9 Hal yang Saya Rindukan Sebelum Pandemi Datang

Tak terasa pandemi sudah memasuki tahun kedua. Sebenarnya bukan ‘tak terasa’, tapi karena virus tak kunjung lenyap dan bahkan angka kasus malah meningkat, inilah yang membuat kita seolah mati rasa. Setiap hari mendengar kabar duka dari mana-mana, dari lingkaran jauh sampai circle orang-orang terdekat kita. Begitu kerap berita orang wafat tersebar, dalam kadar tertentu saya sampai-sampai kesulitan menentukan respons, harus bilang apa lagi selain tentu selain mengucapkan kalimat istirja.

Meratapi nasib jelas bukan solusi, apalagi menebar hoaks dan provokasi setiap hari di tengah kabut pandemi saat ini. Sambil menaati prokes yang dianjurkan, saya tergoda membayangkan hal-hal yang biasa saya kerjakan ketika pandemi belum datang. Hal-hal kecil dan mungkin seolah remeh entah mengapa kini sangat saya rindukan, ingin sekali saya kerjakan dengan penuh kenikmatan.

Yang dirindukan sebelum pandemi

1 | Kelas Inspirasi

Kegiatan pertama yang paling kangen saya lakukan adalah ikut kelas inspirasi (KI). Betapa tidak, saya seolah sudah ketagihan ikut kelas inspirasi sampai jauh-jauh meluncur ke Pemalang tahun 2019 silam. Dimulai dari KI Lamongan pada Februari, berlanjut ke Kipo di Bumi Reyog pada bulan Agustus, lalu bertolak ke Pemalang bulan Oktober, dan ditutup oleh KI Madiun pada bulan November yang sangat berkesan.

Pengalaman ikut Kelas Inspirasi di Ponorogo

Kelas Inspirasi adalah cara paling asyik mendapatkan teman dan pengalaman baru. Lewat KI, saya bisa berpetualang secara unik, mengunjungi tempat-tempat baru dan mengenal orang lokal yang mungkin sulit saya dapatkan dengan aya traveling pada umumnya. Selalu ada sensasi kegembiraan ketika memasuki suatu kota dan kami relawan disambut dengan sangat ramah, teutama oleh pesona kulinernya yang istimewa.

2 | Sarapan di Namira

Sarapan mungkin hal biasa, dan bisa dilakukan siapa saja. Namun yang tak boleh dilupa adalah bahwa sarapan merupakan makan terpenting dalam sehari. Setidaknya jika dibanding makan siang dan makan malam yang bisa ditinggalkan kalau terpaksa.

Nah, menyantap sarapan di Masjid Namira, Lamongan, sungguh istimewa karena ada nuansa yang tak terbeli oleh uang. Mulai dari asyiknya iktikaf selama Ramadan hingga kegiatan harian yang mengasyikkan, semuanya jadi kenangan manis yang kami sekeluarga sangat rindukan.

Sarapan bersama selepas Subuh setiap Minggu pagi sangat nikmat karena suasana yang guyub dengan suguhan kopi yang sangat sedap. Manisnya pas, dan sering kali saya mendapat nasi jagung yang dibungkus daun jati dengan lauk ikan asin dan ayam dilenkapi sambal terasi mantap.

3 | Latihan Taekwondo

Dari Namira, saya dan anak-anak biasanya langsung meluncur ke Perpustakaan daerah untuk mengantarkan mereka berlatih Taekwondo. Setelah mengatasi bullying oleh teman sekelasnya, si sulung semakin bersemangat latihan bela diri asal Korea ini.

Selain gembira bertemu teman dan dapat jurus baru, mereka semringah karena selepas latihan berkesempatan membaca buku sesuka hati di ruang baca lantai satu. Badan sehat, otak sehat! Perpustakaan memang tempat yang asyik buat bermain dan berpetualang bersama.

4 | Ngopi di Pasarturi

Hal berikutnya yang saya rindukan selama pandemi belum usai adalah ngopi di Stasiun Pasarturi. Ya, menyeruput segelas kopi instan di depan stasiun besar itu sungguh menenangkan. Kadang sekalian menyantap sebungkus nasi lezat buatan orang Madura yang ramah. Sambil bercakap dan melihat kegiatan orang di sekeliling, amboi indahnya hidup ini. Kopi sachet pun bisa begini kuirndukan!

5 | Menyusup di Kampoeng Ilmu

Saat hendak liputan di Surabaya, setelah menyeruput kopi instan di depan Stasiun Pasarturi saya biasanya berjalan santai menuju Kampoeng Ilmu yang tak jauh dari sana lokasinya. Jika waktu liputan masih lama, saya bisa asyik menghabiskan waktu di Kampoeng Ilmu yang terletak di seberang SDN Bubutan.

Kampoeng Ilmu adalah area khusus bagi penjual buku yang sebelumnya mangkal di sepanjang Jalan Semarang, tak jauh dari Stasiun Pasarturi. Kampoeng Ilmu menjadi komlkes yang makin rapi dan terkonsentrasi sehingga pencari buku bisa lebih nyaman berada di sana. Tak jarang saya malah menemukan buku langka atau buku unik yang sangat bagus dan bisa dijual kembali dengan mahal atau sebagai koleksi pribadi.

6 | Naik Suroboyo Bus

Suroboyo Bus siap mengangkut penumpang.

Naik Suroboyo Bus jadi hiburan tersendiri bagi saya saat hendak liputan atau mengikuti acara di Surabaya. Berbekal kartu berisi stiker lucu, saya bisa keliling Surabaya secara cuma-cuma alias gratis. Stiker itu cukup saya tukar dengan botol atau gelas bekas air mineral. Jadi sangat praktis dan menguntungkan kan?

Busnya nyaman, biaya sangat ringan. Rutenya pun cukup lengkap, bisa ke terminal dengan mantap. Saking nyamannya, anak-anak bisa duduk manis sambil baca buku terutama ketika naik Sb yang busnya tingkat.

7 | Ikut blogging event

Kalau ini ya mana mungkin tak saya rindukan karena dengan ikut event saya bisa mendapatkan pemasukan. Keuntungan yang saya raup tidak selalu langsung berupa uang. Kadang mendapat kenalan baru atau menjajal tempat yang baru pun sudah membuat saya senang. Pengalaman itu suatu hari bisa saya tulis sebagai organic post atau materi bernas untuk memperkaya artikel lomba.

Bersama teman-teman bloger di sebuah hotel selepas peluncuran laptop Acer

Pekalongan, Surabaya, Jember, dan Malang menjadi kota-kota yang pernah saya kunjungi dalam rangka kegiatan blogging yang penuh kenangan. Banyak inspirasi dan ide saya dapat berkat kunjungan seperti itu, baik berbayar maupun sukarela.

8 | Antar anak tahfiz

Ini kegiatan saya empat hari dalam seminggu ketika pandemi berlaum terjadi. Saya mendapat tugas mengantar duo Xi untuk ikut kelas tahfiz di sebuah tempat mengaji tak jauh dari SMPN 1 Lamongan. Kami biasanya berangkat menjelang magrib agar bisa berjemaah di masjid milik Pak Bupati tak jauh dari rumah kami.

Dari sana saya pacu kendaraan ke rumah tahfiz dan anak-anak saya tingggal sementara saya beralih ke Majid Agung Lamongan. Selepas magrib selalu ada pengajian umum yang materinya menarik sehingga saya nikmati diam-diam. Banyak hal saya serap sambil saya mengakses Internet di serambi masjid.

Saya kadang membawa laptop untuk menulis (artikel organik atau lomba) sembari mendengarkan pengajian sampai azan Isya berkumandang. Sambil sesekali melepas pandangan ke arah alun-alun, pikiran memang benderang dan inspirasi lancar. Oh, betapa kongko di masjid saat menanti anak-anak tahfiz kurindukan!

9 | NBC on the spot

Terakhir, hal yang saya ingin ulangi adalah berbagi nasi lewat komunitas sedekah NBC (Nasi Bungkus Community). Selama pandemi kegiatan berbagi nasi bungkus hanya terpusat di basecamp NBC, di Jalan Kusumbangsa di belakang Terminal Lamongan. Itu pun sering terhenti karena aturan pembatasan interaksi.

Biasanya kami juga menghelat NBC on the spot yakni berbagi nasi dengan lauk istimewa di tempat-tempat khusus. Pernah kami bagikan nasi boranan di depan Masjid Agung, lalu di masjid Mengkuli Kecamatan Kembangbahu seusai Jumatan, di pasar tingkat, dan pasar baru Lamongan yang terletak di seberang RPH Jalan Pahlawan.

Mengantre dalam NBC on the spot di Pasar Baru Lamongan

Kesembilan itu menjadi hal-hal dominan yang menggelayuti pikiran selama berpekan-pekan saat pandemi tak kunjung padam. Sangat saya rindukan karena penuh kenangan. Banyak pelajaran dan kegembiraaan, juga rezeki yang saya dapatkan dari berbagai aktivitas itu. Tentu saja rezeki dalam pengetian seluas-luasnya, terutama kesempatan berbagi dana peluang menularkan kebahagiaan.

Apakah BBC-Mania juga punya kerindukan yang sama seperti saya? Apa saja yang kalian rindukan?

1 Comment

  1. Curhat tapi inspiratif. Saya juga berharap pandemi ini segera minggat, Indonesia kembali sehat, anak² kita kembali ke sekolah. Para pekerja tersenyum lagi, para pedagang tertawa lagi. Hal-hal yang paling saya rindukan sebelum pandemi adalah futsal bareng teman kerja. Cukup ampuh hilangkan jenuh. Ekstra timenya nongki sambil ngopi-ngopi. Hal ini hanya berakhir saat istri nelfon nyuruh pulang. Dasar saya laki-laki.haha. Nice artikel, sapa dulu dong, belalang cerewet. Bravo.

    Like

Tinggalkan jejak