Cara Atasi Bullying: Kembalikan Kepercayaan Diri Anak

Cara mengatasi bullying memang tidak mudah. Walau tidak mudah, bukan berarti mustahil dilakukan. Butuh usaha dan cara-cara kreatif dan kadang agresif agar pelaku dan korban bisa sama-sama pulih dan menjalani kehidupan normal seperti anak kebanyakan. Cara mengatasi bullying berikut ini saya terapkan pada anak sulung kami yang mengalami langsung tindakan perisakan.

Tak terduga memang ketika Rumi harus mengalami perundungan atau bullying. Begitu memasuki kelas 1 SD, seorang temannya beberapa kali mengganggunya dengan memukul dan bahkan mengancamnya dengan pisau silet. Barangkali anak itu tidak sengaja melakukannya, atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya adalah hal keliru. Kendala bahasa dan hadir sebagai anak pindahan kami duga sebagai salah satu faktor penyebabnya.

5 Langkah Atasi bullying

Awalnya kami mengabaikan keluhannya lantaran merasa tak nyaman berada di sekolah baru setelah belasan tahun tinggal di Bogor. Lambat laun keluhannya semakin serius. Katanya anak pelaku bully itu punya geng berisi sejumlah anak yang patuh kepadanya. Memang begitulah tipikal anak pelaku perundungan–walau ternyata badannya kecil tapi ditakuti dan dikelilingi oleh teman-teman yang takut itu.

1 – Bicara dari hati ke hati

Suatu malam Rumi menangis hebat dan meminta agar dipindahkan ke sekolah baru akibat indikasi perundungan itu, kalau tak salah pada semester kedua kelas 1 SD. Kami bingung tak keruan karena pindah sekolah jelas bukan perkara mudah. Kami mencoba membujuknya agar tetap bertahan di sekolah lama sambil menggali penyebab keinginannya pindah.

Awalnya ia bungkam soal indikasi perisakan di sekolah, tapi berkat percakapan intensif akhirnya ia pun buka suara. Tangisannya sampai tergugu hingga tersengal-sengal. Bicara dari hati ke hati sangat tepat untuk menyelami apa yang terjadi dan ia merasa punya teman berbagi. Anak-anak yang jadi korban perisakan seringkali merasa sendiri dan yang paling parah adalah traumatis. Maka orangtua harus bisaa menemani dalam masa sulit itu.

2 – Konsultasi dengan otoritas sekolah

Ketika sudah ditemukan akar masalahnya, selanjutnya kami putuskan menemui pihak sekolah, dalam hal ini guru kelas atau kepala sekolah kalau memungkinkan. Karena kebetulan mengenal kepala sekolah secara pribadi, maka kami pun menyampaikan langsung masalah ini sewaktu berkunjung ke rumahnya.

Diskusi malam itu berujung pada kesimpulan bahwa pindah sekolah bukan solusi. Selain tak ada jaminan untuk terbebas dari perundungan di sekolah baru, pindah ke sekolah yang masih dalam satu wilayah yang dekat ternyata tidak gampang karena suami kepala sekolah bekerja sebagai pegawai di dinas pendidikan setempat.

Akhirnya disepakati bahwa masalah itu akan disampaikan kepada guru kelas untuk ditindaklanjuti. Pertemuan itu juga menganjurkan agar anak kami menjalani hobi tertentu–waktu itu belajar alat musik yang sempat terbayang olehnya.

3 – Temui ortu bully

Jika memungkinkan, adakan pertemuan dengan orangtua pelaku perisakan. Dalam kasus kami, hal itu tak terjadi karena orangtua tampaknya menganggap sepele dari reaksi yang sempat kami pelajari. Tambahan lagi, kami khawatir saling kalap karena membela anak masing-masing sebagai pihak yang tak bersalah. Untunglah pesan itu sampai ke guru kelas dan akhirnya kepada anak bersangkutan.

4- Pindah sekolah

Pindah sekolah bisa jadi solusi alternatif kalau memang cara lain tak bisa diupayakan atau gagal dilakukan. Jika harus pindah ke sekolah baru, pastikan untuk melakukan survei secara memadai tentang sekolah tersebut termasuk apakah ada sejarah perisakan di sana yang boleh jadi berpotensi muncul bagi anak kita yang traumatis akibat bullying.

5 – Ikutkan Bela Diri

Sebagai langkah menekuni hobi, bela diri bisa dipilih sebagai solusi jitu. Kenapa saya bilang jitu? Sebab manfaat ikut bela diri sangat banyak bagi anak-anak. Pertama, ia akan punya badan yang bugar–apalagi di era yang serbadigital ketika anak-anak bebas mengakses Internet dalam genggaman tangan. Kedua, mereka punya kesigapan untuk membela diri seumpama perisakan kembali terjadi. Dan ini terbukti pada Rumi.

Jurus-jurus Taekwondo yang ia kuasai sedikit demi sedikit membangkitkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi ancaman yang sewaktu-waktu datang. Di tempat latihan anak akan digembleng untuk punya sikap mental dalam menghadapi bahaya. Yang tak kalah penting, anak bisa berprestasi lewat cabang bela diri yang ia tekuni. Begitu naik meraih sabuk demi sabuk, hingga ia lompat 2 tingkat sekaligus, kepercayaan dirinya membuncah dan berbuah medali emas pada Kejurprov Jawa Timur 2019 lalu meski baru pada kategori semiprestasi.

Cara mengatasi bullying memang beragam dan sangat mungkin kasuistik sesuai dengan kondisi pelaku dan korban, juga lingkungan sekolah mereka. Yang paling penting dalam menangani perundungan adalah upaya-upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri anak yang sempat tertindas oleh pelaku perisakan. Jika trauma mendera dan kepercayaan dirinya rendah, maka lini kehidupan lain anak bisa terancam. Dan itu berbahaya.

Inilah cara mengatasi bullying yang singkat dan ‘sederhana’ ala kami dan perlu dicamkan dalam menyambut Hari Anak Nasional agar mereka terbebas dari intimidasi guru ataupun temannya.

5 Comments

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s