Udara Semarang yang panas tak menyurutkan langkah kami menuju gedung rektorat. Deru mesin bus tanpa pendingin udara itu meraung-raung saat menanjak di Gombel, tak jauh dari tujuan kami. Sesekali saya melihatnya mengibaskan tangan atau membetulkan kerah kaus demi menghalau panas yang menyengat. Begitu tiba di gedung yang kami tuju, wajah kami berdua semringah tak peduli baju kami kepang-kepot dan sedikit mbladus, juga kumal karena keringat.
Maklumlah, kami orang kampung yang akhirnya bisa kuliah di universitas negeri. Alih-alih berpikir soal fashion, bisa makan 3 kali sehari pun sudah untung. Saya Rudi, berangkat dari Lamongan setelah ayah meninggal setahun sebelumnya. Dia Mustofa, teman asal Jepara yang ayahnya sehari-hari mengayuh becak. Setelah lolos seleksi PMDK, kami berdua rasanya memang ‘berjodoh’ dan sejak saat itu kehidupan kami selalu bersinggungan bahkan setelah sama-sama berkeluarga.
Adegan yang saya ceritakan di awal adalah kebersamaan kami sewaktu mengajukan penundaan pembayaran SPP. Selain beberapa kali menunda SPP, kami juga berburu beasiswa bersama. Kebanyakan pengajuan berhasil dan memang sangat meringankan beban kami sebagai mahasiswa pas-pasan. Namanya Mustofa, namun saya memanggilnya Mtv sebagai kependekan namanya. Lebih singkat dan lebih akrab. Izinkan saya mengisahkan sejumlah fragmen dalam hidup yang menegaskan perannya sebagai sahabat yang sangat berjasa. Bukan hanya kontribusi secara materiil, tapi jadi sosok yang benar-benar inspiratif.
Kerja keras dan kemurahan hati
Saya akui Mtv adalah pribadi yang tangguh. Selama kuliah dia tak sekali pun meminta sokongan dana dari orangtuanya. Berbeda dengan saya yang masih sering berharap mendapat kiriman dari ibu karena kakak saat itu masih pengangguran. Kondisi ekonomi keluarganya memang turut membentuk keuletan sikapnya. Di sela jadwal kuliah, setiap hari ia menjadi pelayan toko, tak jauh dari tempat saya indekos. Mungkin bukan side-job yang ideal bagi mahasiswa kebanyakan. Soal mfenginap, ia tak perlu membayar uang kos karena ia ikut mengelola rumah seorang warga di belakang kampus yang difungsikan sebagai mushola dan tempat aneka kegiatan.
Saya jadi kecipratan kemurahan hatinya. Tak jarang saya singgah ke toko itu lalu kami memasak mi rebus bersama. Dua bungkus mi ditambah telur, aduhai sedap sekali bagi orang yang kelaparan. Sesekali saya pun main ke ‘kos’nya lalu menginap dan tentu saja dijamu makan cuma-cuma. Tak hanya itu, saat ada proyek, ia tak lupa mengajak saya. Suatu hari kami menerjemahkan buku teks dari anak jurusan lain. Walau dia mahasiswa jurusan sastra Indonesia, namun lumayan mampu berbahasa Inggris. Di kesempatan lain saat hendak lulus, dia merekomendasikan nama saya kepada seorang dosen kenalannya untuk berpartisipasi sebagai surveyor pada sebuah riset yang diselenggarakan oleh lembaga pemasaran terkemuka. Honornya tentu saja bikin hati kami berbunga-bunga.
Belajar Leadership
Karena orangnya easygoing, luwes, dan tulus, tak heran jika lingkaran pertemanannya luas. Keaktifan di organisasi intra maupun ekstra akhirnya mengantarkannya ke tampuk pimpinan mahasiswa yakni ketua BEM fakultas. Saya patut menduga pergaulannya yang lapang, sifatnya yang egaliter, dan kemauan untuk terus belajar menjadi pendorong utama melesatnya dia sebagai mahasiswa nomor satu di seantero kampus.
Mahasiswa pintar tentu banyak, namun yang bisa menjangkau berbagai aliran kemahasiswaan dengan kegembiraan jelas tak banyak. Mtv salah satunya. Diam-diam saya belajar banyak tentang kepemimpinan dan bagaimana berkiprah di dunia publik tanpa mengkhianati diri sendiri. Ia tetap menjadi dirinya sendiri, yang autentik apa adanya, bisa masuk ke kalangan mana saja, dan menjalaninya dengan penuh ketenangan. Itulah kelebihan yang saya lihat ada pada Mtv—yang saya harap bisa memiliki.
Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan ia wujudkan dengan menjadi pembimbing asrama di sebuah sekolah bertaraf internasional kerja sama Indonesia dan Turki. Maka tak mengherankan jika ia langsung menjadi staf pengajar di jaringan sekolah tersebut pada saat teman-teman seangkatan kelimpungan mencari kerja dan berburu aneka lowongan. Melihat Mtv adalah melihat perjuangan orang biasa menjadi luar biasa. Ketika menjadi guru, ia menjadi guru istimewa. Murid-murid enjoy bergaul dengannya, sedangkan sekolah mengandalkannya di banyak kegiatan penting mulai dari acara berskala lokal hingga event bertaraf nasional.
Mertua berpulang dan motor hilang
Takdir membawa saya bekerja di Bogor sebagai editor di penerbit buku sekolah, sementara Mtv mendapat tugas mengajar di Pondok Cabe, Tangerang. Hingga kami berdua sama-sama menikah, kami tak pernah memutus kontak. Bahkan persahabatan kami semakin erat. Sampai suatu hari ibu mertua sakit dan harus diopname. Saat itu saya sudah resign karena alasan kesehatan dan memutuskan menjadi freelancer.
Karena sedang sepi job, saya kemudian menawari Mtv agar membeli laptop saya yang masih terbilang baru. Beberapa bulan sebelumnya saya kebetulan mendapat hadiah berupa netbook sehingga melepas laptop tak akan mempengaruhi kinerja saya sebagai editor dan penerjemah freelance. Rupanya kakak iparnya berkenan membeli laptop itu dan bahkan menjemputnya langsung di Depok. Biaya rumah sakit pun terbayar dan ibu diperbolehkan pulang.
Beberapa bulan kemudian, ibu mertua masuk rumah sakit lagi. Kini kondisinya jauh lebih parah. Maklum beliau sudah dua atau tiga kali mengalami stroke. Otomatis kami pun perlu menyumbang untuk perawatan beliau. Masalahnya, uang yang dibutuhkan kali ini jauh kebih besar. Saya melirik motor yang masih baru, dengan maksud akan melegonya karena bisa cepat diuangkan. Di luar dugaan Mtv dan istrinya berkunjung ke rumah sakit dan memberi kami pinjaman lunak. Jumlahnya setara sebuah motor bekas. Kami bebas mengembalikan kapan saja!
Hati kami membuncah, tak dapat menyembunyikan kelegaan luar biasa. Beberapa hari kemudian ibu mertua dipanggil Sang Kuasa. Kami tak menyesal berutang kepada Mtv walaupun ibu akhirnya pergi, apalagi Mtv tak pernah mempersoalkan atau bahkan menyinggung utang itu. Belum juga utang terbayar, tak lama berselang, anak kedua kami lahir. Walau sanggup membayar biaya operasi Caesar, sehari setelah kami pulang dari rumah sakit bersalin, motor yang kami niatkan untuk bayar utang itu ternyata dicuri orang saat berada di sebuah minimarket. Lutut saya lemas seketika; si sulung hanya terdiam saat saya peluk sembari menunggu tukang ojek untuk mengantar kami pulang.
Dua malaikat suatu siang
“Gini, Rud,” ujar Mtv akhirnya memecah kesunyian. Ruang tamu yang mungil itu masih senyap. Kira-kira sejam sebelumnya Mtv dan istri mengunjungi kami untuk melihat bayi yang baru lahir. “Kami sudah pikirkan … dan kami putuskan untuk merelakan utang yang waktu itu.” Kata-kata Mtv menggantung, membuat saya dan istri tak percaya apa yang baru saja kami dengar. Ternyata kami tak salah dengar: mereka datang untuk mengikhlaskan uang yang pernah kami pinjam! Kosong, nol, bersih …. Saya rasakan kedua mata mulai panas karena air mata. Saya lihat istri tak sanggup berkata-kata lagi.
Tangisan pecah ketika Mtv berujar lagi, kali ini lebih singkat. “Dan tolong terima ini ya!” suaranya lirih sambil mengangsurkan sebuah kunci motor. Kami tak sanggup menerimanya, tapi mereka memaksa. Kejadian motor hilang itu telah sampai ke telinga mereka. Alih-alih menagih utang, mereka datang justru untuk memutihkan catatan utang piutang dan bahkan menghibahkan sebuah motor yang belum lama Mtv lunasi di sebuah leasing. Yang saya ingat waktu itu saya memeluknya kuat-kuat sambil terisak.
Orang boleh menafsirkan semua pemberian mereka tidak sepenuhnya tulus karena pada saat yang sama kudengar mereka sedang berikhtiar untuk memperoleh keturunan yang sudah 3-4 tahun dinanti-nantikan. Kegiatan berbagi secara “gila” semacam itu boleh jadi untuk memancing agar Tuhan menganugerahi mereka keturunan. Yang kutahu, bahkan setelah mereka mendapat keturunan pun (yaitu sekitar sebulan pasca menghibahkan motor), Mtv dan istrinya masih keranjingan membagi-bagikan apa saja yang mereka punya kepada tetangga dan siapa pun yang butuh.
Hingga akhirnya mereka mengontrak rumah mungil dan hidup sangat sederhana. Bukan lantaran tak mampu, tapi harta mereka memang lebih banyak dimanfaatkan untuk membantu. Sungguh saya belajar dari Mtv tentang semangat berbagi. Dalam konteks itu jugalah kami menjalankan Bright English Institute selama tiga tahun di Bogor dan kami lanjutkan di Lamongan hingga kini demi membagikan ilmu secara cuma-cuma kepada masyarakat sekitar sebagai wujud pengabdian. Walaupun akhirnya kami bisa ‘mengembalikan’ utang yang pernah dihapuskan, namun kebaikan hatinya tak mungkin dikompensasi dengan uang.
Banjir bandang, aku tak datang
Foto-foto ruangan penuh lumpur mengejutkan saya. Buku-buku, perabot rumah tangga, hingga kasur hanyut diterjang banjir bandang. Pemandangan menyedihkan itu dibagikan oleh seorang teman yang dulu seangkatan kuliah dengan Mtv. Saya pun berusaha mengonfirmasi kebenaran berita bahwa rumah Mtv tersapu banjir. Ternyata betul, belum lama ini Mtv yang kini ditugaskan mengajar di Bandung mengalami ujian cukup berat. Saat ia berada di sekolah, banjir datang menerjang tanpa ampun. Istrinya harus melindungi dua anak sewaktu air bah mengamuk. Syukurlah, mereka selamat. Tak ada barang yang bisa diselamatkan selain motor dan mobil mungilnya yang hampir tercebur di bibir sungai namun akhirnya bisa diderek penuh perjuangan.



Ingin rasanya saya meluncur ke Bandung untuk sekadar memberi hiburan. Sayang sekali saya bukan sahabat sejati yang sepeduli itu. Saya membual dengan alasan dan selama ini cenderung memanfaatkan kebaikannya. Buktinya saat banjir menyapu rumah seisinya, saya tak berusaha mengunjunginya. Walaupun saya bisa sampaikan bahwa sampai saat ini saya punya problem kesehatan yang menghalangi saya untuk bepergian jarak jauh.
Cara satu-satunya yang paling mungkin adalah mengirimkan sejumlah uang. Namun tentu tak semudah itu. Mtv bakal menolak memberitahukan nomor rekeningnya. Maka percakapan kami melalui WhatsApp hanya berkisar saling menghibur dengan bersabar. Barulah saya teringat bahwa nomor Simpatinya yang sudah lama saya simpan bisa jadi pintu untuk meringankan bebannya. Apalagi kalau bukan lewat TCASH, rekening berbasis aplikasi yang praktis dan menawarkan banyak kemudahan.
Kirim uang lewat TCASH
Tanpa pikir panjang, saya lantas menginstal TCASH di ponsel pintar. Tenang, tak hanya nomor Telkomsel kok yang bisa didaftarkan sebagai nomor akun TCASH. Semua operator seluler di Indonesia dapat kita sulap jadi uang elektrik lewat aplikasi TCASH ini. Cara pakainya sangat mudah. Setelah berhasil menginstal TCASH, kita tinggal mengaktifkannya, isi saldo, dan siap bertransaksi apa saja sesuai kebutuhan.

Agar bisa mengirimkan uang, saya melakukan upgrade ke Grapari dari paket Basic ke Full Service. Saat hendak mengisi saldo, sayang sekali jaringan pengisian di Grapari sedang mengalami kendala. Akhirnya saya memilih mengisi melalui ATM bank BCA yakni mentransfer sejumlah uang lewat virtual account. Praktis dan langsung masuk ke saldo TCASH. Selain ATM BCA, banyak pilihan lain untuk pengisian saldo salah satunya minimarket seperti Alfamart dan Indomaret.

Full service sudah aktif, saatnya pilih nomor Telkomsel milik Mtv. Dulu nomornya Simpati lalu dimigrasi ke kartu Halo sejak bermukim di Bandung 3 tahun lalu. Jadilah proses pemindahan saldo berjalan lancar sebab Mtv pun sudah akrab dengan penggunaan TCASH. Dana yang saya kirim langsung menambah saldo TCASH miliknya. Meskipun jumlahnya tak seberapa, balasan lewat pesan singkat di WA sangat apresiatif.

Semoga paham ya alur percakapannya karena beberapa di antaranya berlangsung dalam bahasa ibu kami, yakni bahasa Jawa. Minimal menangkap spirit nilai berbagi dengan tujuan yang positif. TCASH adalah solusi bagi kita yang mau mengirimkan uang tanpa harus meminta nomor rekening bank. Cocok untuk semua kalangan karena sangat praktis dan fleksibel.
Inspirasi sukses
Pengalaman pertama menggunakan TCASH sungguh menyenangkan. Bukan hanya menyenangkan sahabat yang telah membantu dan menginspirasiku, tetapi juga kenikmatan menjajal fasilitas berdonasi melalui aplikasi yang bikin hati nyaman. Sejak tahun 2011 kami telah mengenal BWA atau Badan Wakaf Al-Qur’an dan sesekali menitipkan donasi di sana. Salah satu program yang menarik saya adalah Water Action for People karena krisis air serupa sering kami alami di kota kami sendiri, terutama di musim kemarau.

Mtv telah menginspirasi saya untuk terus berbagi, seperti mendonasikan air bersih ke sejumlah wilayah di kota kami yang terdampak kelangkaan air sebagaimana yang berhasil saya dokumentasikan berikut bersama komunitas Nasi Bungkus Community (NBC) selama bulan September-Oktober kemarin.
Di luar dugaan, kini saya bisa mengirimkan donasi ke lembaga pilihan tanpa khawatir terlupa atau repot harus ke ATM. Harap maklum, ATM bank BCA tak sebanyak di kota-kota lain, apalagi kantor banknya. Belum lagi saya tak menggunakan fitur Internet banking, maka berdonasi melalui TCASH seperti ini sangat ideal dan produktif. Tanpa perlu ke mana-mana, saya tetap bisa menyalurkan amal dengan beberapa ketukan jari saja. Tak perlu berpanas-panasan, tak perlu bayar parkir, hehe….

Saya masih ingin mencicipi aneka fitur lain yang ditawarkan oleh TCASH, seperti pembayaran untuk belanja online, bayar tagihan ini itu, belanja praktis di 75.000 merchant TCASH, bahkan bayar asuransi. Beragam layanan TCASH sudah menjangkau lebih dari 25 juta pelanggan loh BBC Mania! Selain menjangkau 34 provinsi, aplikasi TCASH Wallet ternyata sudah diunduh lebih dari 8 juta kali, baik di App Store maupun Play Store. Angka yang fantastis kan?!
Kenapa harus TCASH
Beberapa contoh yang saya ceritakan di atas hanyalah segelintir kemudahan yang ditawarkan oleh TCASH. Setidaknya ada lima keunggulan yang layak kita timbang untuk memilih TCASH sebagai model uang elektronik yang kini sudah sangat relevan di era yang serbaterkoneksi secara digital.

Transfer. Saya pribadi sering kesulitan memindahkan dana untuk keperluan tertentu, misalnya membeli token listrik dan membayar tagihan belanja online. Salah satu kendalanya sebab saya tak mengaktifkan Internet banking dan memang saya sengaja cuma menggunakan ATM. Namun mentransfer lewat ATM ternyata repot juga. Karena mesin ATM jauh dari rumah, maka butuh waktu dan usaha untuk sampai ke sana. Selain itu, ATM tidak bisa diakses 24 jam. Nah, TCASH adalah pilihan ideal sebab saya bisa mentransfer ke rekening mana saja, termasuk ke rekening TCASH sahabat saya, Mtv tanpa harus ke mana-mana.
Cash out. Bukan hanya mengirimkan dana, TCASH juga memudahkan kita mencairkannya di banyak gerai. Selain di Grapari, kita bisa dengan bebas menarik uang di minimarket atau ATM bank setelah kita transfer terlebih dahulu. Kepraktisan hidup tanpa membawa banyak uang tunai sungguh bikin tenang kan, BBC Mania?
Accelerate. Kehadiran TCASH mau tak mau menciptakan akselerasi atau percepatan dalam hidup modern. Transfer uang, tarik dana, bayar ini itu, tinggal kita kendalikan dalam genggaman lewat layar smartphone. Dengan TCASH, kepuasan menikmati pengalaman hidup serbadigital mencapai titik optimal, moving our life to the next level!
Social. Seperti saya sebut sebelumnya, setiap bulan kami usahakan mengirimkan donasi secara acak–ke mana saja sesuai kemampuan. Saya pernah mendaftar jadi donatur tetap di sebuah lembaga sosial, namun sayang setelah setahun saya sering lupa mentransfer untuk mereka ketika pindah dari Bogor ke Lamongan. TCASH adalah solusi cerdas bagi siapa pun yang ingin berbagi demi meningkatkan kehidupan sosial orang lain.
Happy. Adalah sebuah keniscayaan kalau kita bahagia saat yang kita harapkan tercapai. Begitu juga dengan TCASH, fitur dan kecanggihannya bukan hanya memfasilitasi kita berbelanja dengan mudah dan cepat–atau sekadar isi pulsa/paket data–tetapi juga mendefinisikan kesuksesan menurut kontribusi yang bisa kita berikan kepada lingkungan sekitar, baik bagi keluarga besar atau sahabat yang berjasa karena menginspirasi kita, seperti Mtv bagi saya. TCASH memungkinkannya!


Nah, kalau masih bingung kasih hadiah buat orang tercinta, kirim saja sejumlah uang lewat TCASH tanpa harus meminta nomor rekening bank mereka. Kalau repot mau balas jasa teman yang sudah berjasa bagi pencapaian hidup kita, tak ada salahnya membelikan benda favorit seperti gadget atau jam tangan melalui toko online yang bisa kita bayar #pakeTCASH. Apa pun yang kita berikan, tentunya itu istimewa sebab didasari oleh rasa sayang dan ketulusan. Entah kepada sahabat, pasangan, anak atau anggota keluarga yang punya peran penting selama ini.
Seperti pengalaman saya yang begitu puas setelah ‘membalas’ jasa seorang sahabat yang telah menginspirasi saya untuk terus berbagi dan menjadi pribadi yang sukses dalam pengertian seluas-luasnya. He was nobody and now he is somebody. Orang desa yang berasal dari keluarga biasa kini mengajar di sekolah Internasional, bahkan sudah pernah menjelajahi Turki.
Kemudahan aplikasi TCASH kupersembahkan #BUATKAMU, wahai Sahabatku, sang inspirator sukses! Sungguh dana yang kukirim hanyalah setitik dibanding keluasan hatimu. Menutup tulisan ini, saya ingin menampilkan kutipan yang pernah saya baca di sebuah buletin. Apakah BBC Mania punya sosok yang berani berkorban demi kemajuan dan kebaikan kita?

Thank you, Mtv. Thank you, TCASH!

Terima kasih Saudaraku….
LikeLiked by 1 person
Aku yang makasih, Brow!
LikeLike
Mtv juga menginspirasi saya, kang. Tentunya setelah baca posting ini.
Berbagi tak pernah rugi. Tcash mempermudah berbagi itu.
LikeLike
Alhamdulillah jika kisahnya bermanfaat, Mas. Betul banget, buktinya dia semakin sukses sekarang. Terima kasih, apa kabar Ambon?
LikeLike
alhamdulillah bisa berwakaf dengan mudah ya mas dengan TCash… semangat menebar kebaikan #jejakbiru
LikeLike
Betul, kecanggihan teknologi ini sangat memudahkan kita berbagi, Mas. Tak perlu repot berbagi karena nominal berapa saja tinggal kirim, dan beres! Yuk pasang TCASH juga Mas! Terima kasih sudah mampir ke sini.
LikeLike
Trend masa depan kan uang digital yah. TCASH mewujudkan itu. Kerennya lagi bisa untuk donasi. Jadi engga ada alasan engga sedekah deh…
LikeLike
Betul, Mbak. Saya sangat terbantu oleh TCASH terutama untuk meringankan beban sahabat yang dulu pernah sangat berjasa sewaktu kami masih susah. Donasi juga sangat mudah, jadi ga bisa alasan lagi hehe….
LikeLike
Saya sampe ikut ndredeg Pak baca ceritanya. MasyaAllah… ada ya Pak orang seperti beliau yang baiknya kayak gitu…
LikeLike
Aku pun tak percaya kalau ingat percakapan siang itu, Ka. Ya nyatanya ada, dan aku merasa belum bisa balas sampai sekarang.
LikeLike
Nggak ada batas untuk berbagi kebaikan ya, Mas. Bagus sekali kisahnya. Sangat menginspirasi. Kebetulan aku pakek simpati, pengin install juga ah
LikeLike
Yup, ada TCASH jadi bersyukur banget, sekarang isi pulsa atau paket data enggak perlu melipir ke mesin ATM yang lumayan jauh dan memakan waktu. Cukup pencet-pencet aja, dah beres, bisa buat isi paket nomor siapa saja. Bantu temen juga gampang, tinggal transfer ke nomor TCASH-nya. Ayo instal juga, aplikasinya enteng kok Mbak Damar!
Eh, OOT, anak kedua Mtv namanya juga Aisyah loh! hehe … 🙂
LikeLike
Cobaan memang datangnya tak pandang bulu ya. Masih bersyukur banjir bandang tidak memakan korban jiwa. Good luck buat lombanya.. .
LikeLike
Betul, Mbak. Untunglah banjir hanya melahap barang-barang, tanpa memakan korban manusia. Terima kasih ya sudah main ke sini.
LikeLike
Berbuat baik sekarang mudah ya di era sekarang, bisa kirim donasi lewat handphone. Saya juga pernah merasakan gimana rumah tergenang banjir.
LikeLike
Betul banget, Mbak. Makin canggih makin mudah. Saya jadi gampang kirim kirim dana dan terutama beli token listrik yang paling rutin.
Sedih ya Mbak kalau kena bencana tak terduga.
LikeLike
Wah mas Mtv sungguh murah hati sekali. Saya pun jadi belajar dari cerita ini untuk terus berbagi 😀
LikeLike
Iya Mbak April, diam-diam saya jadi pengin niru sebisa mungkin, Makasih sudah main ke sini ya.
LikeLike
Belum pernah cobain TCash, karena hpku CDMA
LikeLike
Semua HP bisa Mas asalkan pakai Andoid, saya bukan pengguna Telkomsel tetap bisa instal dan manfaatin fiturnya. cOba aja Mas! Praktis kirim kirim dan beli-beli.
LikeLike
Wah… saya mau ninggalin jejak ah. Udah lama banget gak blogwalking ke blog Mas Rudi. Kisahnya menginspirasi sekali, Mas Rudi. Semoga bermanfaat untuk semua pembaca, termasuk saya. Aamiin.
Btw, saya juga pengguna TCASH nih, udah lama bnget malah sejak awal rilis dulu tahun 2015. Selalu senang memanfaatkan berbagai layanan TCASH beserta promo2 nya pastinya. Mampir ke blog baru saya ya mas, Bangfirman.com Hehee 🙂 🙂
LikeLike
Terima kasih, Mas Firman. Iya, TCASH terasa betul manfaatnya. Selain transfer ke nomor TCASH, bisa juga berdonasi gampang dan isi token listrik yang sering saya butuhkan.
LikeLike
Keren sangaaatt!
Berkah berkah berkaaahhh buat kalian yaaa
😀
Congrats mas!
LikeLike
Alhamdulillah, Mbakyu. Terima kasih doa Mbak Nurul! 🙂
LikeLike
Masya Allah kisahnya inspiratif sekali. Semoga kami bisa meneladaninya …
LikeLike
Terima kasih, Bunda. Saya juga berdoa demikian untuk saya peribadi.
LikeLike