Nongkrong di Mana di Lamongan?

Nongkrong rasanya sudah menjadi kata sangat populer di era serbadigital saat ini. Anak-anak muda bahkan punya istilah nongki untfuk menyebut aktivitas berkumpul bersama di suatu tempat (biasanya kafe) sambil melakukan sesuatu penuh kegembiraan. KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia sudah mendaftar kata kongko sebagai lema yang berarti mengobrol atau bercakap-cakap yang tidak ada artinya. Ya, bukan sepenuhnya tak ada arti, tetapi memang lebih banyak bersifat happy.

Harus saya akui, saya bukan termasuk orang yang suka menongkrong di tempat umum hingga berjam-jam tanpa alasan. Rasanya lebih nikmat berada di rumah ketimbang bertahan di luar sambil menghabiskan waktu begitu saja. Mungkin konsekuensi logis dari kepala keluarga yang lebih asyik betah di rumah karena ada anak-anak di samping bisa menyusun draft tulisan yang bisa disulap jadi ladang pemasukan.

Walau begitu, sesekali nongkrong di luar tentu bukan pantangan bagi saya dan keluarga. Biasanya sih sekalian bertemu dengan rekan-rekan sekomunitas seperti bloger atau Google Local Guides. Atau bisa pula sekadar mencari suasana baru saat mengerjakan tulisan karena suntuk di rumah. Berikut ini beberapa tempat yang biasa kami gunakan sebagai arena kongko atau kopdar bareng.

1 – Perpustakaan Daerah

Mana mungkin saya bisa melewatkan fasilitas umum ini sebagai tempat nongkrong utama? Kenal sejak masih SMA, saat bangunan perpustakaan masih berada di seberang SMPN 1, saya selalu menikmati waktu di perpustakaan. Selain sejuk karena ber-AC, di perpustakaan ini kami sekeluarga bisa happy bersama.

Anak-anak bisa membaca koleksi buku di ruang anak atau sesekali mengakses Youtube di komputer yang tersedia, sementara saya bisa menulis dengan laptop yang saya bawa dari rumah. Biasanya draft atau outline sudah ada, lalu dikembangkan di sini. Jika beruntung, saya bisa memanfaatkan jaringan Wi-Fi untuk mengunggah tulisan atau mencari bahan.

2 – Lik Coffee

Warung kopi menjamur di Lamongan, salah satunya Lik Coffee yang konon cabangnya mencapai Gresik bahkan Surabaya. Pernah kudengar pengelolanya masih muda dan belum lama ini menunaikan ibadah haji bersama istrinya. Mobil yang ia kendarai terbilang mewah sebagai tanda bahwa bisnisnya memang lancar mendulang rupiah.

Lik Coffee terletak di Jalan Pahlawan, tepat di pertigaan menuju Pasar Induk Sidoharjo dari arah utara. Tempatnya luas dan sepenuhnya terbuka. Meja-meja mungil tersebar, tinggal kita pilih sesuai titik yang ideal untuk nongkrong. Colokan listrik tersedia di dinding yang bisa kita pakai untuk mengisi daya ponsel atau laptop. Menu-menunya standar sih: nasi bungkus dan mi rebus/goreng untuk main course sementara minumnya cukup beragam mulai dari aneka kopi, susu, hingga the dan jus.

3 – Riz Jogja

Ini kedai mi yang belum lama buka tetapi menurut saya cukup menjanjikan. Dengan mi gepeng yang khas, cita rasa yang mereka sajikan memang nikmat. Terletak di pojokan alun-alun, berada di sebelah kiri dari arah lampu merah Jl. Basuki Rachmat, Riz Jogja cukup mudah ditemukan. Walau tempatnya tak terlalu luas, tapi cukup buat kongko bareng teman-teman dekat seperti yang pernah saya alami sewaktu meetup selepas lebaran bersama anggota Komunitas Bloger Megilan (KBM).

Minya enak, ayam kalasan juga sedap. Jus dan aneka minuman tinggal dipesan sambil kita nikmati lalu-lalang kendaraan dari atau menuju alun-alun. Kalau kelamaan nunggu pesanan atau pas sedang betah nongkrong di sana, kita bisa langsung shalat di Masjid Agung yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ruko yang ditempati Riz Jogja sebelumnya adalah gerai pizza yang tampaknya kurang berhasil di kota kami. Riz Jogja mantap kok!

4 – Barata Café 73

Ada selentingan Barata Café dan Lik Coffee awalnya adalah satu kongsi yang kemudian pecah menjadi kompetitor. Yang jelas, kini keduanya sama-sama sukses dan membuka cabang di mana-mana dengan pengunjung yang hampir selalu ramai. Lokasi Barata Café 73 tepat berada di sebelah barat Lik Coffee Pahlawan yang berarti keduanya siap bersaing head-to-head. Kami pernah berkunjung ke sini saat KBM diwawancarai oleh wartawan lokal dari Radar Bojonegoro.

Barata Café 73 punya dua lantai dengan pemandangan sunset yang indah pada sore hari. Pernak-pernik kafenya juga unik seperti telephone booth ala Inggris yang kondang itu. Di depan kafe dibangun Menara Eiffel tiruan yang membuat café ini mudah ditemukan karena punya ciri yang khas. Jangan lupa memesan wedang uwuh yang mantab banget walau porsinya mini. Sambil menyeruput di lantai dua dengan pandangan lepas tanpa batas, sedaaap….

5 – Aconk Café

Tempat terakhir ini juga kafe yang jaringannya mulai bermunculan di mana-mana di Lamongan kota. Yang pernah kami sambangi, dan sepertinya memang yang paling ramai, adalah Aconk Café di Jalan Veteran tak jauh dari kampus Unisla atau Universitas Lamongan. Veteran adalah jalan pendidikan karena banyak institusi sekolah berada di deretan jalan ini. Tak heran jika pengunjung Aconk selalu ramai karena tempat kos juga banyak di sekitar sini.

Dengand desain dua lantai dan tempat yang luas, Aconk memang memanjakan pelanggan. Menunya beragam, bisa sewa LCD projector dan sound system sesuai kebutuhan, juga full music, membuat Aconk tak mudah dilupakan. Namun kalau harus memilih, untuk bekerja yang paling enak adalah Barata Café 73 karena lantai dua lebih kondusif dengan hamparan sawah di depannya.

Jadi itulah beberapa tempat nongkrong di Lamongan, kota kecil yang kini saya diami. Tak banyak tempat kongko kekinian atau coworking space seperti kota-kota besar, tetapi minimal ada tempat buat nongkrong sambil melepas penat tanpa harus berwisata jauh. Bagaimana dengan kota kalian, BBC Mania? Adakah warung kopi ang begitu banyak merajalela?

6 Comments

  1. Meuni menggiurkan wedang secangnya, seger! Perpustakaan emang tempat yang asyik buat kongko sambil cari ide. Ga perlu pesan apa-apa, biar hemat hihihi. Kalau ada uang sih enak sekalian ngejus di kafe, murah murah kan….

    Like

Tinggalkan jejak