak-anak. Faktor pertama yang mesti diperhatikan adalah usia anak. Berbeda usia, berbeda pula preferensi dan kebutuhan mereka terhadap akses teknologi.

Kendati mulai bermunculan konten aman di Internet yang bisa diakses lewat gawai digital, saya pribadi berpendapat 5 tahun adalah usia ideal untuk dikenalkan kepada teknologi. Bumi anak bungsu kami sudah piawai membaca dan menulis pada usia ini dan menjadi modal dasar untuk berinteraksi dengan teknologi canggih. Kemampuan membaca akan mempengaruhi daya tangkap terhadap materi atau instruksi konten yang diakses. Hobinya mengamati aneka truk dan mesin berat lalu menggambarnya. Informasi ini sangat penting untuk kami gunakan sebagai pedoman tentang materi apa yang perlu kami sediakan guna mendukung skill-nya.

2 – Instal aplikasi pendukung

Langkah berikutnya adalah memasang aplikasi yang tepat guna mendukung kreativitas anak. Pertama, aplikasi bermain atau games. Tak dapat dimungkiri, anak-anak hampir semuanya doyan aneka permainan, baik secara fisik maupun versi digital. Di jagat maya maupun app store, ada banyak sekali permainan yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan anak. Entah murni hiburan maupun game yang mengasah ketangkasan, dua-duanya bermanfaat untuk perkembangan otak si kecil. Hanya saja tentu harus dibatasi melalui kesepakatan bersama sebab konsumsi berlebih hingga kecanduan juga berbahaya.

Kedua, menginstal aplikasi khusus yang dirancang untuk mempertajam keterampilan atau bakat si kecil. Si bungsu yang baru berusia 6 tahun, misalnya, sangat menyukai mesin-mesin berat terutama truk dan trailer. Setiap hari entah berapa kertas yang ia habiskan untuk menuangkan kegemarannya menggambar. Katanya kelak ingin jadi engineer di sebuah pabrikan asal Eropa. Kami memfasilitasinya dengan menginstal aplikasi yang memungkinkan dia berkreasi dengan bentuk dan warna. Lewat aplikasi tersebut ia mendapat wadah untuk menyalurkan setiap ide dan kreativitas secara bebas.

Ketiga, aplikasi untuk membangun kemampuan berbahasa. Sebagai digital natives, dua anak kami memang mengenal teknologi sejak dini. Maka kesempatan itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami manfaatkan ketertarikan mereka pada kecanggihan gawai dengan memasang aplikasi pelajaran bahasa Inggris. Sejak awal kami informasikan kepada mereka bahwa profesi engineer atau apa pun mensyaratkan penguasaan bahasa asing yang memadai agar memuluskan perjalanan studi dan karier. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional tak mungkin dilewatkan sebagai bahasa wajib untuk dikuasai. Kini tersedia ratusan aplikasi bahasa Inggris dengan visual menarik dan pengoperasian yang praktis—dijamin bakal disukai anak-anak.

3 – Pasang parental lock

Dunia maya ibarat belantara sangat luas dengan berbagai penghuni dan perangai. Interaksi yang bebas antarpengguna memungkinkan terjadinya komunikasi intensif nyaris tanpa hambatan, kecuali kendala bahasa jika berlainan negara. Sebagaimana media lainnya, Internet bisa menjadi berkah atau bencana. Di satu sisi, ia menawarkan jutaan kemungkinan bagi penggunanya untuk berkembang dan menambah pengetahuan. Namun di sisi lain, banyaknya kemungkinan tersebut juga membuka pintu menuju penyalahgunaan demi keuntungan sepihak orang-orang tak bertanggung jawab.

Cyber bully, atau perundungan di Internet, bisa terjadi begitu mudah baik melalui tulisan maupun video. Terbukanya akses terhadap dunia global juga berisiko munculnya konten-konten negatif yang tidak layak dinikmati oleh anak-anak usia dini. Video-video pornografis masih beredar luas yang bisa dengan mudah dibuka hanya dengan beberapa ketukan jari. Oleh karena itu, orangtua perlu memasang parental lock pada gadget yang dipakai anak—untuk memberi batas mana konten yang boleh dan tidak boleh diakses. Produsen gadget kini makin serius dengan menyediakan fitur penting seperti parental lock atau content control seperti ini.

4 – Edukasi dan asistensi

Meski sudah dipasang parental lock dan aplikasi yang konstruktif, bukan berarti anak bisa bebas menggunakan gadget sesuka hati. Selain menyepakati screen time alias waktu berada di depan layar gadget, orangtua perlu membekali mereka dengan pengetahuan tertentu tentang bagaimana memanfaatkan kemajuan teknologi dengan bijak. Berikan tips atau langkah-langkah bagaimana menghadapi interaksi di dunia maya seandainya mereka berhadapan dengan netizen atau pengguna Internet lain.

Yang lebih utama, sesekali dampingilah anak sewaktu mereka mengakses Internet di gadget sebab lewat momen kebersamaan itu kita bisa menyuntikkan pelajaran penting sekaligus membangun bonding antara orangtua dan anak. Anak merasa diperhatikan namun tidak dikekang sebab kita memberi panduan, bukan larangan. Lewat cara ini kita bisa membantu mereka saat menemukan masalah atau hambatan, baik bersifat teknis maupun seputar kiat-kiat menggunakan teknologi lalu mencari solusinya bersama-sama.

Kenapa penting

Pentingnya pengenalan teknologi pada anak usia dini bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban. Mengapa? Sebab jika tidak dikenalkan sejak awal, maka sangat mungkin mereka akan mencari tahu melalui teman atau lingkungan di luar rumah yang belum tentu produktif untuk perkembangan jiwanya yang masih belia. Lebih-lebih jika mereka mengakses kemajuan teknologi tanpa pengawasan atau pendampingan orangtua.

manfaat coding dumet

1 – Menambah ilmu

Jujur saya kerap dirundung penyesalan kenapa sewaktu muda tidak mengenal bahasa pemrograman yang ternyata kini sangat bernilai di era informasi. Seumpama dulu sudah belajar, mungkin ceritanya jadi lain. Saya bisa setara seorang bloger senior yang jadi founder sebuah jaringan blogger nasional dan memetik keuntungan besar lewat dunia digital, baik lewat kerja sama dengan brand besar maupun merancang desain website perusahaan dan blog personal. Sekarang mau tak mau cuma bisa ngiler sambil sesekali ikut campaign dengan cara menulis content sesuai pesanan.

Dari penyesalan itulah jelas terasa betapa pentingnya anak-anak mulai dikenalkan kepada teknologi canggih sejak dini. Sayang sekali jika perkembangan teknologi yang begitu pesat tidak kita manfaatkan untuk membangun skill anak. Bakat atau hobi yang sudah tampak bisa kita arahkan secara positif. Bentuk dukungan itu misalnya dengan mendaftarkan mereka pada pendidikan nonformal demi mengasah skill yang berguna untuk masa depan. Apalagi sebagai digital natives, wajib hukumnya anak-anak menguasai teknologi agar tidak tersesat di jagat maya dan punya modal untuk menyongsong masa depan.

Walau saya tak bisa, itu bukan alasan untuk membiarkan anak-anak kami tak piawai seputar bahasa pemrograman komputer atau kode-kode khusus untuk pengembangan website. Sudah ada layanan dari DUMET School, yang memungkinkan anak mempelajari aneka keterampilan pemrograman komputer lewat kode-kode khusus. Dengan mengusung program Fun Coding for Kids, Dumet menawarkan kursus pemrograman komputer khusus untuk anak yang dijamin fun dan mudah. Dengan modal 3,5 juta, anak-anak akan dilatih untuk bisa:

  • Membuat game interaktif
  • Menguasai dasar-dasar bagaimana sebuah program/game bisa berjalan menggunakan baris kode
  • Melatih cara berpikir murid agar lebih terstruktur

Tak heran jika selepas kursus anak bakal bisa membuat hasil karya berupa game sederhana sendiri yang tentunya akan memupuk kepercayaan diri mereka. Selain itu, mereka akan lebih mudah menguasai bahasa program-program lain sebab berbagai bahasa program tentunya memiliki konsep yang sama. Kursus Pemrograman Komputer yang berlangsung dari 2 minggu hingga 1 bulan ini menggaransi peserta sampai bisa. Orangtua makin tenang karena pembayaran bisa dilakukan dengan debit, kredit, transfer bank, dan bahkan cicilan.

dumet.png
Keuntungan berlipat-lipat, harga bersahabat

Untuk Bumi si bungsu paket bundling ­sepertinya lebih cocok. Dia senang sekali menggambar dan butuh arahan. Dengan mendaftar langsung untuk 2 modul yaitu Fun Coding for Kids dan Fun Design for Kids, peserta mendapatkan diskon sebesar Rp1.500.000. Lumayan gede kan? Jadi cukup dengan Rp4,9 juta kita bisa ambil 2 modul sekaligus untuk si kecil. Ilmu bertambah, dompet bisa bernapas lega, hehe. Mau coba kelas free trial pun bisa.

dumet 3

2 – Membuka peluang

Dengan bertambahnya ilmu, anak-anak akan semakin piawai menggunakan peranti teknologi dan menjadi investasi bernilai untuk meraup rezeki. Seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin melesat, dunia memang seolah tak berbatas. Kita bisa dengan mudah mengakses apa pun dari belahan dunia mana saja. Semuanya nyaris ada dalam genggaman.

Berbekal kemampuan coding atau desain yang mumpuni, peluang besar terbuka bagi anak-anak yang menguasainya. Bahkan pekerjaan ini bisa dilakukan dari jarak jauh. Sebagaimana disebutkan dalam video berikut, dalam 10 tahun mendatang akan tersedia setidaknya 1,4 juta pekerjaan di bidang ilmu komputer termasuk coding dan desain. Namun hanya sekitar 400.000 orang yang memenuhi syarat menempati posisi itu. Bukankah anak-anak kita bisa menjadi bagian dari 400 ribu itu dan punya kesempatan yang sama untuk mendulang rezeki seandainya mereka dibekali keterampilan coding yang memadai?

3 – Memupuk kepercayaan diri 

“Setiap orang di negeri ini harus belajar cara memrogram komputer karena bahasa pemrograman mengajarkan kita cara berpikir.” Begitu pesan mendiang Steve Jobs CEO Apple yang dikenal genius dan inovatif. Tak salah memang ujaran Jobs tersebut sebab anak-anak memang butuh pengembangan pola pikir yang logis. Anak-anak yang terbiasa berpikir analitis dan kreatif akan menjadi pribadi yang tangguh menghadapi masalah dalam hidup.

Selain itu, penguasaan skill tertentu seperti coding atau design dapat mendongkrak kepercayaan diri mereka karena merasa punya value yang bisa diandalkan dan dibaktikan untuk kemajuan masyarakat. Mungkin saja mereka lemah dalam pelajaran sekolah, namun kemampuan coding atau desain bisa mengundang penghargaan di luar bidang sekolah yang tentu akan membuat mereka percaya diri bahwa mereka bisa sukses tanpa semata-mataa mengandalkan ijazah sekolah formal. Siapa tak kenal Bill Gates atau Mark Zuckerberg? Keduanya miliarder yang sama-sama tak tuntas kuliah. Bukan berarti kuliah tak penting, namun kuliah jelas bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan.

4 – Membangun portofolio

dumet 2

Setelah belajar dan menguasai ilmu coding, anak-anak bisa menjajal kemampuan dengan berkreasi menciptakan game sendiri atau karya lain. Lewat serangkaian latihan dan praktik mandiri, mereka akan menemukan tantangan dan solusi agar bisa terus belajar dan berkembang. Proyek demi proyek bisa dimulai dan dituntaskan, baik secara pribadi maupun berkelompok. Dengan dukungan seumur hidup dari Dumet School plus konsultasi gratis selamanya, anak-anak bisa menggali kemampuan dan mengasah bakat tanpa khawatir atau takut jika harus menemukan jalan buntu. Karya-karya itu kelak menjadi portofolio kuat yang akan mengantar mereka mendapatkan peluang lebih besar di masa depan seiring meningkatnya kemampuan mereka.

5 – Kontribusi kemanusiaan

Pengin kaya dari pekerjaan IT, tentu boleh, atau menciptakan inovasi demi perbaikan mutu umat manusia—tentu mulia banget! Inilah uniknya pekerjaan di bidang pemrograman komputer. Tidak melulu mengotak-atik kode di komputer saja, namun bisa dikreasi lebih lanjut untuk perangkat yang lain. Misalnya mengembangkan alat bantu canggih untuk penyandang tunanetra, membuat robot untuk membantu mengolah sampah, menyuling air, dan sebagainya.

Semua bisa terwujud berawal dari penguasaan bahasa pemrograman yang mumpuni. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan mampu menciptakan kemudahan dan kenyaman bagi orang lain yang taraf hidupnya turut terangkat. Setiap anak kini rata-rata telah memiliki smartphone sendiri. Alangkah produktifnya jika mereka memahami seluk beluk teknologi. Dan tak berlebihan jika kelak jari-jari mungil itu berubah menjadi tangan-tangan kokoh yang dermawan seperti Bill Gates yang filantropis dan terus idealis mendukung cita-cita kemanusiaan.

7 Comments

Tinggalkan jejak