Budaya setiap tempat di seluruh dunia sungguh sangat beragam. Apalagi Indonesia dengan suku dan bangsa yang serbaneka, budaya dan tradisinya begitu kaya yang telah bertahan hingga puluhan tahun. Tak terkecuali Lamongan, kota kecil yang terletak di pesisir utara Jawa dengan kuliner dan wisata yang khasbelu—termasuk tempat nongkrong yang semakin bermunculan.
Cakupan budaya tentu sangat luas, nyaris melingkupi semua aktivitas manusia baik masa lalu maupun masa kini. Beberapa hal berikut bisa saya catat sebagai pengetahuan bagi BBC Mania yang belum pernah berkunjung ke Lamongan bahwa kami memiliki tradisi yang berbeda atau malah aneh.
1 – Wanita Melamar Pria
Sebelum menikah, lazimnya pihak calon suami akan mengunjungi pihak calon istri untuk melakukan lamaran. Tapi di Lamongan, justru hal sebaliknya yang terjadi. Meskipun tradisi wanita melamar pria sudah mulai terkikis, tetapi keunikan ini layak diceritakan sebagai bagian dari budaya yang pernah eksis karena memiliki sejarah di masa lalu.
Menurut cerita rakyat
setempat, dahulu kala Bupati/Adipati Panji Puspa Kusuma yang memimpin Lamongan
mempunyai dua putra rupawan bernama Panji Laras dan Panji Liris. Ketampanan mereka
meniru saya dikenal di mana-mana sehingga tak heran banyak gadis yang
terpikat oleh pesonanya.
Dua putri Wirasaba asal Kediri, sumber lain menyebutkan dari Kertosono, pun takluk pada ketampanan putra Lamongan kembar tersebut. Sayang sekali, ketika kedua putri mendarat di bumi Lamongan, sebuah insiden kecil terjadi yang membuat lamaran dan pernikahan urung dilakukan. Terjadilah perang antara pihak Lamongan dan Wirasaba. Panji Laras dan Panji Liris tewas terbunuh.
Dari sinilah asal usul kenapa pihak wanita terkesan lebih agresif dengan meminang calon mempelai pria. Pernah saya dengar ada kasus lamaran yang berjalan alot, kalau tak salah antara Lamongan dan Jombang, karena kedua pihak mempertahankan budaya masing-masing dengan menunggu dilamar.
2 – Cinjo
Cinjo atau tinjo adalah mengirimkan makanan kepada orang yang dianggap tua dalam silsilah keluarga. Misalnya adik kepada kakak, ponakan kepada paman/tante, dan seterusnya. Makanan yang dikirim biasanya yang siap santap seperti gulai atau kari ayam, nasi putih, bandeng kuah, dan kadang dengan tambahan kue. Cinjo dilaksanakan menjelang Idulfitri dan pengirim kerap mendapatkan uang sebagai imbalan saat pulang.
3 – Megengan
Megengan adalah berbagi nasi berkatan dengan lingkungan sekitar ketika puasa Ramadan berakhir. Biasanya warga satu RT secara bergiliran menyediakan berkatan berisi nasi dan lauk dibungkus plastik untuk dibagi sesama warga. Kadang dilakukan serentak, tetapi sering kali dihelat dalam beberapa hari agar masing-masing tidak kesulitan membawa berkatan terlalu banyak.
4 – Lebaran Ketupat
Kelezatan lepet, mana bisa ditahan!?
Lebaran ketupat adalah momen yang paling saya nantikan. Setelah berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, masyarakat di desa kami langsung menyambung dengan puasa enam hari, yakni tanggal 2-7 pada bulan Syawal. Tanggal 8 Syawal jemaah setempat berkumpul di serambi masjid selepas shalat Subuh untuk menyantap ketupat dan lepet bersama-sama. ini sebagai tanda bahwa puasa Syawal sudah berakhir karena 6 hari sebelumnya kami tak bisa makan setelah Subuh.
Nikmat sekali ikut acara ini. Bercengkerama dengan warga sambil bertukar ketupat dan lepet yang dibuat oleh tangan-tangan andal khas desa. Selain lebaran ketupat, sebenarnya ada kesempatan lain saat kami menyantap ketupat-lepet di masjid. Biasanya diadakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban selepas magriban.
Bagaimana dengan budaya di kota kalian, BBC Mania? Adakah tradisi yang unik atau malah terkesan aneh tetapi masih dilestarikan hingga kini?
Tradisi tinjo atau cinjo itu lo yang rada menguras kantong, karena sekarang mulai memilih yang praktis seperti parcelan barang mentah seperti gula, minyak goreng, teh atau kopi, masih juga di tambah cemilan lebaran lainnya.
Yang dikirimin pun nggak cuma satu orang, kalo keluarganya besar bisa lebih dari 15 orang juga.
LikeLiked by 1 person
Iya, bisa tekor juga kalau kita jadi pihak muda yang punya banyak paman atau kakak, hehe.
LikeLike
Budaya wong wadon ngelamar wong lanang kuwi sak weruh ku .. Aku wis urip 50 tahun ora tahu weruh budaya kuwi…. Iku lamongan ngendi
LikeLike
Bisa tekor ya budaya cinjo kalau keluarganya banyak, apalagi jadi termuda hehe. Tapi budaya lamaran itu unik juga ya walaupun sekarang udah jarang dilakukan. Intinya tiap daerah punya tradisi yang unik. Ngiler sama lepetnya 🙂
LikeLike
Ya lumayan kalau cinjo mah. Yang penting silaturahmi tetap terjalin.
LikeLike
Kalau lebaran ketupat di area Lamongan Pantura, sangat sangat ramai ada festival dan arak arakannya juga….
Kalau adat yg pertama, beberapa pasangan sudah ada yg tidak mau melakukannya,
LikeLike
Oh pakai arak-arakan ya, beda wilayah beda budaya padahal masih satu kabupaten.
LikeLike
Klo budaya medit apakah ada?
LikeLike
Tidak ada, Mas. Kalau yang dimaksud medit adalah kikir, saya pikir itu kembali kepada pribadi masing-masing, di budaya mana pun ada orang begitu.
LikeLike