Dari Banjaran Kita Diingatkan

Adus, adus!” ujar seorang wanita setengah baya sambil tersenyum kepada warga lain saat bergegas menuju tangki dengan menenteng dua jeriken. Kalimat yang meluncur spontan dalam bahasa Jawa itu jelas menyiratkan betapa air bersih yang baru saja tiba begitu mereka nantikan sebab mereka jadi bisa mandi dan memanfaatkannya untuk berbagai keperluan.

Minggu 7 Oktober masih seperti hari-hari lain. Udara pagi Lamongan cukup terik akibat kekeringan yang lama melanda. Pohon-pohon di sepanjang jalan seolah tak mampu menahan cengkeraman kemarau panjang yang menguji kesabaran. Binatang melata tak terlihat, hanya kawanan burung gereja bercelip-celip di sekitar sawah ladang tandus dan burung puter yang endemik di Lamongan. Setiap orang sepertinya memilih diam di rumah pada Minggu pagi yang tak bertenaga.

nbc jilid 2

Emak kembali beraksi

Tentu saja selain NBC yang dimotori emak-emak. Pukul 6.50 saya tiba di lokasi meeting point. Seperti pekan sebelumnya, Nasi Bungkus Community pagi itu akan mendistribusikan air bersih ke 7 dusun yang telah ditentukan. Namun sayang, hingga pukul 7.30 baru empat truk yang siaga di tempat. Satu truk memilih bertahan di Pule, menunggu relawan untuk menyambangi sedangkan dua truk lainnya urung datang akibat sulitnya memperoleh air bersih. Dari 7 truk yang dijadwalkan, akhirnya hanya 5 unit yang diberangkatkan sedangkan 9 truk lainnya akan bergerak pekan depan.

foto komunitas NBC
The power of emak-emak!

“Cukup sulit mendapatkan truk pengangkut air karena banyaknya warga di tempat lain yang menyewa truk,” ujar Heny yang setiap pekan mengoordinasi kegiatan NBC. Tak heran jika pagi itu berbeda dengan pekan sebelumnya yang berhasil mendistribusikan 16 tangki air ke lima kecamatan.

Saya dan Mbak Yogi ditugaskan mendampingi truk ke Dusun Banjaran Desa Banjarejo Kecamatan Sukodadi. Menjelang pukul 8 kami tiba di lokasi, ditemui langsung oleh Pak Adam kepala desa setempat. Tanpa babibu, air segera diturunkan di tiga titik dan disambut warga dengan semringah. “Mending ga punya beras daripada ga punya air bersih, Mas!” ujar seorang warga saat mempersilakan saya dan sopir duduk di teras rumahnya sambil mengangsurkan dua botol air mineral. Kalimat itu mungkin terdengar ekstrem namun patut dimaklumi sebab pasokan air memang dibutuhkan nyaris sepanjang hari untuk berbagai keperluan.

Meringankan beban

Menurut penuturan Adam, kades Banjarejo yang pagi itu hadir di Banjaran, setiap tahun desa mereka memang dilanda kekeringan parah. Air bersih itu dimanfaatkan oleh warga untuk mandi dan memasak. Sedangkan kebutuhan minum mereka penuhi dengan membeli air isi ulang. Telaga yang biasa menyuplai air bersih sudah surut dan tak mungkin diandalkan, apalagi sumur gali yang airnya tak memadai. Walau hanya satu tangki, namun datangnya air bersih cuma-cuma ini setidaknya turut meringankan beban mereka untuk mengalokasikan uang pada pengeluaran penting lainnya.

Lemah teles, Gusti Allah sing mbales,” ujar seorang lelaki bertubuh tambun yang aktif mengatur penyaluran air dari tangki ke wadah warga. Berbeda dengan Dusun Walangkopo yang warganya menyiapkan tandon darurat dari terpal yang ditinggikan, Di Banjaran air dialirkan langsung dari truk menuju ember dan jeriken, juga drum yang ada. Untunglah sopir truk kali ini begitu pengertian sehingga mampu memahami kondisi warga.

Matur nuwun!” menyiratkan rasa terima kasih dan doa yang tulus. Begitu kami pamit, tak hentinya mereka berterima kasih walau hanya satu tangki yang ini NBC bawa. Jelaslah bukan soal jumlah, melainkan kepedulian yang mereka rasakan. Rasa cinta sesama manusia itulah yang menjadi bahasa sosial. Jelas banyak sekali cara meringankan beban orang lain, salah satunya menyediakan air bersih sesuai kemampuan. Dari Banjaran kita diingatkan tentang menolong dan bersyukur atas apa yang masih kita terima alih-alih mengeluhkan apa saja yang belum kita raih.

11 Comments

  1. Keren NBC. Memberikan manfaat bagi sesama.

    Di tempat saya sekarang kalo hujan airnya langsung keruh. Sumber airnya dari mata air yang dibendung dibuat bak penampungan jauh diatas bukit lalu dialirkan buat penduduk kampung (masyarakat Dayak). Syukurnya air gratis.

    Like

    1. Sumur kami pun sering tak memadai debitnya, Uda. Kalaupun ada ya keruh. Tapi mendinglah masih ada. Pas ga ada ya sementara ga mandi hehe. Enak ya ada air gratis. Di sini beli aja juga susah.

      Like

Tinggalkan jejak

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s