5 Hal Ini Bikin Traveling ke Jember Selalu Ngangengin

“Sekali dalam setahun, pergilah ke tempat yang belum pernah kamu kunjungi.” Pendapat Dalai Lama itu mengonfirmasi betapa kunjungan ke sebuah tempat baru punya pengaruh besar bagi orang yang mengunjungi. Tak harus berupa traveling jauh ke luar negeri, tidak pula mesti pelesiran mahal keliling Indonesia. Mengunjungi desa terpencil di kota kita atau berkunjung ke sebuah daerah untuk mencicipi kulinernya bisa jadi pengalaman berharga dan menghibur hati.

Seperti jalan-jalan ke Jember akhir bulan lalu. Bersama puluhan bloger dari seluruh Indonesia, saya berkesempatan menikmati pesona Jember yang selama ini hanya ada dalam impian. Bukan hanya wisata alamnya yang menawan, daya tarik lain pun bikin kami susah moveon. Pantainya benar-benar eksotis, kopinya harum dan nikmat, tradisinya memikat, tembakaunya sedap, dan kulinernya mantap. Itulah kesan yang kutangkap dari Jember yang memang ngangenin.

1 – eksotisme Papuma

Pantai yang aslinya bernama Pantai Pasir Putih Malikan ini terletak di Desa Lohjejer, Kec. Ambulu. Jalannya menanjak terus sejak kita melewati pesisir Pantai Watu Ulo. Medannya menantang, melewati kawasan hutan jati dan tebing tinggi yang sangat indah. Namun percayalah, ketika sampai di puncak Siti Hinggil dan melempar pandangan ke arah laut lepas, sungguh eksotis pantai di Jember ini. Batu hitam besar yang bercokol, kabut tipis yang meliputi perbukitan, dan debur ombak yang tak henti memukul tepi pantai selalu bikin kita adem. Buktikan sendiri ….

Pesona Papuma dengan puluhan perahu yang siap melaut (Foto: Babang)

2 – kopi dan cokelat nikmat

Jember punya Puslitkoka sebagai satu-satunya pusat penelitian kopi dan kakao yang ada di Indonesia. Didirikan sejak 1 Januari 1911 dengan nama Besoekisch Proefstation, Puslitkoka secara fungsional dibawahi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, tapi secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI). Kalau ke Jember, arahkan kendaraan ke Kebun Renteng Puslitkoka melewati Kecamatan Jenggawah karena lokasinya bagus sebagai wisata edukasi bagi anak dan keluarga. Tak hanya itu, Puslitkoka juga menyediakan resto dan gerai tempat kita bisa mencicipi produk olahan cokelat dan kopi mereka. Mau borong cokelat batangan dan kopi? Tentu bisaaa….

3 – budaya unik

Dua ekor sapi menarik pegon, dikendalikan seorang bajingan.

Ketika datang ke Jember, dinas pariwisata setempat tengah menghelat acara bertajuk Waton yang merupakan akronim Watu Ulo Pegon. Waton adalah parade pegon, yakni kereta roda dua yang ditarik oleh dua ekor sapi gemuk yang berjalan hingga 4 kilometer. Pegon ini dikendalikan oleh seorang bajingan—sebutan untuk kusir di Jember. Selain dilombakan dari sisi keindahan, waton juga menjadi ajang promosi wisata daerah seperti produk UMKM, Pantai Watu Ulo, reog, tha-buthaa’an—dan terutama acara kembul bujana yakni makan bareng setelah melakukan gerebek tumpeng dari ketupat dan lepet. Permainan tradisional juga dihadirkan dalam waton ini.

4 – tembakau kelas dunia

Saya baru tahu bagaimana proses pembuatan cerutu ketika berkunjung ke pabrik BIN Cigar di Jember. Cerutu ternyata hanya berisi lembar-lembar tembakau yang disiapkan sedemikian rupa agar siap digulung menjadi cerutu nikmat. Tembakau Jember sangat khas, terbukti bahwa cerutu dari BIN Cigar diekspor ke Cina, Denmark, dan Malaysia. Menariknya, tak sedikit orang dari kota-kota lain sering bertandang ke Jember dengan membawa tembakau mereka lalu menginap selama beberapa hari di Jember. Awalnya diduga sengaja akan mengacaukan harga tembakau lokal, ternyata tidak. Menurut penuturan Sutikno, tour guide di Museum Tembakau Jember, mereka hanya ingin mendiamkan tembakau mereka pada suhu Jember yang bisa mengubah tembakau mereka menjadi lebih nikmat.

5 – kuliner lezat

Lazimnya berkunjung ke sebuah kota, tak lengkap jika tak mencicipi kuliner setempat. Jember menawarkan ragam kuliner yang ternyata sangat lezat, terutama olahan produk laut. Ikan bakar, udang asam manis campur lemon, cah kangkung pedas, hingga sambal terasinya enak banget dan bikin gagal diet. Belum lagi makanan seperti pecel dan gudeg yang berkibar dengan nama Lumintu—sungguh menggugah selera. Makanan modern seperti Japanese food juga ada, terletak di seberang Stasiun Jember. Hararu, nama kafe itu, menyediakan sate bakso dari daging kelinci yang sangat lezat.

Pengin rasanya balik ke Jember dan memborong cokelat dan kopinya. Menikmati kopi di Rembangan (seperti Puncak di Bogor) sungguh menenteramkan hati. Betapa mengesankan kunjungan ke kota seribu gumuk ini. Ke Jember yuk!

4 Comments

Tinggalkan jejak