SabtuRebahan diawali tagar (hashtag) telah menjadi trending topic di Twitter selama beberapa waktu dengan pendukung yang cukup fanatik. Sebagai sebuah tema di jagat media sosial, #SabtuRebahan adalah sebuah inisiatif yang unik, yang memberi ruang bagi siapa saja yang tak terlibat dalam hiruk pikuk weekend yang mainstream untuk memilih kegiatan sendiri. Jomblo bisa gegoleran di kamar kos atau rumah sambil menonton film di laptop. Pasutri yang sedang bokek atau memang malas bepergian bisa leluasa bercengkerama bareng keluarga sambil mencicipi camilan buatan sendiri.
#SabtuRebahan adalah kemerdekaan yang mewah, yang sangat mungkin tak dimiliki oleh sembarang orang. Sebagian orang tampak sibuk lembur di kantor atau sebagian lain terlihat asyik berlibur padahal belum tentu ingin berada di sana. Jauh di lubuk hati terdalam, boleh jadi mereka menghendaki kegiatan santai di rumah, entah berkebun atau bahkan sekadar mengobrol santai, yang bisa termasuk dalam aktivitas #SabtuRebahan.
Rebahan di Rumah Sakit
Sayangnya, Sabtu akhir Desember lalu kami bukan rebahan di rumah, melainkan di rumah sakit. Lama sekali menunggu dokter untuk memberi izin kepulangan. Setelah diopname sejak Selasa dan menjalani kuretase hari Jumat, Bunda Xi didera kebosanan dan ingin segera pulang. Apalagi saya yang tak bisa tidur nyaman selama menungguinya. Terbayang rumah mungil kami yang selalu kami rindukan.

Sabtu sore akhirnya tiba di rumah, setelah mampir ke Riz Jogja untuk membungkus makanan buat santap malam. Di sana juga ketemu teman baru yang akan saya ceritakan selanjutnya di tulisan ini. Di rumah hawa rebahan begitu kuat, habis magrib saya tertidur sampai bangun tengah malam buat shalat Isya.
5 Hal Layak Dikenang
Berikut ini beberapa kejadian yang menurut saya ajaib dan layak diabadikan dalam tulisan karena punya signifikansi yang perlu diingat entah sampai kapan. Ini peristiwa-peristiwa kecil, ibarat fragmen trivial yang mungkin tak penting buat orang lain. Saya sepenuhnya sadar saya bukan Nia Ramadhani yang hal paling sepele pun jadi sorotan media. Untunglah ada blog yang memungkinkan saya menuliskan mosaik-mosaik berikut ini.
1 – Kunjungan ke luar kota
Tahun lalu saya beruntung bisa ke Bandung untuk ikut meramaikan ultah BCC ke-4 dalam rangka BloggerDay2019 dan pulang membawa oleh-oleh fenomenal khas Bandung. Selain Kota Kembang, saya berkesempatan mengunjungi Jember bulan Juni dalam acara Sueger Famtrip 2019. Bukan hanya pesona pantainya yang memikat, tetapi juga pesta rakyat Waton yang unik dan kreatif. Belum lagi kopi dan cokelatnya yang nikmat banget, cocok jadi destinasi murah meriah buat keluarga.
Agustus saya gembira bisa bergabung dengan teman-teman relawan Kelas Inspirasi Ponorogo. Walau gagal menyesap harum kopi dari Kecamatan Ngebel, dawetnya yang khas membuat saya gagal muvon dari Bumi Reyog. Untunglah September disambung kunjungan singkat ke Kota Apel. Meski cuma dua hari semalam di Malang, kunjungan ke Kampung Kajoetangan dan Malang Night Paradise sungguh sangat berkesan.
Oktober saya kembali jadi relawan pengajar dalam Kelas Inspirasi di Pemalang, Jawa Tengah. Cukup senang karena bisa kopdar dengan sahabat semasa kuliah saat saya transit sebentar di Semarang. Pemalang punya kopi khas di Pulosari, tapi tak sempat saya cicipi. Pengalaman mengajar anak SD kian bertambah saat ikut KI Madiun bulan November. Ketemu sahabat lama juga dan puas menikmati aneka pecel di kota yang terkenal dengan sebutan Kota Pendekar ini.
2 – Hadiah berlimpah
Selain hadiah ngeblog di awal tahun, ada hadiah berlimpah di akhir tahun. Selama bulan Desember ada tiga kejutan yang menyenangkan. Pertama, mendapat email tawaran content placement seputar wisata yang honornya ditansfer seketika setelah report saya kirimkan. Di saat banyak fee pekerjaan yang mundur, kehadiran tawaran ini sangat menyegarkan.
Kedua, hadiah smartphone dari IM3 Ooredoo dari kuis #SatukanSemangatmu. Samsung Galaxy A30 disertai kaus Indosat keren pun mendarat di rumah tak lama setelah nama para pemenang diumumkan. Hadiah berikutnya datang dari sobat di Twitter yang mengirimkan saldo OVO cukup besar. Alhamdulillah….
3 – Ketemu kawan lama
Sewaktu menunggu kepastian jadwal kuretase Bunda Xi, saya sempat makan pagi di pujasera rumah sakit daerah. Saat menyendok nasi pecel, terlihat wajah tak asing yang tengah membeli sesuatu di sebuah kedai. Kusapa dia dan betul, ternyata ia teman sekelas saat kelas 3 SMP dulu. Itu pertemuan pertama setelah kami lulus 22 tahun lalu. Setelah bertukar kabar, dia pun bercerita.
Anak keduanya punya masalah tumbuh kembang. Meski berusia 6 tahun tetapi si anak belum lancar jalan dan belum pula bisa berbicara. Sudah 4 tahun anak mereka menjalani terapi di RSUD ini. Waktu yang tak singkat apalagi buat sang ibu yang tentu disibukkan dengan ini itu. Perjumpaan yang tak direncanakan, tapi semoga membawa berkah dan kebaikan bagi kami semua.
4 – Buku istimewa yang bikin gede rasa

Bulan Desember seorang teman bloger mengirimkan buku bersampul biru. Buku berisi bunga rampai pengalaman hijrah ini sangat menggugah. Kebanyakan berupa ujian masa lalu yang cukup berat–antara lain seputar keluarga hingga keuangan–disertai langkah ekstrem sebagai solusinya, yang sering bertentangan dengan keyakinan publik pada umumnya. Lebih lengkap akan saya tuliskan ulasannya nanti di blog ini.
Ada satu kisah yang begitu mirip dengan apa yang kami alami. Tulisan pembuka ini berkisah tentang penulis yang harus menjalani operasi akibat hamil anggur yang gagal. Yang jadi masalah, pasutri muda ini baru merangkak dari segi ekonomi. Penulis tak sanggup membayangkan dengan apa mereka akan membayar biaya operasi berjuta-juta sementara menurut penuturan suaminya saldo rekening terakhir hanya tinggal 100 ribu rupiah.
Musibah yang dialami penulis pun tersebar begitu cepat. Lantas bantuan dana datang berturut-turut. Tak terduga jika uang seratus ribu akhirnya terakumulasi menjadi belasan juta berkat dukungan dari jaringan pertemanan mereka. Bukan hanya bisa menutup biaya operasi, tetapi juga cukup untuk ongkos kontrol dan biaya hidup setelahnya. Sungguh cerita mengharukan yang saya bayangkan akan terjadi pula pada saya kemarin.
Saat Bunda Xi harus dikuret, jujur hanya ada uang tak sampai 500 ribu karena banyak honor menulis yang belum cair. Terbayang kesulitan membayar biayanya sementara saya tak punya akun BPJS. Suatu siang saya sampai bermimpi tentang seorang kawan yang meminta nomor rekening untuk ditansfer sekian dana. Kebetulan kabar gugurnya kandungan istri saya telah sampai ke grup yang ia kelola. Rupanya saya terlalu gede rasa, tanpa menyadari siapalah saya yang layak mendapat keajaiban seperti penulis buku tadi.
5 – Pembeli gila
Syukurlah hadiah smartphone datang tepat pada saat dibutuhkan. Begitu istri masuk rumah sakit, saya langsung memotret dan menawarkannya di marketplace Facebook. Rupanya langsung banyak yang menawar. Dari sekian banyak peminat, ada seorang calon pembeli yang terbilang unik, bahkan mungkin gila. Ia tertarik membeli smartphone itu tanpa menawar dan bersedia mentransfer separuh harga sebelum kami bertemu karena ia tinggal di Tuban.
Saya jujur saja galau karena khawatir ini penipuan. Begitu saya kirimkan nomor rekening, ia pun mengirimkan uang sesuai kesepakatan. Uang itu langsung saya tarik lewat ATM saat istri sudah dioperasi dan diperbolehkan pulang. Walhasil, kami bisa pulang dengan hati tenang antara lain berkat kebaikan hati pembeli ‘gila’ itu. Seorang kawan yang biasa memberi order layout buku juga berkenan mengirimkan fee padahal job baru dikirim minggu depan. Akhirnya beban terangkat sepenuhnya ketika saya bertemu pembeli gila itu di kedai alun-alun kota untuk serah terima barang dan menuntaskan pembayaran.
Inilah kisah atau fragmen sepanjang 2019 yang penuh kenangan, semuanya adalah ujian yang semoga menguatkan. Aamiin. Yang enak atau tak enak, sama-sama ujian. Yang terlewat atau hilang, tak perlu disesali. Yang penting kita tak luput mencatat apa saja yang sekiranya punya arti sebagai bahan pembangun masa depan.
Kilas balik yang semoga bermanfaat, menjadi bekal semangat di tahun baru agar lebih banyak berkat.
1 Comment